ALIRAN ENERGI DALAM EKOSISTEM
Makalah Dasar-Dasar Ekologi
Oleh:
Malek Azis
1408104010002
KATA PENGANTAR
Sebagai insan yang beriman dan berpancasila, marilah kita
panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT dan selawat beserta salam kepada Nabi kita Muhammad B, karena atas kuasa-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ALIRAN ENERGI DALAM EKOSISTEM”. Makalah
ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Dasar-dasar Ekologi.
Dengan adanya makalah ini penulis berharap kita sebagai
mahasiswa dapat mengetahui dan memahami konsep tentang ekosistem serta
menyadari perlunya ekosistem.
Selain itu, penulis menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini pasti masih banyak kekurangan dan kesalahan baik dalam segi isi
maupun penulisannya. Untuk itu, penulis mohon kritik dan sarannya untuk
perbaikan dan penulisan selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi semuanya.
Penulis
Malek Azis
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ekosistem
merupakan hubungan timbal balik antar makhluk hidup dengan lingkungannya maupun
sesama makhluk hidupnya. Oleh karena itu, didalam ekosistem pasti terjadi
hubungan saling ketergantungan antara komponen satu dengan yang lain. Saling
ketergantungan itu mencakup berbagai kebutuhan untuk bereproduksi, makanan,
energi, air, mineral dan udara. Adanya saling ketergantungan menyebabkan di
dalam ekosistem terjadi rantai makanan, jaring-jaring makanan, aliran energi
dan siklus biogeokimia (Resosoedarmo, 1986).
Semua yang ada di bumi ini baik mahluk hidup maupun benda
mati tersusun oleh materi. Materi ini tersusun atas unsur-unsur kimia antara
lain karbon (C), Oksigen (O), Nitrogen (N), Hidrogen (H), dan Fosfor (P).
Unsur-unsur kimia tersebut atau yang umum disebut materi dimanfaatkan produsen
untuk membentuk bahan organik dengan bantuan matahari atau energi yang berasal
dari reaksi kimia. Bahan organik yang dihasilkan merupakan sumber energi bagi
organisme. Dalam suatu aliran energi ada 3 peran penting yang harus dimiliki
meliputi produsen yang berfungsi sebagai organisme yang membuat makanan sendiri
(autotrof) peran ini biasanya diambil oleh tumbuhan yang menghasilkan makanan
melalui proses fotosintesis, kemudian konsumen sebagai organisme yang tidak
mampu membuat makanan sendiri (heterotrof) sehingga untuk memenuhi
kebutuhannya, organisme ini bergantung pada organisme lain. Terakhir yaitu
dekomposer, merupakan organisme yang menguraikan sisa-sisa organisme yang telah
mati menjadi zat-zat organik sederhana. Zat-zat sederhana ini akan digunakan
kembali oleh produsen sebagai bahan nutrisi untuk membuat makanannya
(Resosoedarmo, 1986).
1.2.
Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah
dalam penulisan ini adalah:
a. Apa yang dimaksud dengan
aliran energi dan bentuknya?
b. Apa yang dimaksud dengan
rantai makanan?
c. Bagaimana proses aliran
energi dalam jaring-jaring makanan?
d. Apa yang dimaksud dengan
piramida energi?
e.
Apa yang dimaksud dengan siklus materi
f.
Apa fungsi dari
siklus materi?
g.
Apa saja siklus
materi dalam ekosistem ?
1.2. Tujuan
Adapun Tujuan dari makalah
ini adalah:
a. Mengetahui apa yang
dimaksud dengan aliran energi dan bentuknya.
b. Mengetahui apa yang
dimaksud dengan rantai makanan.
c. Mengetahui bagaimana
proses aliran energi dalam jaring-jaring makanan.
d. Mengetahui apa yang
dimaksud dengan piramida energi.
e. Mengetahui apa yang
dimaksud dengan sikluis materi.
f. Mengetahui
fungsi dari siklus materi.
g. Mengetahui
macam-macam siklus materi dalam ekosistem.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
Energi
didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengerjakan suatu pekerjaan. Perilaku
energi dapat dinyatakan dalam hukum-hukum termodinamika berikut:
1. Hukum
termodinamika pertama : menyatakan bahwa “energi dapat diubah dari satu tipe ke
tipe yang lain, tetapi tidak dapat diciptakan ataupun dimusnahkan”.
2. Hukum
termodinamika kedua : menyatakan bahwa “setiap terjadi perubahan bentuk energi,
pasti terjadi degradasi energi dari bentuk energi yang terpusat menjadi bentuk
energi yang terpencar, dan di dalam proses perubahan energi selalu melepaskan
panas dalam bentuk energi yang tidak dapat digunakan”.
proses pemindahan
energi yang terjadi di alam yaitu di dalam ekosistem sering disebut dengan
energitika. Tingkah laku energi di dalam ekosistem dapat diistilahkan dengan
‘aliran energi’ sebab transformasi energi yang kita lihat hanya satu jalur, dan
berbeda dengan tingkah laku materi yang berupa ‘siklus materi’.
Energi
dapat digunakan dengan efisien atau tidak, salah satunya tergantung pada kualitas gizi yang dikonsumsi
karena konsumen dapat mengkonversi sumber makanan berkualitas tinggi ke
jaringan hidup baru yang lebih efisien daripada sumber makanan berkualitas
rendah. Rendahnya transfer energi antara tingkat trofik membuat pengurai
umumnya lebih penting daripada produsen dalam hal aliran energi. Dekomposer
memproses sejumlah besar bahan organik dan mengembalikan nutrisi ke ekosistem
dalam bentuk anorganik, kemudian diambil lagi oleh produsen primer Odum,
1993).
|
2.2. Rantai Makanan
Dalam
ekosistem terjadi proses makan dan dimakan secara berurutan yang disebut dengan
rantai makanan. Proses inilah yang menentukan bagaimana energi mengalir dari
satu organisme ke organisme yang lain dalam satu sistem. Tiap tingkatan dari
rantai makanan disebut taraf trofik/
tingkat trofik. Pada setiap pemindahan energi, rata-rata 80%-90% energi
dikeluarkan dalam bentuk panas.
Suatu rantai makanan terdapat tingkatan untuk
mendapatkan sumber makanan yang disebut dengan tingkat trofik, yaitu:
2.
Produsen
Merupakan
organisme yang dapat mengolah makanan sendiri melalui proses fotosintetis.
3.
Konsumen
Organisme
yang tidak dapat mengolah sendiri makanannya disebut organisme heterotrof
konsumen. Konsumen dalam ekosistem dapat
di golongkan beberapa tingkat : konsumen tingkat I/primer (kelompok herbivora),
konsumen tingkat II/sekunder, konsumen tingkat III/tersier (Emanuel, 1997).
4.
Dekomposer
Beberapa
organisme mendapatkan energinya dengan cara memakan detritus atau materi
organik dari organisme lain. Detritivora yaitu organisme yang memakan detritus.
Organisme detritivora antara lain yaitu cacing tanah, kutu kayu, kepiting, dan
siput (Kimball, 1999).
Rantai
makanan dimulai dari produsen yang mengubah energi cahaya dari matahari menjadi
energi kimia. Energi kimia ini akan diteruskan pada konsumen tingkat pertama
atau primer, tingkat kedua atau sekunder, dan seterusnya sampai kelompok
organisme pengurai atau dekomposer. Rantai makanan sendiri memiliki menurut
para ilmuan dibagi menjadi tiga rantai pokok, yaitu :
1. Rantai pemangsa yaitu pemindahan energi dan materi dari
produsen ke binatang kecil, kemudian ke binatang besar, terakhir paling besar.
2. Rantai parasit yaitu dari organisme yang besar hingga
organisme yang hidup sebagai parasit, seperti cacing tanah dan bakteri.
3. Rantai saprofit yaitu dimulai dari organisme mati ke
organisme pengurai.
Berdasarkan
gambar rantai makanan di atas dapat kita simpulkan bahwa padi berperan sebagai
produsen, tikus sebagai konsumen I, ular konsumen II dan burung elang sebagai
konsumen III. Dari rantai makanan tersebut dapat kita gambarkan bahwa produsen
akan dimakan oleh konsumen I kemudian konsumen I akan dimakan oleh konsumen II,
dan konsumen II akan dimakan oleh konsumen III, terakhir karena konsumen III
merupakan konsumen terakhir, maka ketika dia mati akan diurai oleh perombak dan
nutrisi yang didapat oleh perombak akan digunakan kembali oleh padi sebagai
produsen begitupun selanjutnya. Proses penguraian tidak hanya terjadi pada
konsumen tingkat III, karena apabila konsumen I atau II tidak dimakan oleh
konsumen diatasnya maka mereka akan mati dan terurai dengan bantuan
perombak(Kimball, 1999).
2.3. Jaring makanan
Jaring
makanan adalah gabungan dari berbagai rantai makanan (Odum, 1993). Semua rantai
makanan dalam suatu ekosistem tidak berdiri sendiri, melainkan saling
berhubungan dengan rantai makanan yang lain. Bahkan di dalam ekosistem, ketiga
kelompok rantai makanan yang telah disebutkan diatas (rantai pemangsa, rantai
parasit, dan rantai saprofit) saling berkaitan. Dengan kata lain, jika
tiap-tiap rantai makanan yang ada di dalam ekosistem disambung-sambungkan dan
membentuk gabungan rantai makanan yang lebih kompleks, maka terbentuk suatu
jaring makanan (Indriyanto, 2006).
|
2.4. Tingkat trofik
Menurut Heddy dkk. (1986) tingkat trofik merupakan urutan
organisme dalam rantai makanan pada suatu ekosistem. Oleh karena itu, berbagai
organisme yang memperoleh sumber makanan melalui langkah yang sama dapat
dianggap termasuk ke dalam tingkat trofik yang sama (Resosoedarmo dkk. 1986;
Odum, 1993).
Adapun
tingkat trofik ini dibedakan dalam:
1. Tingkat
trofik pertama, yaitu semua organisme yang berperan sebagai produsen.
2. Tingkat
trofik kedua yaitu organisme herbivora (konsumen primer).
3. Tingkat
trofi ketiga yaitu organisme karnivora kecil (konsumen sekunder).
4. Tingkat
trofi keempat yaitu organisme karnivora besar (konsumen tersier).
|
5. Tingkat
trofi kelima yaitu organisme perombak (dekomposer dan transformer).
2.5. Piramida ekologi
Setiap tahap dalam rantai makanan akan ada sejumlah
energi yang hilang karena tidak terasimilasi atau lepas sebagai panas, sehingga
organisme yang berada pada ujung tingkat trofik akan memperoleh energi lebih
kecil. Apabila energi yang tersedia dalam suatu rantai makanan itu disusun
secara berurutan berdasarkan urutan tingkat trofik, maka membentuk sebuah
kerucut yang dikenal dengan piramida ekologi. Dengan demikian piramida ekologi
adalah susunan tingkat trofik (tingkat nutrisi atau tingkat energi) secara
berurutan menurut rantai makanan atau jaring makanan dalam ekosistem
(Indriyanto, 2006).
Piramida ekologi dapat digolongkan dalam tiga tipe yaitu:
1.
Piramida
jumlah, yaitu suatu piramida yang menggambarkan jumlah individu pada setiap
tingkat trofik dalam suatu ekosistem.Piramida jumlah umumnya berbentuk
menyempit ke atas. Organisme piramida jumlah mulai tingkat trofik terendah
sampai puncak adalah sama seperti piramida yang lain yaitu produsen, konsumen
primer dan konsumen sekunder, dan konsumen tertier. Artinya jumlah tumbuhan
dalam trofik pertama lebih banyak dari pada hewan (konsumen primer) di trofik
kedua, jumlah organisme kosumen sekunder lebih sedikit dari konsumen primer,
serta jumlah organisme konsumen tertier lebih sedikit dari organisme konsumen
sekunder (Soerya, 1994).
2.
Piramida
biomassa Yaitu piramida yang menggambarkan terjadinya penurunan atau
peningkatan biomassa organisme pada tiap tahap tingkatan trofik. Piramida
biomassa pada ekosistem daratan dan ekosistem perairan terjadi perbedaan
bentuk. Pada ekosistem daratan piramida biomassanya tegak, sedangkan ekosistem
perairan piramida biomassanya terbalik
hal ini karena pada ekosistem daratan jumlah organisme produsen lebih banyak
dibandingkan jumlah organisme konsumen pada tiap tingkat trofik, maka biomassa
konsumen makin kecil menuju ke puncak piramida sedangkan dalam ekosistem
perairan biomassa konsumennya selalu lebih besar daripada biomassa produsen
(Resosoedarmo dkk. 1986).
3.
Piramida
energi Merupakan piramida yang menggambarkan terjadinya penurunan energi pada
tiap tahap tingkatan trofik, setiap urutan tingkat trofik, akan terjadi
kehilangan energi. Karena setiap pengubahan energi akan menimbulkan hilangnya
energi yang dipakai, hali ini sesuai dengan Hukum Termodinamika II. Bentuk
piramida energi ini adalah piramida tegak.
Ketiga tipe piramida ekologi tersebut, piramida energi merupakan piramida
yang terbaik karena dapat memberikan gambaran menyeluruh berkaitan dengan
sifat-sifat fungsional suatu ekosistem. Piramida energi juga menunjukkan
efisiensi ekologi atau keproduktifan ekosistem. Disamping itu, piramida energi
tidak dipengaruhi oleh ukuran organisme dan kecepatan metabolisme pada tiap
organisme, sehingga apabila semua sumber energi diperhitungkan, maka bentuk
piramida selalu tegak sesuai dengan Hukum Termodinamika II (Resosoedarmo dkk.
1986).
Materi yang menyusun tubuh
organisme berasal dari bumi. Materi yang berupa unsur-unsur terdapat dalam
senyawa kimia yang merupakan materi dasar makhluk hidup dan tak hidup
(Indriyanto, 2010).
Pertukaran atau perubahan yang
terus menerus, antara komponen biosfer yang hidup dengan tak hidup dapat juga
disebut dengan siklus materi. Suatu ekosistem, materi pada setiap tingkat
trofik tidak hilang, namun materi berupa unsur-unsur penyusun bahan organik
tersebut didaur-ulang. Unsur-unsur tersebut masuk ke dalam komponen biotik
melalui udara, tanah, dan air. Daur ulang materi tersebut melibatkan makhluk
hidup dan batuan sehingga disebut siklus materi (Delvian, 2006).
a)
Fungsi Siklus Materi
Fungsi siklus materi adalah sebagai siklus materi yang
mengembalikan semua unsur-unsur kimia yang sudah terpakai oleh semua yang ada
di bumi baik komponen biotik maupun komponen abiotik, sehingga kelangsungan
hidup di bumi dapat terjaga (Kilham, 1996).
b)
Macam-macam Siklus
Materi
Terdapat banyak macam materi
dalam ekosistem yang mengalami perputaran siklus, namun ada 5 macam siklus
materi yang umum dikenal, yaitu:
1)
Siklus Air
Energi dari Matahari menghangatkan permukaan
bumi dan menyebabkan air menguap dari lautan dan danau. Air berubah menjadi uap
air ketika menguap, dan uap air memasuki atmosfer. Di atmosfer, uap air
mendingin dan berubah kembali menjadi cair air dalam bentuk awan (kondensasi).
Air kemudian kembali ke permukaan bumi sebagai hujan atau salju (curah hujan).
Beberapa hujan dan salju yang mencair tenggelam ke dalam tanah. Tanah ini
merembes turun melalui bebatuan dan tanah ke meja air dan akhirnya kembali ke
laut. Beberapa hujan dan salju mencair lari ke sungai. Air dari sungai mengalir
ke danau dan lautan , dimana siklus dimulai kembali.
Tumbuhan darat menyerap air yang ada di
dalam tanah. Dalam tubuh tumbuhan air mengalir melalui suatu pembuluh. Kemudian
melalui tranpirasi uap air dilepaskan oleh tumbuhan ke atmosfer. Transpirasi
oleh tumbuhan mencakup 90% penguapan pada ekosistem darat. Air tanah dan air
permukaan sebagian mengalir ke sungai, kemudian ke danau dan ke laut. Siklus
ini di sebut Siklus Panjang. Sedangkan siklus yang dimulai dengan proses
Transpirasi dan Evapotranspirasi dari air yang terdapat di permukaan bumi, lalu
diikuti oleh Presipitasi atau turunnya air ke permukaan bumi disebut Siklus
Pendek (Killham,
1996).
2) Siklus Karbon dan Oksigen
Karbon
merupakan salah satu unsur yang mengalami daur ulang dalam ekosistem. Di
atmosfer Karbon terikat dalam bentuk senyawa karbon dioksida (CO2). Dimulai
dari karbon yang ada di atmosfer berpindah melalui tumbuhan yang bertindak
sebagai produsen, konsumen, dan organisme pengurai kemudian kembali lagi ke
atmosfer dalam bentuk karbondoksida (CO2) (Indriyanto, 2010).
Karbondioksida
memiliki pengaruh radiasi panas dari bumi karena karbon dioksida merupakan
bagian esensial udara. Radiasi panas dapat membentuk persediaan karbon
anorganik. Proses fotosintesis yang terjadi pada tumbuhan hijau (produsen)
merupakan proses pengubahan karbon dioksida sebagai karbon anorganik menjadi
karbohidrat sebagai senyawa hidrokarbon yang dalam hal pengubahan karbon
disebut juga senyawa karbon organic dalam tubuh tumbuhan disertai dengan
penyimpanan energy yang bersumber dari radiasi matahari, sehingga dalam tubuh
tumbuhan tersimpan energy yang disebut energy biokimia tersimpan bersama
senyawa organic kompleks (Indriyanto, 2010).
Sebagian
karbon organic akan terurai dan CO2 dibebaskan lagi ke udara melalui respirasi,
sebagian karbon organic lainnya diubah menjadi senyawa organic kompleks dalam
tubuh tumbuhan selama pertumbuhannya. Senyawa organic tersebut akan ditransfer ke
dalam tubuh konsumen melalui proses interaksi dalam rantai makanan maupun
jaringan makanan, sehimgga sebagian dari senyawa karbon organic akan tetap
berada dalam tubuh konsumen sampai mati. Setelah produsen dan konsumen mati,
maka senyawa organic akan segera terurai lagi melalui proses penguraian
(dekomposisi) oleh organism pengurai dan karbon akan dilepas sebagai CO2 dan
masuk ke udara atau ke dalam air. Bahan karbonat yang tidak mudah terurai dalam
waktu yang lama akan berubah menjadi batu kapur, arang dan minyak yang disebut
bahan bakar fosil (Indriyanto, 2010).
Jumlah
karbon yang tersimpan dalam ekosistem berbeda-beda. Pada ekosistem dengan
komunitas tumbuhan sempurna dan keanekaragaman spesies tumbuhannya tinggi, maka
produksi karbon dioksida baik oleh aktivitas organisme pengurai, proses
respirasi, maupun penggunaan bahan bakar fosil akan diimbangi oleh proses
pengikatan atau fiksasi karbondoksida oleh tumbuhan. Kenaikan kandungan
karbondoksida akan mengakibatkan kenaikan suhu bumi yang terjadi karena efek
rumah kaca, panas yang dilepaskan dari bumi diserap oleh karbondioksida diudara
dan dipancarkan kembali ke permukaan bumi. Oleh karena itu perlu keseimbangan
dengan adanya pengikatan karbondioksida oleh tumbuhan (Killham, 1996).
3) Siklus
Nitrogen
Semua organisme membutuhkan nitrogen untuk membangun
protein, yang digunakan untuk membangun sel-sel baru. Nitrogen membentuk 78 %
dari gas di atmosfer. Namun, sebagian besar organisme tidak dapat menggunakan
atmosfer nitrogen. Ini harus diubah, atau tetap, sebelum organisme dapat
menggunakannya. Satu-satunya organisme yang dapat memperbaiki nitrogen atmosfer
menjadi senyawa kimia adalah beberapa spesies bakteri yang dikenal sebagai
Semua organisme lain tergantung pada ini bakteri untuk memasok nitrogen. Bakteri
pengikat nitrogen adalah penting bagian dari suatu proses di mana nitrogen
bersepeda antara atmosfer, bakteri, dan organisme lainnya. Di alam, Nitrogen
terdapat dalam bentuk senyawa organik sepertiurea, protein, dan asam nukleat
atau sebagai senyawa anorganik sepertiammonia, nitrit, dan nitrat
• Tahap pertama
Daur nitrogen adalah transfer nitrogen dari atmosfir ke
dalam tanah.Selain air hujan yang membawa sejumlah nitrogen, penambahan
nitrogen kedalam tanah terjadi melalui proses fiksasi nitrogen. Fiksasi
nitrogen secarabiologis dapat dilakukan oleh bakteri Rhizobium yang
bersimbiosis dengan polong-polongan, bakteri Azotobacter dan Clostridium.
Selain itu gangganghijau biru dalam air juga memiliki kemampuan memfiksasi
nitrogen.
• Tahap kedua
Nitrat yang di hasilkan oleh fiksasi biologis digunakan
oleh produsen(tumbuhan) diubah menjadi molekul protein. Selanjutnya jika
tumbuhanatau hewan mati, mahluk pengurai merombaknya menjadi gas amoniak (NH3)
dan garam ammonium yang larut dalam air (NH4+). Proses inidisebut dengan
amonifikasi. Bakteri Nitrosomonas mengubah amoniak dansenyawa ammonium menjadi
nitrat oleh Nitrobacter. Apabila oksigen dalamtanah terbatas, nitrat dengan
cepat ditransformasikan menjadi gas nitrogenatau oksida nitrogen oleh proses
yang disebut denitrifikasi .
4) Siklus Fosfor
Di
alam, fosfor terdapat dalam dua bentuk, yaitu senyawa fosfat organik (pada
tumbuhan dan hewan) dan senyawa fosfat anorganik (pada air dan tanah). Fosfat
organik dari hewan dan tumbuhan yang mati diuraikan oleh dekomposer (pengurai)
menjadi fosfat anorganik. Fosfat anorganik yang terlarut di air tanah atau air
laut akan terkikis dan mengendap di sedimen laut. Oleh karena itu, fosfat
banyak terdapat di batu karang dan fosil.
Fosfat dari batu dan fosilterkikis dan membentuk fosfat
anorganik terlarut di air tanah danlaut. Fosfat anorganik ini kemudian akan
diserap oleh akar tumbuhan lagi. Siklus ini berulang terus menerus.
5) Siklus Sulfur
Secara alami sulfur terdapat di dalam tanah dalam bentuk mineral
tanah dan atmosfer. Dan beberapa berasal dari gunung api dan sisa pembakaran
minyak bumi dan batu bara. Selain itu juga terdapat sulfur yang berasal dari
makhluk hidup. Belerang juga dapat di dapat dengan cara buatan seperti dengan
pemberian pupuk pada tanaman yang akan memberikan kandungan sulfur pada tanah.
Siklus sulfur berasal dari
pembentukan sulfur pada kerak bumi dan atmosfer. Pada kerak bumi bisanya berupa
Sulfur Organik, SO¬4, Batubara dan lain-lain yang tercipta di kerak bumi. Pada
atmosfer sulfur biasanya berupa Hidrogen Sulfida (H2S). Pada siklus sulfur
hampir sama dengan siklus Posfor, yaitu anion dari sulfat dapat diserap oleh
tanah. Pada siklus sulfur terjadi Oksidasi dan reduksi (Delvian, 2006).
Tanah sulfur akan digunakan
tanaman dalam bentuk Sulfat sebagai hara. Setelah itu tumbuhan akan dimakan
oleh hewan herbivora yang selanjutnya akan dimangsa oleh predator. Dari makhluk
hidup itu akan mati dan diurai materi organiknya termasuk sulfur di dalamnya
oleh mikroorganisme. Contoh mikroorganisme yang mengurainya adalah bakteri
sulfat yang mengubah sulfat menjadi sulfide dalam bentuk Hidrogen Sulfida. H2S
akan digunakan oleh bakteri fotoautotrof anaerob. Kemudian dilepaskan ke udara
dalam bentuk yang selanjutnya dioksidasi oleh bakteri kemolitotrof menjadi Sulfat kembali, dan siklus pun
berulang (Delvian, 2006).
BAB
III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
1. Aliran
energi adalah jalur satu arah dari perubahan energi pada suatu ekosistem. Proses aliran energi
antarorganisme dapat terjadi karena adanya proses makan dan di makan.
2. Aliran
energi di ekosistem dapat
dalam bentuk rantai makanan, jaring-jaring
makanan dan piramida ekologi yang didalamnya terjadi proses pertukaran energi
dari satu organisme ke organisme lainnya.
3. Proses makan dan dimakan
secara berurutan disebut
dengan rantai makanan. Proses inilah yang menentukan bagaimana energi mengalir
dari satu organisme ke organisme yang lain dalam satu sistem.
4. Tiap-tiap rantai makanan
yang ada di dalam ekosistem disambung-sambungkan dan membentuk gabungan rantai
makanan yang lebih kompleks, maka terbentuk suatu aliran energi di dalamnya.
5. Piramida energi menggambarkan
terjadinya penurunan energi pada tiap tahap tingkatan trofik, setiap urutan
tingkat trofik yang akan
terjadi kehilangan energi.
6. Siklus
materi merupakan suatu siklus unsur atau senyawa kimia yang mengalir dari
komponen abiotik ke biotik dan kembali lagi ke komponen abiotik.
7. Peranan
siklus materi dalam ekosistem sebagai penjaga kestabilan ekosistem dengan cara
mengembalikan unsur kimia yang digunakan oleh semua yang ada dibumi dalam
bentuk organik maupun anorganik.
8. Terdapat
5 macam siklus materi yang sudah umum dikenal, yaitu siklus air, oksigen,
nitrogen, sulfur dan fosfor.
DAFTAR
PUSTAKA
Delvian. 2006. Siklus Hara Faktor Penting Bagi Pertumbuhan Pohon Dalam Pengembangan
Hutan Tanaman Industri. Universitas Sumatra Utara, Medan.
Emanuel,
A.P.,1997. Biologi.. PT Galaxy
Puspa Mega, Jakarta.
Ir Indriyanto. 2005. Ekologi
Hutan. Penerbit Bumi Aksara, Bandar Lampung.
Kimball. 1999. Biologi Jilid 3. Erlangga, Jakarta.
Kilham, K. 1996. Soil Ecology. Cambridge University Press, United kingdom.
P.Odum,Eugene. 1993.Dasar-dasar
Ekologi Edisi ke tiga. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Resosoedarmo, S., K. Kartaminata, dan A.
Soegiarto. 1986. Pengantar Ekologi. Remadja
Rosda Karya,Bandung.
Soerya. 1994 . Piramida Ekologi. PT. Gerda Perkasa
bandung, Bandung.
0 Response to "ALIRAN ENERGI DALAM EKOSISTEM"
Posting Komentar