Sistem Ekskresi Pada Hewan
Sistem ekskresi pada hewan disesuaikan dengan lingkungannya. Tujuannya untuk mengeluarkan sampah metabolisme, mengatur keseimbangan air pada tubuh (osmoregulasi), dan keseimbangan garam – garam mineral.
Beberapa hewan tingkat rendah, seperti Protozoa, Porifera, dan Coelenterata belum memiliki alat ekskresi khusus. Sisa metabolisme dikeluarkan dari tubuh melalui permukaan tubuhnya secara difusi. Berikut ini adalah alat – alat ekskresi pada hewan invertebrata.
Tabel Nama hewan, alat ekskresi, dan sisa metabolisme.
No | Hewan | Alat Ekskresi | Sisa Metabolisme |
1. | Protozoa | Vakuola, kontraktil | Amonia |
2. | Porifera | Pori – pori, oskulum | Amonia |
3. | Coelenterata | Permukaan tubuh | Amonia |
4. | Platyhelmintes | Sel api (Flame cell) | Amonia |
5. | Nematoda | Sel kelenjar (Rennette) | Amonia |
6. | Annelida | Nefridium | Amonia |
7. | Arthropoda | Kelenjar hijau (pada udang) Kelenjar koksa (pada laba – laba) Pembuluh Malpighi (pada serangga) | Yang mengandung nitrogen Guanin Asam urat |
8. | Moluska | Ginjal berupa kumpulan nefridia | Amonia, asam urat, dan urea |
9. | Echinodermata | Kulit dan insang | Amonia dan asam amino |
1. Sistem Ekskresi pada Hewan Invertebrata
Alat ekskresi yang umum pada hewan invertebrata adalah nefridia (tunggal : nefridium) yang akan mengatur volume dan komposisi cairan tubuh. Nefridia mempunyai dua bentuk yaitu protonefridia dan metanefrida.
Berikut akan diuraikan mengenai sistem ekskresi pada beberapa hewan invetebrata, di antaranya pada cacing pipih, cacing tanah, moluska, dan arthropoda.
a. Sistem Ekskresi Pada Cacing Pipih (Platyhelminthes)
Pada cacing pipih, seperti Planaria, cacing hati, dan cacing pita. Alat ekskresinya adalah protonefridia. Alat ekskresi ini berbentuk pembuluh memanjang yang terletak di sebelah kiri dan kanan tubuhnya. Dari pembuluh ini terdapat cabang halus yang pada ujungnya terdapat rambut getar (silia) yang terus bergerak menyerupai nyala api sehingga disebut sel api (flame cell). Dengan gerakan dari rambut getar, cairan dialirkan ke saluran ekskresi dan dikeluarkan dari pori – pori tubuh yang disebut nefridiopores.
b. Sistem Ekskresi Pada Cacing Tanah (Annelida)
Alat ekskresi pada cacing tanah adalah metanefridia. Metanefridia lebih maju daripada protonefridia. Kelebihan metanefridia adalah sebagai berikut :
- Tubulusnya terbuka di kedua ujungnya. Hal ini memungkinkan cairan mengalir di tubulus melalui suatu corong berbulu getar (nefrostom).
- Metanefridia diselaputi oleh jaringan pembuluh darah yang membantu dalam proses pembentukan urine dengan mereabsorpsi garam dan zat terlarut lainnya.
c. Sistem Ekskresi Pada Moluska
Alat ekskresi pada Moluska berupa ginjal yang merupakan kumpulan dari nefridia. Pada ginjal terjadi proses filtrasi sisa metabolisme melalui dinding pembuluh kapiler ke saluran nefridia. Sisa metabolisme pada umumnya berupa amonia, asam urat, dan urine.
d. Sistem Ekskresi Pada Arthropoda
Pada Arthropoda terdapat berbagai macam alat ekskresi, seperti kelenjar hijau pada kelompok udang – udangan, kelenjar koksa pada Arachnida, dan pembuluh Malpighi pada serangga.
Kelenjar hijau pada udang disebut juga kelenjar antena. Kelenjar ini berfungsi mengekskresikan sisa metabolisme yang mengandung nitrogen (amonia). Setiap kelenjar terdiri atas bagian yang berbentuk kantung yang berasal dari rongga tubuh (coelom) dan berhubungan dengan bagian seperti pembuluh yang disebut labirin.
Kelenjar koksa pada arachinida (laba – laba, kalajengking, rayap) mempunyai struktur yang sama dengan kelenjar antena (kelenjar hijau). Namun, kelenjar koksa mempunyai lubang keluar di bagian belakang koksa (ruas pertama kaki). Sisa metabolisme yang diekskresikannya berupa guanin.
Serangga memiliki sistem ekskresi yang terdiri atas perut dan pembuluh Malpighi. Pembuluh Malpighi merupakan pembuluh buntu yang bermuara pada sistem pencernaan makanan antara saluran pencernaan tengah atau lambung (mid gut) dengan usus (hind gut).
2. Sistem Ekskresi pada Hewan Vertebrata
Pada umumnya, hewan vertebrata mempunyai alat ekskresi berupa ginjal. Ginjal dapat berfungsi sebagai osmoregulator, yaitu organ yang dapat memelihara keseimbangan garam cairan tubuh suatu organisme atau dikenal dengan istilah osmoregulasi. Selain itu, ada pula alat ekskresi lainnya, seperti insang, kulit dan anus.
Agar lebih jelas dalam memahaminya, berikut akan dijelaskan mengenai sistem ekskresi pada beberapa hewan vertebrata.
a. Sistem Ekskresi Pada Ikan
Alat ekskresi pada ikan berupa sepasang ginjal yang berbentuk gilig dan berwarna kemerahan. Cairan sisa metabolisme yang mengandung senyawa nitrogen diambil dari darah dalam ginjal. Melalui ureter, cairan tersebut akan ditampung sementara di dalam kandung kemih. Selanjutnya, urine akan dikeluarkan melalui lubang urogenitalia. Urogenitalia merupakan lubang tempat bertemunya saluran urine dengan saluran kelamin pada ikan.
Ginjal ikan berperan dalam menjaga keseimbangan cairan tubuh terhadap konsentrasi larutan di sekitar lingkungannya dengan dibantu oleh insang. Hal ini merupakan salah satu adaptasi ikan terhadap lingkungannya. Untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh ikan yang hidup dilaut akan banyak minum dan sedikit mengeluarkan urine. Garam yang masuk melalui mulut bersama – sama air akan diekskresikan secara aktif melalui insang. Sebaliknya, ikan yang hidup di air tawar akan sedikit minum dan banyak mengeluarkan urine. Sementara itu, untuk mengganti garam yang dikeluarkan garam diabsorbsi dari lingkungannya melalui insang.
b. Sistem Ekskresi Pada Amphibia
Alat ekskresi Amphibia (katak) berupa sepasang ginjal yang berwarna merah kecokletan dengan bentuk bulat memanjang. Ginjal katak terletak di kanan dan kiri tulang belakang. Darah yang sudah disaring di dalam ginjal mengalir melalui ureter menuju kandung kemih (vesika urinaria)buntuk ditampung sementara. Akhirnya, urine sebagai sisa metabolisme akan dikeluarkan dari tubuh melalui kloaka. Kloaka merupakan muara tiga saluran, yaitu saluran kencing, saluran pencernaan, dan saluran kelamin.
Pada katak jantan, saluran ureter dan saluran kelamin menyatu membentuk saluran urogenitalia. Adapun pada katak betina saluran ureter dan saluran kelamin terpisah, tetapi tetap bermuara pada kloaka. Zat – zat lain seperti karbondioksida (CO ) dikeluarkan melalui kulit dan paru – paru.
c. Sistem Ekskresi Pada Reptilia
Alat ekskresi utama Reptilia adalah sepasang ginjal yang terletak di daerah panggul. Bentuk ginjal Reptilia berbeda – beda untuk setiap jenis hewan. Dari masing – masing ginjal terdapat ureter yang akan menyalurkan urine ke kandung kemih. Urine disimpan untuk sementara waktu sebelum dikeluarkan. Selanjutnya, urine akan dikeluarkan melalui kloaka. Pada hewan jantan, sebelum bermuara ke kloaka ureter bersatu dulu dengan saluran kelamin (vas deferens).
Pada ular dan kadal, bentuk ginjalnya panjang dan sempit. Letak ginjal tidak berdampingan, melainkan ginjal yang satu terletak di belakang ginjal yang lainnya. Ular, buaya, dan biawak tidak memiliki kandung kemih. Pada ketiga hewan tersebut, urinenya membentuk asam urat dan membuangnya dalam bentuk kering seperti pasta putih. Dengan demikian, sebagai reptil membuang limbah nitrogennya tanpa banyak kehilangan air.
d. Sistem Ekskresi Pada Aves
Alat ekskresi pada burung berupa sepasang ginjal yang berwarna cokelat. Ginjal akan menyaring darah dan memisahkan zat – zat yang tidak berguna, terutama asam urat. Asam urat akan dikeluarkan bersama feses yang berwarna putih seperti pasta. Burung tidak memiliki kandung kemih. Dari bagian bawah ginjal akan keluar ureter yang sempit yang berakhir di kloaka.
Sumber:
Yusa dan Maniam, MBS.(2014). Advanced Learning Biology 2B for Grade XI Senior High School Mathematics and Natural Sciences Programme. Facil, Grafindo Media Pratama: Bandung.
0 Response to "Sistem Ekskresi Pada Hewan"
Posting Komentar