PENGARUH FISIOLOGI LINGKUNGAN TERHADAP PERTEMBUHAN TANAMAN DI TAHURA POCUT MERAH INTAN
Laporan Lapangan Fisiologi
PENGARUH FISIOLOGI LINGKUNGAN TERHADAP
PERTEMBUHAN TANAMAN DI TAHURA POCUT MERAH INTAN
Diajukan Untuk Melengkapi
Tugas-Tugas Dan
Memenuhi Syarat-Syarat Guna
Pelaksanaan Mata Kuliah Fisiologi
OLEH:
MALEK AZIS
1408104010002
|
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Bekalang
Seperti yang telah
diuatarakan bahwa pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh lingkungannya.
Faktor-Faktor lingkungan akan mempengaruhi fungsi fisiologis tanaman. Respons
tanaman sebagai akibat faktor lingkungan akan terlihat pada penampilan tanaman.
Hal ini dapat terlihat langsung pada vegetasi hutan bakau yang tumbuh di pantai
berlumpur. Bakau mempunyai akar napas. Begitu pula tumbuhan yang tumbuh pada
ekosistem rawa, mempunyai akar papan. Ini semua ada maksudnya, dan terkandung
makna bahwa tumbuhan itu juga menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Begitu
pula biasanya vegetasi yang tumbuh di sekitar ekosistem tersebut juga spesifik
atau tertentu. Karena hanya tumbuhan yang sesuai dan cocok saja yang dapat
hidup berdampingan.
Fluktuasi lingkungan
setiap hari menantang kehidupan tumbuhan. Kadang-kadang, faktor dalam
lingkungan berubah cukup drastic sehingga membuat tumbuhan menjadi tercekam.
Kita akan mendefinisikan disini sebagai kondisi lingkungan yang dapat member
pengaruh buruk pada tumbuhan, reproduksi, dan kelangsungan hidup tumbuhan.
Cekaman merupakan
faktor lingkungan biotik dan abiotik yang dapat mengurangi laju proses
fisiologi. Tanaman mengimbangi efek merusak dari cekaman melalui berbagai
mekanisme yang beroperasi lebih dari skala waktu yang berbeda, tergantung pada
sifat dari cekaman dan proses fisiologis yang terpengaruh. Respon ini
bersama-sama memungkinkan tanaman untuk mempertahankan tingkat yang relatif
konstan dari proses fisiologis, meskipun terjadinya cekaman secara berkala
dapat mengurangi kinerja tanaman tersebut. Jika tanaman akan mampu bertahan
dalam lingkungan yang tercekam, maka tanaman tersebut memiliki tingkat
resistensi terhadap cekaman.
2. Tujuan
Untuk mengetahui lingkungan tumbuhan, Untuk mengetahui cekaman tumbuhan
terhadap fungsi fisiologis, Untuk
mengetahui adaptasi tumbuhan terhadap cekaman fisiologis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Baik dalam kondisi pertanian maupun alamiah,
tumbuhan sering terpapar pada cekaman lingkungan. Beberapa faktor lingkungan
seperti suhu udara, dapat menyebabkan cekaman dalam beberapa menit, lainnya
seperti kandungan air, mungkin memerlukan waktu berminggu-minggu, dan faktor
seperti kahat mineral tanah dapat makan
waktu bulanan untuk dapat menyebabkan cekaman.Diperkirakan bahwa karena cekaman
akibat kondisi iklim dan tanah yang suboptimal
hasil dari tanaman budidaya yang ditanam dilapangan di Amerika Serikat hanya
22% dari potensihasil genetik.
Disamping itu, cekaman memainkan peranan
utama dalam menentukan bagaimana tanah dan iklim membatasi distribusi dari
species tumbuhan. Jadi, memahami proses fisiologis yang mendasari cedera
cekaman dan mekanisme adaptasi dan
aklimasi dari tumbuhan terhadap cekaman lingkungan sangat penting baik untuk
pertanian maupun lingkungan.
Konsep dari cekaman tumbuhan kadang dipakai
secara tidak tepat, dan terminologi cekaman dapat membingungkan, karena itu
akan bermanfaat untuk mulai diskusi kita
dengan beberapa definisi. Cekaman biasanya didefinisikan sebagai faktor
eksternal yang memberikan pengaruh tidak menguntungkan pada tumbuhan. Bab ini
akan membahas faktor lingkungan atau faktor abiologis yang memberikan stress
pada tumbuhan, walaupun faktor biotis seperti gulma, patogen dan hama dapat
menimbulkan stess. Dalam banyak hal cekaman diukur dalam hubungannya dengan
kemampuan hidup tumbuhan, produksi tanaman, pertumbuhan ( akumulasi biomasa),
yang berhubungan dengan pertumbuhan secara keseluruhan.
Aceh Besar merupakan salah satu kabupaten di
Aceh yang letaknya berdampingan dengan Kota Banda Aceh. Kabupaten ini memiliki
pesona alam yang begitu indah dan menawarkan banyak destinasi wisata. Taman
Hutan Raya Pocut Meurah Intan (Tahura PMI) salah satunya. Wisata alam ini
terletak diantara kaki Gunung Seulawah Agam dan Gunung Seulawah Inong, Saree,
Kecamatan Lembah Seulawah, Kabupaten Aceh Besar.
Taman Hutan Raya Pocut Meurah Intan mempunyai
sejarah panjang sebelum ditetapkan menjadi Tahura. Sejak tahun 1930 kawasan
Seulawah Agam telah ditetapkan menjadi kawasan hutan. Pada tahun 1990 Pemda
Daerah Istimewa Aceh, melalui SK Gubernur Kepala D.I. Aceh No. 522.51/442/1990
tanggal 4 September 1990 membentuk Tim Taman Hutan Raya Seulawah. Luas
peruntukannya mencapai 25.000 hektar, dari luas tersebut akan dipilih 10.000
hektar yang dianggap layak dan dapat mewakili keanekaragaman potensi flora,
fauna maupun potensi fisik lainnya yang ada. Ternyata dari luas yang
diperkirakan awal 10.000 ha, hanya 6.300 ha yang ditetapkan sebagai luas areal
Tahura, dan nama Tahura Seulawah kemudian ditetapkan menjadi Tahura Pocut
Meurah Intan.
Secara administratif berada di Kabupaten Aceh
Besar dan Kabupaten Pidie, Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Keadaan topografi
Tahura Pocut, umumnya berbukit-bukit. Sebagian kecil adalah dataran dengan
status sebagai hutan negara bebas dengan ketinggian 0 sampai 40 meter di atas
permukaan laut (DPL) dan berada di kaki Gunung Seulawah Agam.
Tahura Pocut menyimpan berbagai jenis flora
yang didominasi kayu Pinus (Pinus mercusii) dan Akasia (Acasia auriculiformis)
seluas 250 Ha, dan padang alang-alang yang luasnya 5.000 hektar atau 20 persen
yang diselingi hutan-hutan muda. Penyebaran jenis-jenis flora ini hampir merata
di semua kawasan, mulai hutan pantai, hutan dataran rendah hingga hutan dataran
tinggi. Sedangkan jenis fauna antara lain Rusa (Cervus unicolor), Babi (Sus
Scrofa), Landak (Hystrik brachyura), Kancil, Kera ekor panjang, Burung sri
gunting, Burung sempala, Ayam hutan, dan Lutung. Di samping itu dijumpai juga
jenis mamalia besar di antaranya Gajah (Elephas maximus). Penyebaran jenis
fauna hampir merata di seluruh kawasan.
BAB III
PEMBAHASAN
Tumbuhan dan lingkungan mempunyai hubungan
yang sinergis,keduanya terjadi hubungan
timbal balik. Lingkungan tersebut meliputi faktor biotik dan abiotik. Faktor
biotik merupakan faktor yang berupa benda hidup seperti halnya manusia, flora,
dan fauna. Sedangkan faktor abiotik meliputi komponen tak hidup sweeperti udara
tanah, air, kelembapan, iklim, suhu, salilitas dan sebagainya. Aktor yang dapat
mempengaruhu kehidupan atau pertumbuhan lingkungan sendiri dapat dibedakan
menjadi dua macam yakni lingkungan makro dan lingkungan mikro.
1.
Lingkungan Makro
Lingkungan makro merupakan lingkungan yang
mempengaruhi hidup tanaman secara keseluruhan atau global.
2.
Lingkungan Mikro
Lingkungan mikro merupakan lingkungan yang
berda didekat tanaman tempat dia tumbuh yang sangat berpengaruh dalam
pertumbuhan dan perkembangannya atau dapat disebut juga sebagai habitat.
Pada umumnya tumbuhan daerah tropis tidak
mampu melakukan fotosintesis pada suhu 5o C, maka meskipun sinar ada, CO2
terpenuhi kegiatan fotosintesis akan terhambat dalam hal ini dapat dikatakan
bahwa temperatur merupakan faktor penghambat (limiting factor). Demikian pula
CO2 terpenuhi, suhu optimum (antara 10-35o C) tetapi sinar kurang banyak maka
fotosintesis juga akan menjadi terhambat, hal ini dikatakan bahwa sinar juga
menjadi faktor penghambat proses fotosintesis (Dwijoseputro, 1990). Faktor
cahaya, suhu, CO2 ,air dan zat hara mempengaruhi laju fotosintesis tanaman
(Treshow, 1970) dan berpengaruh pada kepadatan kanopi ,ukuran dan bentuk daun
serta sudut letak daun (Hughes, 1965). Apabila lingkungan subur, air tersedia dan
suhu yang sesuai ,maka radiasi merupakan faktor utama yang mempengaruhi
pertumbuhan dan hasil tanaman (Fisher, 1975) dan terdapat hubungan yang erat
antara radiasi dengan fotosintesis bersih (Wilson, 1980).
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di TAHURA
pocut meurah intan didapatkan bahwa dibawah naungan pohon pinus masih ditemukan
adanyan tumbuhan yang tumbuh walaupun pertumbuhannya terbatas. Dari beberapa
kajian ekologis pada daerah
pertumbuhan pohon Pinus menunjukkan tidak ada pertumbuhan tanaman herba, hal
tersebut diduga karena serasah daun Pinus yang terdapat padatanah mengeluarkan
zat alelopati yang menghambat pertumbuhan herba. Hal tersebut diperkuat dengan
hasil uji efektivitas ektrak daun Pinus menunjukkan bahwa senyawa alelopati
yang terdapat dalam ekstrak daun Pinus dapat menghambat perkecambahan benih
Amaranthus viridis (Novianti. 2006)
Pada prinsipnya, setiap tumbuhan memiliki
kisaran tertentu terhadap faktor lingkungannya. Prinsip tersebut dinyatakan
sebagai Hukum Toleransi Shelford, yang berbunyi “Setiap organisme mempunyai
suatu minimum dan maksimum ekologis, yang merupakan batas bawah dan batas atas
dari kisaran toleransi organisme itu terhadap kondisi factor
lingkungannya”]setiap makhluk hidup memiliki range of optimum atau kisaran
optimum terhadap factor lingkungan untuk pertumbuhannya. Kondisi di atas
ataupun di bawah batas kisaran toleransi itu, makhluk hidup akan mengalami
stress fisiologis. Pada kondisi stress fisiologis ini, populasi akan menurun.
Apabila kondisi stress ini terus berlangsung dalam waktu yang lama dan telah
mencapai batas toleransi kelulushidupan, maka organism tersebut akan mati.
Cekaman biasanya didefinisikan sebagai faktor
luar yang tidak menguntungkan yang berpengaruh buruk terhadap tanaman. Campbell
mendefinisikan cekaman sebagai kondisi lingkungan yang dapat memberi pengaruh
buruk pada pertumbuhan, reproduksi, dan kelangsungan hidup tumbuhan
pada umumnya cekaman
lingkungan pada tumbuhan dikelompokkan menjadi dua, yaitu: (1) cekaman biotik,
terdiri dari: (a) kompetisi intra spesies dan antar spesies, (b) infeksi oleh
hama dan penyakit, dan (2) cekaman abiotik berupa: (a) suhu (tinggi dan rendah),
(b) air (kelebihan dan kekurangan), (c) radiasi (ultraviolet, infra merah, dan
radiasi mengionisasi), (d) kimiawi (garam, gas, dan pestisida), (e) angin, dan
(f) suara.
Adaptasi Tumbuhan Terhadap Cekaman Fisiologis
a.
Respon Terhadap Cekaman Air
Faktor air dalam fisiologi tanaman merupakan
faktor utama yang sangat penting. Tanaman tidak akan dapat hidup tanpa air,
karena air adalah matrik dari kehidupan, bahkan makhluk lain akan punah tanpa
air. Kramer menjelaskan tentang betapa pentingnya air bagi tumbuh-tumbuhan;
yakni air merupakan bagian dari protoplasma (85-90% dari berat keseluruhan
bahagian hijau tumbuh-tumbuhan (jaringan yang sedang tumbuh) adalah air.
Selanjutnya dikatakan bahwa air merupakan reagen yang penting dalam
proses-proses fotosintesa dan dalam proses-proses hidrolik. Disamping itu juga
merupakan pelarut dari garam-garam, gas-gas dan material-material yang bergerak
kedalam tumbuh tumbuhan, melalui dinding sel dan jaringan esensial untuk
menjamin adanya turgiditas, pertumbuhan sel, stabilitas bentuk daun, proses
membuka dan menutupnya stomata, kelangsungan gerak struktur tumbuh-tumbuhan.
Peran air yang sangat penting tersebut
menimbulkan konsekuensi bahwa langsung atau tidak langsung kekurangan air pada
tanaman akan mempengaruhi semua proses metaboliknya sehingga dapat menurunkan
pertumbuhan tanaman. Efek kelebihan air atau banjir yang umum adalah kekurangan
oksigen, sedangkan kekurangan air atau kekeringan akan mengakibatkan dehidrasi
pada tanaman yang berpengaruh terhadap zona sel turgor yang selanjutnya dapat
menghambat pertumbuhan tanaman. Kebutuhan air bagi tanaman dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain jenis tanaman dalam hubungannya dengan tipe dan
perkembangannya, kadar air tanah dan kondisi cuaca.
1.
Respon Terhadap Cekaman Kelebihan Air
Dampak genangan air adalah menurunkan
pertukaran gas antara tanah dan udara yang mengakibatkan menurunnya
ketersediaan O2 bagi akar, menghambat pasokan O2 bagi akar dan mikroorganisme
(mendorong udara keluar dari pori tanah maupun menghambat laju difusi).
Genangan berpengaruh terhadap proses fisiologis dan biokimiawi antara lain
respirasi, permeabilitas akar, penyerapan air dan hara, penyematan N. Genangan
menyebabkan kematian akar di kedalaman tertentu dan hal ini akan memacu pembentukan
akar adventif pada bagian di dekat permukaan tanah pada tanaman yang tahan
genangan. Kematian akar menjadi penyebab kekahatan N dan cekaman kekeringan
fisiologis.
2.
Respon Terhadap Cekaman Kekeringan
Cekaman kekeringan pada tanaman disebabkan oleh
kekurangan suplai air di daerah perakaran dan permintaan air yang berlebihan
oleh daun dalam kondisi laju evapotranspirasi melebihi laju absorbsi air oleh
akar tanaman. Serapan air oleh akar tanaman dipengaruhi oleh laju transpirasi,
sistem perakaran, dan ketersediaan air tanah.
Kekurangan air akan mengganggu aktifitas
fisiologis maupun morfologis, sehingga mengakibatkan terhentinya pertumbuhan.
Defisiensi air yang terus menerus akan menyebabkan perubahan irreversibel
(tidak dapat balik) dan pada gilirannya tanaman akan mati. Respon tanaman
terhadap stres air sangat ditentukan oleh tingkat stres yang dialami dan fase
pertumbuhan tanaman saat mengalami cekaman. Respon tanaman yang mengalami
cekaman kekeringan mencakup perubahan ditingkat seluler dan molekuler seperti
perubahan pada pertumbuhan tanaman, volume sel menjadi lebih kecil, penurunan
luas daun, daun menjadi tebal, adanya rambut pada daun, peningakatan ratio
akar-tajuk, sensitivitas stomata, penurunan laju fotosintesis, perubahan
metabolisme karbon dan nitrogen, perubahan produksi aktivitas enzim dan hormon,
serta perubahan ekspresi.
Tumbuhan merespon kekurangan air dengan
mengurangi laju transpirasi untuk penghematan air. Terjadinya kekurangan air
pada daun akan menyebabkan sel-sel penjaga kehilangan turgornya. Suatu
mekanisme control tunggal yang memperlambat transpirasi dengan cara menutup
stomata. Kekurangan air juga merangsang peningkatan sintesis dan pembebasan
asam absisat dari sel-sel mesofil daun. Hormon ini membantu mempertahankan
stomata tetap tertutup dengan cara bekerja pada membrane sel penjaga. Daun juga
berespon terhadap kekurangan air dengan cara lain. Karena pembesaran sel adalah
suatu proses yang tergantung pada turgor, maka kekurangan air akan menghambat
pertumbuhan daun muda. Respon ini meminimumkan kehilangan air melalui
transpirasi dengan cara memperlambat peningkatan luas permukaan daun. Ketika
daun dari kebanyakan rumput dan kebanyakan tumbuhan lain layu akibat kekurangan
air, mereka akan menggulung menjadi suatu bentuk yang dapat mengurangi
transpirasi dengan cara memaparkan sedikit saja permukaan daun ke matahari.
Semua respon daun ini selain membantu tumbuhan untuk menghemat air, juga
mengurangi fotosintesis.
Pertumbuhan akar juga memberikan respon
terhadap kekurangan air. Selama musim kemarau, tanah umumya mongering dari
permukaan hingga bawahnya. Keadaan ini menghambat pertumbuhan akar dangkal,
karena sel-selnya tidak dapat mempertahankan turgor yang diperlukan untuk
pemanjangan. Akar yang lebih dalam yang dikelilingi oleh tanah yang masih
lembab terus tumbuh. Dengan demikian, sistem akar memperbanyak diri dengan cara
yang memaksimumkan pemaparan terhadap air tanah.
b. Respon Tumbuhan Terhadap
Kekurangan Oksigen
Tumbuhan yang disiram terlalu banyak air bisa
mengalami kekurangan oksigen karena tanah kehabisan ruangan udara yang
menyediakan oksigen untuk respirasi seluler akar. Beberapa tumbuhan secara
struktural diadaptasikan ke habitat yang sangat basah. Sebagai contoh, akar
pohon bakau yang terendam air, yang hidup di rawa pesisir pantai, adalah
sinambung dengan akar udara yang menyediakan akses oksigen. Akan tetapi
bagaimana tumbuhan yang tidak biasa hidup di lingkunagn akuatik bisa mengatasi
kekurangan oksigen pada tanah yang digenangi air ? Satu perubahan struktural adalah
pembentukan saluran udara yang menyediakan oksigen pada akar yang terendam.
c. Respon Terhadap Cekaman Garam
Stres garam terjadi dengan terdapatnya
salinitas atau konsentrasi garam-garam terlarut yang berlebihan dalam tanaman.
Stres garam ini umumnya terjadi dalam tanaman pada tanah salin. Stres garam
meningkat dengan meningkatnya konsentrasi garam hingga tingkat konsentrasi
tertentu yang dapat mengakibatkan kematian tanaman. Garam-garam yang
menimbulkan stres tanaman antara lain ialah NaCl, NaSO4, CaCl2, MgSO4, MgCl2
yang terlarut dalam air. Stres akibat kelebihan Na+ dapat mempengaruhi beberapa
proses fisiologi dari mulai perkecambahan sampai pertumbuhan tanaman.
Kemasaman tanah merupakan kendala paling
inherence dalam pengembangan pertanian di lahan sulfat masam. Tanaman tumbuh
normal (sehat) umumnya pada ph 5,5 untuk tanah gambut dan pH 6,5 untuk tanah
mineral karena pada pH <> 50 cm dari permukaan tanah. Pada kebanyakan
spesies, pengaruh jenis-jenis garam umumnya tidak khas terhadap tumbuhan
tanaman tetapi lebih tergantung pada konsentrasi total garam. Salinitas tidak
ditentukan oleh garam Na Cl saja tetapi oleh berbagai jenis garam yang
berpengaruh dan menimbulkan stres pada tanaman. Dalam konteks ini tanaman
mengalami stres garam bila konsentrasi garam yang berlebih cukup tinggi
sehingga menurunkan potensial air sebesar 0,05 – 0,1 Mpa. Stres garam ini
berbeda dengan stres ion yang tidak begitu menekan potensial air. Toleransi
terhadap salinitas adalah beragam dengan spektrum yang luas diantara spesies
tanaman mulai dari yang peka hingga yang cukup toleran.
d. Respon Terhadap
Cekaman Suhu
Suhu sebagai faktor lingkungan dapat
mempengaruhi produksi tanaman secara fisik maupun fisiologis. Secara fisik,
suhu merupakan bagian yang dipengaruhi oleh radiasi sinar matahari dan dapat
diestimasikan berdasarkan keseimbangan panas. Secara fisiologis, suhu dapat
mempengaruhi pertumbuhan tanaman, fotosintesis, pembukaan stomata, dan
respirasi. Selain itu, suhu merupakan salah satu penghambat dalam proses
fisiologi untuk sistem produksi tanaman ketika suhu tanaman berada diluar suhu
optimal terendah maupun tertinggi.
1.
Cekaman Panas
Panas berlebihan dapat mengganggu dan
akhirnya membunuh suatu tumbuhan dengan cara mendenaturasi enzim-enzimnya dan
merusak metabolismenya dalam berbagai cara.
Salah satu fungsi transpirasi adalah
pendinginan melalui penguapan. Pada hari yang panas, misalnya temperature daun
berkisar 3°C sampai 10°C di bawah suhu sekitar. Tentunya, cuaca panas dan
kering juga cenderung menyebabkan kekurangan air pada banyak tumbuhan;
penutupan stomata sebagai respon terhadap cekaman ini akan menghemat air, namun
mengorbankan pendinginan melalui penguapan tersebut. Sebagian besar tumbuhan
memiliki respon cadangan yang memungkinkan mereka untuk bertahan hidup dalam
cekaman panas Di atas suatu temperature tertentu- sekitar 40°C pada sebagian
besar tumbuhan yang menempati daerah empat musim, sel-sel tumbuhan mulai
mensintesis suatu protein khusus dalam jumlah yang cukup banyak yang disebut protein
kejut panas (heat-shock protein). Protein kejut panas ini kemungkinan mengapit
enzim serta protein lain dan membantu mencegah denaturasi.
2.
Cekaman Dingin
Satu permasalahan yang dihadapi tumbuhan
ketika temperature lingkungan turun adalah perubahan ketidakstabilan membrane
selnya. Ketika sel itu didinginkan di bawah suatu titik kritis, membrane akan
kehilangan kecairannya karena lipid menjadi terkunci dalam struktur Kristal.
Keadaan ini mengubah transport zat terlarut melewati membrane, juga mempengaruhi
fungsi protein membrane. Tumbuhan merespon terhadap cekaman dingin dengan cara
mengubah komposisi lipid membrannya. Contohnya adalah meningkatnya proporsi
asam lemak tak jenuh, yang memiliki struktur yang mampu menjaga membrane tetap
cair pada suhu lebih rendah dengan cara menghambat pembentukan Kristal.
Modifikasi molekuler seperti itu pada membrane membutuhkan waktu beberapa jam
hingga beberapa hari. Pada suhu di bawah pembekuan, Kristal es mulai terbentuk
pada sebagian besar tumbuhan. Jika es terbatas hanya pada dinding sel dan ruang
antar sel, tumbuhan kemungkinan akan bertahan hidup. Namun demikian, jika es
mulai terbentuk di dalam protoplas, Kristal es yang tajam itu akan merobek
membrane dan organel yang dapat membunuh sel tersebut. Beberapa tumbuhan asli
di daerah yang memiliki musim dingin sangat dingin (seperti maple, mawar,
rhodendron) memiliki adaptasi khusus yang memungkinkan mereka mampu menghadapi
cekaman pembekuan tersebut. Sebagai contoh, perubahan dalam komposisi zat
terlarut sel-sel hidup memungkinkan sitosol mendingin di bawah 0°C tanpa
pembentukan es, meskipun Kristal es terbentuk dalam dinding sel.
e. Respon Terhadap
Cekaman Cahaya
Cahaya merupakan salah satu kunci penentu
dalam proses metabolisme dan fotosintesis tanaman. Cahaya dibutuhkan oleh
tanaman mulai dari proses perkecambahan biji sampai tanaman dewasa. Respon
tanaman terhadap cahaya berbeda-beda antara jenis satu dengan jenis lainnya.
Ada tanaman yang tahan ( mampu tumbuh ) dalam kondisi cahaya yang terbatas atau
sering disebut tanaman toleran dan ada tanaman yang tidak mampu tumbuh dalam
kondisi cahaya terbatas atau tanaman intoleran.
Kedua kondisi cahaya tersebut memberikan
respon yang berbeda-beda terhadap tanaman, baik secara anatomis maupun secara
morfologis. Tanaman yang tahan dalam kondisi cahaya terbatas secara umum
mempunyai ciri morfologis yaitu daun lebar dan tipis, sedangkan pada tanaman
yang intoleran akan mempunyai ciri morfologis daun kecil dan tebal. Kedua
kondisi tersebut akan dapat menjadi faktor penghambat pertumbuhan tanaman
apabila pemilihan jenis tidak sesuai dengan kondisi lahan, artinya tanaman yang
toleran ketika ditanam diareal yang cukup cahaya justru akan mengalami
pertumbuhan yang kurang baik, begitu juga dengan tanaman intolean apabila di tanam
pada areal yang kondisi cahaya terbatas pertumbuhan akan mengalami ketidak
normalan. Dengan demikian pemilihan jenis berdasarkan pada sifat dasar tanaman
akan menjadi kunci penentu dalam keberhasilan pembuatan tanaman.
Berikut ini adalah perbedaan Tanaman Toleran
( Shade leaf) Vs Intoleran ( Sun Leaf) menurut Silvika (2009).
1. Tumbuhan cocok ternaung menunjukkan laju
fotosintesis yang sangat rendah pada intensitas cahaya tinggi dibanding
tumbuhan cocok terbuka.
2. Laju fotosintesis tumbuhan cocok ternaung
mencapai titik jenuh pada intensitas cahaya yang lebih rendah dibanding
tumbuhan cocok terbuka.
3. Laju fotosintesis tumbuhan cocok ternaung
lebih tinggi dibanding tumbuhan cocok terbuka pada intensitas cahaya yang
sangat rendah.
4. Titik kompensasi cahaya untuk tumbuhan
cocok ternaung lebih rendah dibanding tumbuhan cocok terbuka.
BAB IV
PENUTUP
4. Kesimpulan
Setiap tumbuhan memiliki kisaran tertentu
terhadap faktor lingkungannya. Prinsip tersebut dinyatakan sebagai Hukum
Toleransi Shelford, yang berbunyi “Setiap organisme mempunyai suatu minimum dan
maksimum ekologis, yang merupakan batas bawah dan batas atas dari kisaran
toleransi organisme itu terhadap kondisi factor lingkungannya”.
Cekaman biasanya didefinisikan sebagai faktor
luar yang tidak menguntungkan yang berpengaruh buruk terhadap tanaman. pada
umumnya cekaman lingkungan pada tumbuhan dikelompokkan menjadi dua, yaitu: (1)
cekaman biotik, terdiri dari: (a) kompetisi intra spesies dan antar spesies,
(b) infeksi oleh hama dan penyakit, dan (2) cekaman abiotik berupa: (a) suhu
(tinggi dan rendah), (b) air (kelebihan dan kekurangan), (c) radiasi
(ultraviolet, infra merah, dan radiasi mengionisasi), (d) kimiawi (garam, gas,
dan pestisida), (e) angin, dan (f) suara.
DAFATAR
PUSTAKA
Campbell,
at al. 2003. Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Dharmawan,
Agus. 2005. Ekologi Hewan. Malang: UM Press.
Fallah, Affan Fajar.
2006. Perspektif Pertanian dalam Lingkungan yang Lakitan, IPB, Bogor
Benyamin. 1996.
Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Chang .Je –Hu .1968.
Climate and Agriculture .An Ecological Survey. Aldine Publishing Company.
Darmijati .S.1992.
Pengaruh Naungan Terhadap Pertumbuhan Kedelai dan Kacang Tanah. Journal
Agroment VIII 1.32-40.
Hughes .R. 1965.
Climatic factors in relation to growth and survival of pasture Plants. J .Britt
.grassal. Soc. 20:263-272.
Treshow. K.M. 1970.
Environment and Plant Response. Mc Graw Hill Book Company 422 pp.
0 Response to "PENGARUH FISIOLOGI LINGKUNGAN TERHADAP PERTEMBUHAN TANAMAN DI TAHURA POCUT MERAH INTAN"
Posting Komentar