KEANEKARAGAMAN JENIS HEWAN DI DESA CUCUM, KOTA JANTHO, KABUPATEN ACEH BESAR, ACEH

Advertisement


Advertisement
KEANEKARAGAMAN JENIS HEWAN DI DESA CUCUM, KOTA JANTHO, KABUPATEN ACEH BESAR, ACEH



LAPORAN

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan
memenuhi syarat-syarat guna pelaksanaan pratikum taksonomi hewan




Oleh:


Ananda Riva Mauliddya Putri
1408104010044
Maisun
1408104010034
Melina Filza Tijani
1408104010014
Malek Azis
1408104010002
Nunuk Riyanti
1408104010026

















JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH

NOVEMBER,  2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas berkat, rahmat dan karunia-Nya laporan yang berjudul “Keanekaragaman Jenis Hewan di Desa Cucum, Kota Jantho, Kabupaten Aceh Besar, Aceh” ini dapat kami selesaikan tepat pada waktunya. Salawat dan salam kami sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Terimakasih kami ucapkan kepada dosen pembimbing serta asisten mata kuliah Taksonomi Hewan”  yang senantiasa memberi arahan kepada kami sehingga laporan praktikum lapangan ini dapat diselesaikan.
Laporan ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasa ataupun penulisannya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar laporan ini dapat menjadi lebih baik lagi.


Darussalam, 1 Desember 2015
                                                               

Penulis



DAFTAR  Halaman 
Kata pengantar.......................................................................................................... i
Daftar Isi............................................................................................................... .. ii
Daftar Tabel.......................................................................................................... . iii
Daftar Lampiran...................................................................................................... iv
BAB I Pendahuluan
1.1.     Latar Belakang................................................................................. .. 1
1.2.     Tujuan.............................................................................................. .. 2
1.3.     Manfaat............................................................................................ .. 2
BAB II Tinjauan Pustaka..................................................................................... 3
BAB III Metode Kerja
3.1.  Waktu dan Tempat........................................................................... 11
3.2.  Alat dan Bahan................................................................................. 11
3.3.  Cara Kerja......................................................................................... 11
BAB IV Hasil dan Pembahasan
4.1.  Hasil.................................................................................................. 13
4.2.  Pembahasan...................................................................................... 18
BAB V Penutup
5.1.  Kesimpulan....................................................................................... 25
5.2.  Saran................................................................................................. 25
Daftar Pustaka..................................................................................................... 26           
Lampiran............................................................................................................. 27           






DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1. Hasil pengamatan spesimen bebas....................................................... 13
Tabel 4.2. Hasil pengamatan pitfall trap ............................................................... 13
Tabel 4.3. Hasil Pengamatan Light Trap H-1 Jam 22.00 WIB............................. 17
Tabel 4.4. Hasil Pengamatan Light Trap H-2 Jam 04.00 WIB...........................

DAFTAR LAMPIRAN
 Halaman
Lampiran 1. spesimen bebas................................................................................. 27
Lampiran 2. Spesimen fit fall trap........................................................................ 30

                                                                 BAB I
PENDAHULUAN
1.1.   Latar Belakang
Keanekaragaman adalah watak kehidupan. Ahli biologi sejauh ini telah mengidentifikasi dan menamai sekitar 1,8 juta spesies. Sejauh ini, keanekaragaman kehidupan ini diketahui mencakup setidaknya 6.300 spesies prokariota (organisme bersel prokariot), 100.000 fungi, 290.000 tumbuhan, 52.000 vertebrata (hewan bertulang belakang) dan satu juta serangga (melebihi setengah dari semua bentuk kehidupan yang diketahui). Setiap tahun para peneliti mengidentifikasi ribuan spesies baru. Estimasi jumlah totol spesies berkisar dari sekitar 10 juta sampai lebih dari 100 juta. Berapapun jumlah sebenarnya, keragaman kehidupan yang luar biasa menjadi ruang lingkup biologi amat luas (Campbell, 2010).
Pembentukan takson didasarkan atas banyak sedikitnya kesamaan sifat. Sifat-sifat yang dijadikan dasar untuk penentuan takson yang berarti juga sebagai dasar dalam mengadakan klasifikasi itu ternyata berbeda-beda dari masa ke masa, yang dipengaruhi oleh orang yang mengadkan klasifikasi dan tujuan yang ingin dicapai dengan pengklasifikasian itu (Gembong, 1993).
Klasifikasi Hewan atau Taksonomi Hewan merupakan ilmu yang mengkaji tentang pengelompokan berdasarkan kesamaan bentuk dan fungsi pada tubuh hewan. Tujuan klasifikasi itu sendiri adalah untuk memudahkan mengenali jenis- jenis hewan serta memudahkan komunikasi di dalam biologi. Klasifikasi hewan bersifat dinamis, hal itu disebabkan beberapa kemungkinan seperti adanya perkembangan pengetahuan tentang hewan, penggunaan karakter yang berbeda dalam klasifikasi. Klasifikasi hewan didasarkan atas persamaan dan perbedaan karakter tertentu pada hewan yang bersangkutan.
Penggolongan hewan di alam meliputi dua kelompok besar yaitu avertebrata dan vertebrata. Hewan avertebrata adalah hewan yang tidak bertulang belakang. Struktur morfologi dan anatomi hewan avertebrata lebih sederhana dibandingkan dengan kelompok vertebrata. Sistem pencernaan, pernapasan dan peredaran darah hewan avertebrata lebih sederhana dibandingkan hewan vertebrata.
                                                           
1.2.  Tujuan
Tujuan dari praktikum lapangan ini adalah untuk memahami tata cara pengumpulan spesimen, pengolahan dan pengawetan spesimen serta  mengelompokkan hewan berdasarkan taksonnya.

1.3.   Manfaat
Manfaat dari praktikum ini adalah mampu memahami cara mengumpulkan spesimen, mampu mengolah dan mengawetkan spesimen serta mampu mengelompokkan hewan berdasarkan taksonnya.





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hewan terbagi menjadi 2 golongan, yaitu vertebrata dan invertebrata. Berdasarkan suhu tubuhnya semua hewan invertebrata mengeluarkan panas tubuhnya ke lingkungan karena mereka tidak mempunyai alat pelindung atau tidak dapat mengukur suhu tubuhnya. Suhu tubuh hewan invertebrata disesuaikan dengan suhu lingkungannya kecuali pada waktu hewan itu  sedang sangat aktif. Tidak demikian halnya dengan hewan vertebrata tingkat tinggi, yang mana suhu tubuhnya tetap dipertahankan dan bila suhu lingkungan berubah maka  aktivitasnya akan berubah agar suhu tubuhnya tetap. Pada lingkungan yang dingin, hewan vertebrata akan lebih banyak membutuhkan oksigen untuk bernafas agar suhu tubuhnya dapat dipertahankan. Contoh-contoh hewan yang tergolong kedalam invertebrata adalah porifera, coelenterata, platyhelminthes, nemathelminthes, annelida, molusca, arthropoda, echinodermata. Sedangkan hewan yang tergolong hewan vertebrata adalah pisces, amphibia, reptil, aves dan mammalia (Nurdin, 1989).
Vertebrata merupakan subfilum dari chordata yang memiliki anggota yang cukup besar dan paling dikenal. Tubuhnya dibagi menjadi tiga bagian yang cukup jelas yaitu kepala, badan dan ekor. Kepala dengan rangka dalam (cranium), di dalamnya terdapat otak. Karena mempunyai cranium ini vertebrata dikenal juga sebagai craniata. Notochord sebagai penyokong berakhir pada cranium dan pada tingkat yang telah maju diganti oleh unsur-unsur tulang rawan atau tulang sejati yang membentuk tulang belakang. Kelompok ini dikatakan vertebrata karena mempunyai tulang belakang yang beruas-ruas (Maskoeri,1992).
Avertebrata adalah hewan yang tidak bertulang belakang, serta memiliki struktur morfologi dan anatomi lebih sederhana daripada kelompok hewan bertulang belakang. Sistem pencernaan, pernafasan dan peredaran darah lebih sederhana dibandingkan hewan vertebrata. Menurut kondisi rongga tubuh, hewan avertebrata ada yang tidak memiliki rongga tubuh disebut Aselomata. Hewan yang memiliki rongga tubuh semua, yaitu rongga tubuh belum dilengkapi dengan peritonieum (mesoderm) yang disebut Pseudoselomata. Hewan yang telah memiliki rongga tubuh yang sempurna, yaitu telah memiliki peritonium di bagian dalam dan luar untuk melidungi saluran pecernaan disebut Peritoneum visceralis atau Selomata (Suhardi, 1983).
Molusca ( mollis=lunak) merupakan hewan yang bertubuh lunak. Tubuhnya lunak dilindungi oleh cangkang, meskipun ada juga yang tidak bercangkang. Hewan ini tergolong triploblastik selomata. Ukuran dan bentuk molusca sangat bervariasi. Misalnya siput yang panjangnya hanya beberapa milimeter dengan bentuk bulat telur. Namun ada yang dengan bentuk torpedo bersayap yang panjangnya lebih dari 18 m seperti cum-cumi raksasa. Molusca hidup secara heterotrof dengan memakan ganggang, udang, ikan ataupun sisa-sisa organisme (Maskoeri, 1992).
Molusca  tersebar luas dalam habitat laut, air tawar, dan darat, tetapi lebih banyak terdapat dalam lautan. Umumnya, molusca berselubung sebuah mantel yang merupakan batas ruang mantel itu sendiri. Secara internal, mantel itu bertaut dengan tubuh. Semua molusca selalu mempunya massa muskular, disebut kaki yang bentuk dan fungsinya bervariasi menurut kelasnya. Molusca mempunyai sistem digesti, respirasi, ekskresi, dan reproduksi yang kompleks. Beberapa jenis molusca mempunyai stadium larva trokofor serupa yang terdapat pada annelida. Sistem sirkulasi terdiri dari jantung yang beruang-ruang. Sistem pembuluh darah tertutup, menyangkut sistem kapiler spesial dalam organ-organ ekskresi dan respirasi. Sistem sirkulasi pada molusca merupakan sistem yang paling majemuk dari sistem sirkulasi pada invertebrata lainnya. Pada beberapa molusca, sistem saraf dan sistem peraba sangat sukar. Khusus tentang matanya, ternayata mata molusca serupa dengan mata vertebrata.  Jadi, molusca merupakan hewan non-metameris yang tingkat perkembangannya paling tinggi.  Akhir-akhir ini ditemukan adanya molusca bersegmen dan ini menunjukkan bahwa molusca mempunyai nenek moyang annelida (Mukayat, 1989).
Gastropoda (dalam bahasa latin, gaster=perut, podos=kaki) adalah kelompok hewan yang menggunakan perut sebagai alat gerak atau kakinya. Misalnya, siput air (Lymnaea sp.), remis (Corbicula javanica),dan bekicot (Achatina fulica). Hewan ini memiliki ciri khas berkaki lebar dan pipih pada bagian ventral tubuhnya. Gastropoda bergerak lambat menggunakan kakinya. Gastropoda darat terdiri dari sepasang tentakel panjang dan sepasang tentakel pendek. Pada ujung tentakel panjang terdapat mata yang berfungsi untuk mengetahui gelap dan terang. Sedangkan pada tentakel pendek berfungsi sebagai alat peraba dan pembau. Gastropoda akuatik bernapas dengan insang, sedangkan Gastropoda darat bernapas menggunakan rongga mantel (Brotowidjojo, 1989).
Gastropoda memiliki variasi habitat, ada yang mampu hidup di laut ada pula yang mampu dalam berbagai tipe substrat dasar perairan. Arus sungai sendiri pada dasarnya akan mempengaruhi kandungan substrat dan juga akan mempengaruhi kepadatan dan keanekaragaman hayati. Hewan-hewan bentos yang sering ada dalam grup dan mempunyai sifat khas dikenal sebagai communities masyarakat. Hal ini berhubungan dengan kondisi lingkungan yang spesifik (Hutabarat, 1985).
Cacing dari filum annelida memiliki tubuh bersegmen, artinya tubuhnya terdiri atas satuan yang berulang-ulang. Meskipun beberapa struktur, seperti saluran pencernaan, terdapat disepanjang tubuh cacing tersebut, tetapi yang lain seperti organ ekskresi terulang pada segmen demi segmen. Dari luar segmentasi ini tampak seperti rangkaian cincin. Ciri-ciri khas lain annelida adalah simetri bilateral, suatu sistem peredaran yang efisien dengan darah yang dipompa melalui sistem pembuluh dari tertutup dan sistem saraf yang cukup rumit. Pembuluh saraf utama terdapat pada bagian ventral. Ciri lain pada cacing annelida yang tidak terdapat pada hewan yang lebih primitif adanya rongga tubuh yang besar berisi cairan. Hal ini memungkinkan organ-organ dalam bergesekan satu sama lain dengan mudah, sehingga memudahkan gerakan tubuh yang ekstensif. Rongga ini disebut selom, seluruhnya dilapisi oleh mesoderm. Akan tetapi, perkembangan embrionya sangat berbeda dengan perkembangan selom pada vertebrata. Dalam tahapan pembelahan awal, dalam embrio terdapat sel-sel mesoderm khusus. Pembelahan mitosis sel-sel ini menghasilkan massa jaringan mesoderm. Akhirnya dalam jaringan tersebut berkembang suatu rongga yang secara berangsur-angsur membesar menjadi selom. Pada filum annelida telah ditemukan 8900 spesies yang dibagi menjadi 3kelas. Kelas yang terbesar adalah polychaeta, yang terdiri dari cacing laut seperti cacing palolo. Kelas kedua adalah oligochaeta dan kelas yang ketiga adalah hirudinea (Kimball, 1983).
Alat ekskresi dari filum annelida adalah nephridia, terutama metanephridia, yang terdapat sepasang tiap ruas. Peredaran darah tertutup melingkari pharynix, sebuah atau sepasang benang saraf ventral sepanjang tubuh yang dilengkapi sebuah ganglion dan sepasang saraf lateral pada tiap ruas. Di samping itu, terdapat alat indera atau sel indra yang berfungsi sebagai alat peraba, perasa, dan penerima cahaya. Filum annelida terdiri dari sekitar 75.000 spesies, meliputi tiga kelompok besar, yaitu polychaeta, oligochaeta, dan hirudiena, serta dua kelompok kecil, yaiu aelosamata dan branchiobdelia (Suwignyo, 2005).
Jumlah Annelida yang telah dikenal sekitar 15.000 spesies dengan ukuran yang bervariasi, dari yang panjangnya 1 mm hingga 3 m. Annelida dapat hidup di berbagai tempat, baik di air tawar, air laut, atau daratan. Umumnya hidup bebas, meskipun ada yang bersifat parasit. Cacing ini mempunyai tingkatan lebih tinggi dibanding dengan kedua kelompok  cacing yang telah dibahas sebelumnya. annelida memiliki bentuk tubuh bilateral, dengan tubuh beruas-ruas dan dilapisi lapisan kutikula nonchitinous serta dilengkapi pula oleh sejumlah bristle chitin yang disebut setae. Cacing ini terbagi sesuai dengan ruas-ruas tubuhnya terbagi sesuai dengan ruas-ruas tubuhnya dan satu sama lain dibatasi dengan sekat (septum). Pembuluh darah, sistem saraf, dan sistem ekskresi di setiap segmen saling berhubungan melewati septa. Meskipun demikian, antara ruas satu dengan ruas lainnya tetap berhubungan sehingga terlihat seperti cincin yang terkoordinasi (Budiyanto, 2013).
Oligochaeta meliputi cacing tanah dan beberapa spesies yang hidup dalam air tawar. Oligocghaeta tubuhnya juga jelas bersegmen-segmen, jumlah setae sedikit (Oligos=sedikit ; chaetae=Bulu kaku/setae). Tubuh cacing ini umumnya berbentuk panjang silindris, dengan panjang sekitar 18cm dan diameter tubuhnya sekitar 0,935 cm. Setae tidak terdapat pada parapodia, prostomium jelas ada tetapi umumnya tanpa ekskremitas, selalu bersifat hermaprodit, terstis dan ovarium terdapat dalam segmen-segmen bagian anterior dan testis selalu terletak di sebelah anteroir ovarium. Duktuligenitales bermuara ke dalam suatu rongga yang disebut spermathekae, reproduksi dilakukan dengan fertilisasi silang, ova terdapat di dalam kokon dan pertumbuhan dan perkembangan terjadi secara langsung tanpa melalui stadium larva. Kelas Oligochaeta meliputi 2 ordo yaitu terricolae dan limicolae. Ordo terricolae bersifat teristrial yaitu hidup di tanah contohnya Lumbricus, Allolobophora, Eutyphoeus. Dan ordo limicolae bersifat akuatis contohnya Tubifex, Stylaria, Alosoma (Radiopoetro, 1977).
Arthropoda merupakan filum besar dengan anggota meliputi 4/5 dari jumlah hewan yang ada. Tubuhnya bersegmen, mempunyai kulit keras terdiri dari kitin, yang berfungsi sebagai eksoskeleton. Arthtrhopoda memiliki 4 kelas yaitu, crustacea, myriapoda, arachnoida dan insekta. Kelas insekta merupakan kelas yang jumlah jenisnya sangat besar dan anggotanya hidup tersebar dimana-mana. Insketa merupakan satu-satunya kelompok hewan avertebrata yang dapat terbang. Tubuh dapat dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu kepala (chepalus), dada (thorax), dan perut (abdomen). Selain mata majemuk dan oceli, pada kepala juga dijumpai sepasang antena dan alat-alat mulut. Kaki berjumlah 3 pasang, yang berada di tiga segmen dada. Dibagian yang sama juga dijumpai adanya 1-2 pasang sayap. Pada jenis-jenis tertentu, sepasang sayap mengalamai reduksi, bahkan ada jenis-jenis yang telah kehilangan sayapnya sama sekali. Organ kelaminnya berumah dua, alat kelamin terletak pada segmen terakhir perutnya, dan fertilisasi terjadi secara internal. Daur hidup insekta mengalami metamorfosa. Bernafas dengan trakea, mempunyai sistem peredaran darah terbuka, dan sistem ekskresi dengan tubulus malpighi. Banyak jenis insekta yang bermanfaat bagi manusia, walau juga banyak yang merugikan. Contoh dari insekta adalah Locusta migratoria (Wardhana, 1990).
Ciri-ciri umum yang dimiliki anggota filum arthropoda adalah, tubuh simetri bilateral, terdiri atas segmen-segmen yang saling berhubungan dibagian luar, dan memiliki tiga lapisan germinal(germlayers) sehingga merupak hewan tripoblastik.   Tubuh memiliki kerangka luar dan dibedakan atas kepala, dada, serta perut yang terpisah atau bergabung menjadi satu, setiap segmen tubuh memiliki sepasang alat gerak atau tidak ada, respirasi dengan menggunakan paru-paru buku, trakea atau dengan insang. Pada spesies terestrial bernafas menggunakan trakhea atau pada arachnida menggunakan paru-paru buku atau menggunaka keduanya, ekskeresi dengan menggunakn tubulus malpighi atau kelenjar koksal, saluran pencernaan sudah lengkap, terdiri atas mulut, usus dan anus, sistem peredaran darah berupa sistem peredaran darah “terbuka”, beredar melalui jantung→organ dan jaringan→hemocoel (sinus) →ke jantung lagi, sarafnya merupakan sistem saraf tangga tali, berkelamin terpisah, fertilisasi terjadi secara internal, dan bersifat ovipar. Perkembangan individu baru terjadi secara langsung atau melalui stadium larva. Pembagian tubuh pada arthropoda kemungkinan seperti annelida yang memiliki dinding tubuh yang berotot dan tubuh tidak terbagi menjadi daerah tertentu, pada crustaceae, Insecta, Chilopoda, dan Diplopoda tubuh dibedakan menjadi tiga daerah yang jelas yaitu kepala, dada, dan abdomen atau kepala dan dada yang bergabung menjadi cephalotoraks (Kastawi,2005).
Arachnoidea diambil dari kata Yunani. Yaitu Arachne=laba-laba. Beberapa jenis yang termasuk Arachnoidea adalah kalajengking, laba-laba, caplak dan sebagainya. Tubuhnya terdiri dari 2 bagian yaitu cephalothorax, dan perut, terdapat 6 pasang embelan pada cephalothorax, antena tidak ada. Pasangan embelan yang pertama ialah kelicere ( Chelicerae) yang berfungsi untuk merobek dan melumpuhkan mangsanya. Kelenjar racun terdapat dalam kelicera, tetapi ada beberapa spesies yang kelenjar racunnya terletak pada cephalothorax. Pasangan embelan yang kedua adalah pedipalpus yang digunakan untuk memegang makanan. Pasangan embelan selanjutnya adalah 4 pasang kaki jalan pada bagian perut tidak terdapat embelan. Mempunyai mata sederhana biasanya 8 buah yang terletak dibagian kepala. Pernafasan selain mempunyai trakea juga mempunyai paru-paru buku, terletak dibagian ventral perut sebelah depan. Sistem peredaran darah terdiri dari jantung, arteri, vena, dan sejumlah sinus (Adun, 2011).
Serangga (disebut pula Insecta, dibaca "insekta") adalah kelompok utama dari hewan beruas (Arthropoda) yang bertungkai enam (tiga pasang); karena itulah mereka disebut pula Hexapoda (dari bahasa Yunani yang berarti "berkaki enam"). Kajian mengenai peri kehidupan serangga disebut entomologi. Serangga termasuk dalam kelas insekta yang dibagi lagi menjadi 29 ordo, antara lain Diptera (misalnya lalat), Coleoptera (misalnya kumbang), Hymenoptera (misalnya semut, lebah, dan tabuhan), dan Lepidoptera (misalnya kupu-kupu dan ngengat). Kelompok Apterigota terdiri dari 4 ordo karena semua serangga dewasanya tidak memiliki sayap, dan 25 ordo lainnya termasuk dalam kelompok Pterigota karena memiliki sayap. Ciri-ciri kelas insekta antara lain, tubuh terbagi menjadi 3 bagian (kepala, thoraks, abdomen), mempunyai sepasang antena, kaki 3 pasang, mempunyai sepasang/ 2 pasang sayap, alat mulut terdiri dari: sepasang mandibula, sepasang maxilla, labium dan hypopharing (Sembel, 2009).
Dalam pasal fisiologi serangga ini dibahas beberapa hal yang penting dalam perkembangan pertumbuhan serangga, yaitu proses pertumbuhan telur, pergantian kulit dan metamorfosis, alat indera, sistem peredaran, ekskresi, dan alat perkembangbiakan. Seperti organisme lain, serangga juga mengalami proses pertumbuhan. Secara sederhana proses tersebut dapat digambarkan sebagai perubahan yang diatur oleh interaksi gen. Disini hanya disinggung mengenai berbagai perubahan bentuk luar yang berhubungan dengan pertumbuhan. Telur serangga mempunyai bentuk beranekaragam dan mempunyai lapisan luar yang keras disebut korion. Lapisan ini berguna untuk melindungi telur dari kekeringan atau faktor lain yang dapat merusaknya. Sperma memasuki telur melewati tempat tertentu yang disebut mikrofil. Terjadilah persatuan antara inti sperma dengan inti telur membentuk zigot, yang kemudian diikuti dengan pembelahan zigot tersebut. Bahkan makanan atau kuning telur serangga sedemikian banyaknya, sehingga pembelahan menyeluruh (holoblastic) tidak dapat terjadi. Setiap inti dari hasil pembelahan zigot lalu membawa sedikit plasma dan bermigrasi ke tepi telur. Lapisan sel inilah yang kemudian akan menjadi bagian tubuh dan organ serangga. Setelah serangga muda keluar dari telur, pertumbuhan selanjutnya terhalang oleh dinding tubuh yang keras. Hal inilah yang menyebabkan serangga setiap hari harus berganti kulit. Stadium diantara kedua pergantian kulit disebut instar (Sastrodihardjo, 1984)
Metamorfosis dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :
1.         Metamorfosis sempurna 
Misalnya pada kupu-kupu dimana masa kecil berupa ulat yang memiliki tipe mulut menggigit, makanannnya daun-daunan, tubuh tidak bersayap, jumlah kaki banyak, yang disebut larva karena berbeda dengan dewasanya. Lalu menjadi kepompong dan menjadi kupu-kupu dewasa yang memiliki ciri tipe mulut penghisap, makannnya sari madu, tubuh bersayap, dan jumlah kaki ada tiga.

2.      Metamorfosis tidak sempurna
Misalnya pada katak dan belalang. Pada katak, masa kecil kecebong bergerak dengan ekor, bernapas dengan insang. Berbeda sifat dengan bentuk dewasanya yang tidak mengalami masa kepompong. Masa dewasa katak bergerak dnegan kaki dan bernafas dengan paru-paru dan kulit. Pada belalang, masa kecil memiliki tipe mulut menggigit, makanannnya daun-daunan, tubuh tidak bersayap, jumlah kaki tiga pasang (Suroso, 2003)

BAB III
METODE KERJA
3.1. Waktu dan Lokasi
Pratikum lapangan dilaksanakan pada tanggal 6-8 November 2015. Lokasinya bertempat di desa Cucum, kecamatan Kota Jantho, Kabupaten Aceh Besar, provinsi Aceh, Indonesia. Titik koordinat lokasi 5.274615, 95.545754.

3.2. Alat dan Bahan
            Alat yang di gunakan pada pratikum ini adalah insect net, botol kaca, botol sampel, sarung tangan, gelas plastik, tusuk sate, cangkul atau sekop, pinset, alat tulis dan peralatan light trap.
            Bahan yang digunakan adalah kloroform, formalin 4%, alkohol 40%, deterjen cair, kertas label dan kapas.
           
3.3. Cara Kerja
3.3.1. Koleksi bebas
            Sebelum memulai pratikum alat dan bahan disiapkan terlebih dahulu. Siapkan dua botol kaca yang diisi kapas dan dimasukkan kloroform. Botol ini digunakan untuk membius hewan yang berbisa. Kemudian disiapkan juga dua botol kaca yang berisi alkohol untuk pengawetan. Serta botol sampel untuk pengkoleksian hewan kecil seperti serangga.
            Koleksi bebas di ambil sepanjang trek, dengan menangkap memakai tangan, atau alat saperti insect net yang digunakan untuk menangkap serangga yang terbang seperti kupu-kupu. Hewan yang dianggap berbahaya di masukkan kedalam botol yang ada kloroform untuk pembiusan. Hewan-hewan yang telah dikumpulkan selama pratikum di identifikasi berdasarkan ciri-ciri morfologinya.
3.3.2. Pit fall trap
Bahan yang dibutuhkan untuk pratikum dipersiapkan terlebih dahulu. Kemudian menentukan tempat lokasi peletakan jebakan. Perangkap jebakan dibuat dengan menggunakan gelas plastik yang dipasang pada lima puluh titik dengan jarak antar plot 1 meter. Tanah kemudian digali dan dimasukkan gelas plastik hingga  sejajar dengan permukaan tanah, didalam gelas plastik dimasukkan deterjen cair. Kemudian pada masing-masing botol dimasukkan beberapa tetes formalin. Selanjutnya di beri atap berupa styrofoam agar jebakan terlindung dari air hujan atau gangguan lain.
Pengambilan sampel digunakan metode Hand Sorting dimana pengambilan sampel dilakukan setelah perangkap terpasang kira-kira 24 jam. Sampel yang telah diperolah kemudian dimasukkan kedalam botol sampel yang selanjutnya akan di idendifikasi.
3.3.3. Light trap
            Perangkap Light trap disiapkan, didalamnya dimasukkan botol plastik berisi alkohol. Perangkap light trap dipasang di atas pohon. Pada malam hari setiap dua jam, diperiksa perangkapnya dan diambil spesimen yang teperangkap dengan cara disaring alkoholnya. Spesimen yang di peroleh dikumpulkan dan kemudian diidentifikasi.

BAB IV
DATA HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Data Hasil Pengamatan
Tabel 4.1. Hasil pengamatan spesimen bebas
No
Jenis
Jumlah (individu)
1.
Danaus chrysippus
1
2.
Cryptocercus sp.
2
3.
Pheretima elongata
2
4.
Gryllus sp.
1
5.
Julus virgatus
3
6.
Scolopendra sp.
1
7.
Locusta migratoria
1
8.
Camponotus sp.
1
9.
Oncopeltus sp.
1
10.
Cepaea sp.
2
11.
Gasterachanta sp
1
12.
Pachnaeus sp.
1
13.
Spesimen 1
1
14.
Spesimen 2
1
15.
Neptis hylas
1

Tabel 4.2. Hasil pengamatan Pitfall Trap
No.
Titik
Speciment
Jumlah
1.
T1P1
Gryllus sp.
4
2.
T1P2
Gryllus sp.
4
Euproctis sp.
1
3.
T1P3
Gryllus sp.
3
4.
T1P4
Gryllus sp.
4
5.
T1P5
Locusta migratoria
1
Araneus diadematus
1
6.
T1P6
Gryllus sp.
4
7.
T1P7
Gryllus sp.
6
8.
T1P8
Gryllus sp.
1
Araneus diadematus
1
Dolichoderus sp.
2
9.
T1P9
Gryllus sp.
3
10.
T1P10
Gryllus sp.
1
Araneus diadematus
1
Cryptocerus sp.
1
11.
T1P11
Julus virgatus
1
Pepsis sp.
1
Gryllus sp.
3
Cryptocerus sp.
1
12.
T1P12
Gryllus sp.
2
Cryptocerus sp.
1
13.
T1P13
Gryllus sp.
1
Spesimen 1
1
Cryptocerus sp.
1
14.
T1P14
Gryllus sp.
3
Julus virgatus
1
Cryptocerus sp.
1
Achatina sp.
1
15.
T1P15
Gryllus sp.
3
Cryptocerus sp.
1
16.
T1P16
Gryllus sp.
2
Spesimen 2
1
17.
T1P17
Gryllus sp.
1
Julus virgatus
3
18.
T1P18
Gryllus sp.
2
Spesimen 3
1
Julus virgatus
1
19.
T1P19
Gryllus sp.
2
Julus virgatus
1
Achatina sp.
1
20.
T1P20
Gryllus sp.
1
Julus virgatus
1
21.
T1P21
Gryllus mitratus
4
22.
T1P22
Gryllus mitratus
1
Araneus sp.
1
23.
T1P23
Gryllus mitratus
1
24.
T1P24
Gryllus mitratus
3
Araneus sp.
1
25.
T1P25
Gryllus mitratus
3
Dolichoderus sp.
1
26.
T2P1
Gryllus mitratus
3
27.
T2P2
Gryllus mitratus
3
28.
T2P3
Araneus sp.
1
Dolichoderus sp.
1
29.
T2P4
Gryllus mitratus
5
Formica rufa
2
30.
T2P5
Gryllus mitratus
4
31.
T2P6
Gryllus mitratus
4
Araneus sp.
1
Periplaneta sp.
1
Dolichoderus sp.
6
32.
T2P7
Gryllus mitratus
3
Dolichoderus sp.
3
33.
T2P8
Gryllus mitratus
6
34.
T2P9
Gryllus mitratus
2
Periplaneta sp.
1
Dolichoderus sp.
1
35.
T2P10
Gryllus mitratus
3
36.
T2P11
Ariolimax sp.
2
37.
T2P12
Periplaneta sp.
2
38.
T2P13
Gryllus mitratus
1
39.
T2P14
Gryllus mitratus
4
40.
T2P15
Gryllus mitratus
9
Dolichoderus sp.
1
41.
T216
Gryllus mitratus
17
Julus virgatus
1
42.
2P17
Gryllus mitratus
17
Araneus sp.
1
Periplaneta sp.
2
43.
T2P18
Araneus sp.
5
Gryllus mitratus
4
Dolichoderus sp.
1
Periplaneta sp.
1
44.
T2P19
Periplaneta sp.
1
Locusta migratoria
1
Gryllus mitratus
8
45.
T2P20
Gryllus mitratus
6
Periplaneta sp.
3
46.
T2P21
Dolichoderus sp.
10
Periplaneta sp.
5
Gryllus mitratus
1
47.
T2P22
Gryllus mitratus
5
Periplaneta sp.
3
48.
T2P23
Julus virgatus
2
Dolichoderus sp.
7
49.
T2P24
Dolichoderus sp.
3
Gryllus mitratus
2
50.
T2P25
Gryllus mitratus
2
Dolichoderus sp.
3
Mantis religiosa
1

Tabel 4.3. Hasil Pengamatan Light Trap H-1 Jam 22.00 WIB
No
Spesies
Familia
Jumlah
1
Cliperla clio
Perlodidae
35
2
Trogoxylon parallelopi
Bostricidae
50
3
Megachile latinianus
Megachilidae
11
4
Aedes stimulans
Culicidae
9
5
Sternocranus dorsalis

25
6
Rapronia garmani

2
7
Tinea pellionela
Tineidae
3
8
Cephus cinctus
Cephidae
10
9
Sp. 1

2

Tabel 4.4. Hasil Pengamatan Light Trap H-2 Jam 04.00 WIB
No
Spesies
Familia
Jumlah
1
Tettigidea lateralis
Tettigidae
1
2
Clioperla clio
Perlodidae
3
3
Homaemus parvulus
Scutelleridae
1
4
Aedes stimulans
Culicidae
1
5
Tabanus sulcifrons
Tabanidae
1
6
Cephus cinctus
Cephidae
24
7
Megachile latimanus
Megachiliidae
1
8
Erythioneura vitis
1
9
Catonia impunctata
Achilidae
15
10
Sternocranus dorsalis
9
11
Trogoxylon parallelopipedum
Bostrichidae
1
12
Epicauta pestifera
Meloidae
1
13
Oulema melanoplus
Chrysomelidae
1
14
Ropronia garmani
1

4.2. Pembahasan
4.2.1. Spesimen Bebas
Pengambilan spesimen bebas di Desa Cucum, Kota Jantho, Aceh Besar, Aceh, diperoleh beberapa spesimen antara lain Locusta migratoria, Pheretima elongata, Scolopendra sp., Danaus chrysippus, Neptis hylas, Julus virgatus, Cryptocercus sp., Camponotus sp., Gasterachanta sp., Gryllus sp.,  Acanthocephala sp. dan lain-lain. Setiap spesimen ini memiliki habitat yang berbeda-beda, salah satu contohnya adalah Danaus chrysippus, hewan ini dapat ditemukan pada daerah manapun misalnya padang rumput ataupun di dalam hutan, lain halnya dengan Pheretima elongata yang dapat ditemukan pada tanah yang lembab dan intensitas cahaya yang sedikit.
Spesimen pertama yang ditemukan adalah belalang (Locusta migratoria). Hewan ini dapat ditemukan pada rerumputan. Belalang termasuk hewan invertebrata karena tidak memiliki tulang belakang. Hewan ini memiliki warna kulit yang beraneka ragam, yaitu hijau sampai keabu-abuan. Belalang termasuk ke dalam Filum Arthropoda karena memiliki anggota gerak yang berpasangan dan bersegmen, serta organ seksual yang terpisah. Hewan ini termasuk ke dalam kelas insekta karena memiliki 3 pasang kaki atau yang disebut dengan hexapoda (hexa=enam, poda=kaki), mempunyai dua pasang sayap dibagian thorax, terdapat mata facet dan mata oceli, serta bernapas dengan trachea. Ordo dari Locusta migratoria adalah Orthroptera dan famili Locustidae.
Regnum           : Animalia
Filum               : Arthropoda
Classis             : Insekta
Ordo                : Orthroptera
Familia            : Locustidae
Genus              : Locusta
Species            : Locusta migratoria
Pheretima elongata atau yang dikenal dengan cacing tanah merupakan hewan Filum Annelida yang memiliki habitat pada tanah yang lembab dengan intensitas cahaya yang rendah. Cacing tanah memiliki bentuk tubuh yang memanjang, silindris, bersegmen dan tertutupi oleh kutikula. Cacing ini memiliki alat gerak berupa setae (bulu-bulu kaku) yang terletak disetiap segmen tubuhnya. Kelas dari cacing tanah adalah Chaetopoda, karena memiliki ruas-ruas tubuh yang kelihatan nyata, mempunyai sekat-sekat antara bulu kaku dan sebuah rongga tubuh. Cacing tanah merupakan famili dari Megascolecidae.
Kingdom         : Animalia                              
Phylum            : Annelida                
Class               : Oligochaeta              
Order               : Opistophora             
Family             : Megascolecidae                   
Genus              : Pheretima
Species            : Pheretima elongata
Scolopendra sp. atau yang dikenal dengan kelabang merupakan hewan invertebrata, Filum Arthropoda dan kelas Myriapoda. Hewan ini hidup di darat pada tempat yang lembab dan gelap, tubuhnya terdiri dari caput yang terdapat sepasang antenna dan sepasang mata. Kelabang merupakan ordo dari Diplopoda (Di=dua, Podos=kaki) yang memiliki dua pasang kaki pada setiap segmen tubuhnya, lubang genital terdapat pada segmen ke-13. Pada jenis ini telah ada pemisahan kelamin dan berkembang biak dengan cara bertelur.
Kingdom         : Animalia
Phylum            : Arthropoda
Class               : Myriapoda
Order               : Chilopoda
Family             : Scolopendridae
Genus              : Scolopendra
Species            : Scolopendra sp.
Danaus chrysippus merupakan kupu-kupu  yang tersebar di Afrika dan Asia. Kupu-kupu ini termasuk ke dalam kelas Insekta, Ordo Lepidoptera dan famili Nymphalidae. Spesies ini banyak dijumpai mulai dari padang rumput, hutan yang berdaun kering, hutan sub-tropis, kebun, taman dan lain-lain. Telur, larva, hingga pupa kupu-kupu ini dapat dijumpai pada tumbuhan widuri (Calotropis gigantea) sebagai tumbuhan inangnya. Kupu-kupu ini memiliki ukuran tubuh yang tidak terlalu besar namun juga tidak terlalu kecil. Tubuhnya berwarna hitam dengan banyak titik putih serta sayap yang berwarna kuning kecoklatan.
Kingdom         : Animalia
Phylum            : Arthropoda
Class               : Insekta
Order               : Lepidoptera
Family             : Danaidae
Genus              : Danaus
Species            : Danaus chrysippus
Neptis hylas merupakan kupu-kupu yang dapat ditemukan di daerah India dan juga Asia. Neptis hylas juga bagian dari kelas Insekta, Ordo Lepidoptera dan Famili Nymphalidae. Tubuh bagian atas berwarna hitam dan memiliki garis putih pada tubuh bagian bawahnya. Sayapnya memiliki corak berwarna hitam-putih.
Julus virgatus atau yang sering disebut juga dengan kaki seribu merupakan hewan dari Ordo Diplopoda. Diplopoda merupakan hewan terestrial yang bergerak lambat. Bertempat tinggal di darat terutama di tempat-tempat yang lembab, gelap, dibawah batu, dedaunan atau di dalam kayu yang lapuk dan hidup sebagai binatang pemakan tumbuh-tumbuhan. Kaki seribu memiliki tubuh yang terdiri dari kepala, dada dan perut. Bentuknya silindris dan bersegmen, tiap segmen perut terdapat 2 pasang kaki, tubuhnya mengandung timbunan-timbunan garam kapur. Kaki seribu akan menggulung tubuhnya jika diganggu atau jika dirinya merasa terancam. Bentuk tubuhnya yang memanjang menggulung  menjadi spiral.
Kingdom         : Animalia
Filum               : Arthropoda
Class               : Myriapoda
Order               : Diplopoda
Family             : Julidae
Genus              : Julus
Species            : Julus virgatus
Cryptocerus sp. juga salah satu hewan yang dapat ditemukan di Desa Cucum, Kota Jantho. Hewan ini berasal dari filum Arthropoda, kelas Insecta, dan anggota tunggal dari filum Cryptocercidae. Cryptocerus  dikenal sebagai kecoa kayu, dapat ditemukan di Amerika Utara dan Asia. Kecoa kayu memiliki hubungan erat dengan rayap.
Gryllus sp. atau yang dikenal dengan jangkrik merupakan hewan kelas Insekta. Jangkrik merupakan serangga yang berkerabatan dekat dengan belalang sehingga dimasukkan dalam ordo Orthroptera. Jangkrik  adalah omnivora, dikenal dengan suaranya, suara ini digunakan untuk menarik betina dan menolak jantan lainnya. Suara jangkrik semakin keras dengan naiknya suhu sekitar.
Kingdom         :Animalia
Phylum            :Arthropoda
Class               : Insecta
Ordo                : Orthoptera
Family             : Gryllidae
Genus              : Gryllus
Spesies            : Gryllius sp.
Companotus sp. merupakan hewan invertebrata yang tergolong ke dalam kelas insekta, Ordo Hymenoptera. Hewan ini hidup di darat, ukuran tubuh semut ini sekitar 3 sampai 5 mm, memiliki bentuk mulut yang bulat dan bertipe penghisap karena makanannya sari-sari madu pada tanaman. Mulut terdapat pada kepala yang berwarna hitam. Abdomennya kecoklatan dengan bentuk lonjong dan membulat, memiliki antena dan bentuknya setaceus, memiliki mata majemuk, mempunyai protoraks dan mesotoraks, tidak mempunyai sayap depan maupun sayap belakang.
Kingdom         : Animalia                              
Phylum            : Arthropoda               
Class               : Insecta                      
Order               : Hymenoptera 
Family             : Formicidae                           
Genus              : Camponotus             
Species            : Camponotus sp.
Cepeae sp. adalah hewan yang termasuk ke dalam filum molusca dan tergolong dalam kelas gastropoda dengan ciri-ciri bergerak dengan kaki yang terletak dibagian perut, penjalaran kontraksi otot dari bagian posterior ke bagian anterior mengakibatkan gerakan kaki seperti gelombang. Pada kepala terdapat tentakel dan mulut.
Kingdom         : Animalia
Filum               : Molusca
Class               : Gastropoda
Ordo                :Stylommatophora
Familia            : Helicidae
Genus              : Cepaea
Species            : Cepaea sp.
            Oncopeltus sp. dinamai kumbang Assasin karena punggungnya seperti memakai topeng pembunuh atau Assasin. Warna sayap dan kepalanya di dominasi dengan warna orange terang dan hitam, sedangkan bagian bawah tubuhnya berwarna hitam dan putih. Uniknya, kumbang ini ikut berperan dalam penyebaran serbuk sari bunga. Ketika kumbang ini memakan nektar bunga, maka serbuk sari bunga tersebut akan menempel di kaki kumbang tersebut.  Kumbang ini termasuk ke dalam familia Lygaeidae.
Kingdom         : Animalia
Filum               : Arthropoda
Class               : Insekta
Ordo                : Hemiptera
Familia            : Lygaeidae
Genus              : Oncopeltus
Species            : Oncopeltus sp.
            Pachnaeus sp. Termasuk ke dalam ordo Coleoptera yang memiliki 2 pasang sayap yaitu sayap depan dan sayap belakang. Sayap depan tebal dan permukaan luarnya halur yang mengandung zat tanduk sehingga disebut Elytra, sedangkan sayap belakang tipis seperti selaput. Mengalami metamorfosis sempurna yang perkembangannya melalui stadia: Telur-larva-kepompong (pupa) – dewasa – imago.
Kingdom         : Animalia
Filum               : Arthropoda
Class               : Insekta
Ordo                : Coleoptera
Familia            : Curculionidae
Genus              : Pachnaeus
Species            : Pachnaeus sp.

4.2.2. Pembahasan pitfall Trap
            Beberapa spesies yang didapatkan pada pitfall trap antara lain Gryllus sp., Julus virgatus, Pepsis sp., Cryptocercus sp., Achatina sp. dan lain lain. Pada percobaan pitfall trap yang banyak didapatkan berupa hewan dari kelas Insekta seperti jangkrik, kecoak kayu dan semut. Pada kelas Myriapoda dapat ditemukan kaki seribu. Pitfall trap dilakukan dengan meletakkan deterjen dan formalin 4% kedalam botol plastik yang kemudian diletakkan ke tanah yang telah di cangkul dan diatasnya ditutupi dengan gabus berukuran 20x20 cm  dan ditusuk dengan tusuk sate pada ujungnya. Tujuan dari pengamatan pitfall trap adalah untuk melihat kepadatan populasi hewan tanah. Pit fall trap merupakan metode pengumpulan hewan tanah dengan cara memasang perangkap jebak. Cara ini juga termasuk dalam metoda dinamik. Perangkap ini merupakan metode yang efektif
untuk penelitian taksonomi maupun ekologi.
4.2.3. Light Trap
Serangga atau insectamerupakan hewan terbanyak jenisnya dari filum Arthopoda, dan satu-satunya kelas dari kelompok avertebrata yang dapat terbang. Beberapa serangga tertarik pada cahaya, terutama serangga nokturnal.Salah satu cara menangkap serangga yang dapat terbang adalah dengan menggunakan light trap. Cahaya yang berasal dari lampu dapat menarik serangga-serangga yang terbang.
            Perangkap diletakkan di atas pohon, agar serangga yang terbang dapat mudah mendekati perangkap. Di dalam perangkap terdapat larutan alkohol yang berfungsi agar hewan yang teperangkap tidak terbang lagi dan juga pengawet jangka panjang spesimen yang teperangkap. Perangkap di amati dan di ambil spesimennya setiap dua jam pada malam hari, untuk membedakan serangga yang teperangkap pada kondisi lingkungan yang berbeda.
Hewan yang teperangkap rata-rata adalah serangga kecil yang dapat terbang. Serangga yang keluar pada malam hari umumnya bertujuan untuk kawin. Secara alami, cahaya bulan adalah pedoman arah untuk bertemu dengan pasangan mereka. Dengan jebakan light trap serangga dapat terkecoh sehingga mereka tertarik kelampu yang dibuat dan tidak lagi terbang menuju arah bulan melainkan hanya berputar-putar disekitar lampu tersebut.

BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari hasil kuliah lapangan yang dilkukan di Desa Cucum, Kota Jantho, Aceh Besar, pada tanggal 6-8 November 2015 diperoleh beberapa kesimpulan diantaranya :
1.      Kebanyakan hewan yang ditemukan berupa insekta dan molucha sedikit ditemukan jenis lainya. Karena beberapa faktor seperti faktor lingkungan suhu, kelembaban, cahaya matahari dll. Sehingga tidak sesuai dengan hewan lainnya.
2.      Di desa Cucum terdapat hewan kelas insekta yang sangat melimpah di bandingkan dengan kelompok hewan lainnya. Hal tersebut di sebabkan karena dari insekta sendiri adalah hewan yang mempunyai jumlah (populasi) terbesar di dunia. Desa Cucum merupakan habitat yang sangat cocok untuk serangga karena mampu untuk bearadaptasi dan kemampuan untuk hidup dengan baik.
3.      Dari filum moluska kebanyakan dari kelas gastropoda. Hal tersebut di sebabakan di desa Cucum merupakan tempat yang lembab dan memiliki suhu yang rendah.
4.      Suatu ekosistem terdapat suatu keanekaragaman. Melimpahnya suatu keanekargaman tergantung dari ketersediaan makanan, kondisi ketahanan lingkungan makhluk hidup di habitatnya.

5.2. Saran
            Sebaiknya jadwal kegiatan praktikum lapangan dibagiakan sebelum hari berlangsungnya praktikum lapangan agar memudahkan praktikan untuk mengikuti kegiatan.

DAFTAR PUSTAKA
Brotowidjoyo, Mukayat Djarubito. 1989. Zoologi Dasar. Erlangga, Jakarta
Budiyanto. 2013. Ternak Cacing Tanah. Universitas Negeri Jakarta Press, Jakarta
Campbell, Neil A., Jane B. Reece. 2010. Biologi Edisi 8 jilid 1. Terjemahan dari Biology Eighth edition. Erlangga, Jakarta
Hutabarat, S, dkk. 1985. Pengantar Oceanografi. Universitas Indonesia Press, Jakarta
Jasin, Maskoeri. 1992.  Zoologi Invertebrata. Sinar Wijaya, Surabaya
Kastawi, Yusuf. 2005. Zoologi Vertebrata. Universitas Negeri Malang Press, Malang
Kimbal, W John. 1983. Biologi Edisi kelima Jilid 3. Erlangga, Jakarta
Radiopoetro. 1977. Zoologi. Erlangga, Jakarta
Rusyana, Adun. 2011. Zoologi Invertebrata. Alfabeta, Bandung
Sastrodihardjo. 1984. Pengantar Entomologi Terapan. ITB, Bandung.
Sembel, Dantje T.  2009. Entomologi Kedokteran. Penerbit ANDI, Yogyakarta.
Suin, Nurdin Muhammad. 1989. Ekologi Hewan Tanah. PT. Bumi Aksara, Jakarta.
Suhardi. 1983. Evolusi Avertebrata. Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Suroso, AY. 2003. Ensiklopedia dan Sains Kehidupan. Tarity Samudra Berlian, Jakarta.
Suwignyo,Sugiarto. 2005. Avetebrata Air Jilid 1. Penebar Swadaya, Jakarta
Tjitrosoepomo, Gembong. 1993. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Gajah Mada Universitas Press, Yogyakarta
Wardhana, Wisnu, dkk. 1990. Taksonomi Avertebrata. Universitas Indonesia Press, Jakarta.







LAMPIRAN
Lampiran 1. spesimen bebas
No
Klasifikasi
Gambar
1
Kingdom         : Animalia
Fylum              : Arthropoda
Class               : Insekta
Ordo                : Lepidoptera
Familia            : Danaidae
Genus              : Danaus
Species            : Danaus chrysippus
2
Kingdom         : Animalia 
Phylum            : Arthropoda   
Class               : Insecta          
Order               : Blattodea      
Famili              : Cryptocercidae 
Genus              : Cryptocercus
Species            : Cryptocercus sp.
3
Kingdom         : Animalia      
Phylum            : Annelida                
Class               : Oligochaeta
Order               : Opistophora
Family             : Megascolecidae
Genus              : Pheretima
Species            : Pheretima elongata
4
Kingdom         : Animalia
Fylum              : Arthropoda
Class               : Insecta
Ordo                : Orthoptera
Famili              : Gryllidae
Genus              : Gryllus
Spesies            : Gryllius sp.
5
Kingdom         : Animalia
Fylum              : Arthropoda
Class               : Myriapoda
Ordo                : Diplopoda
Familia            : Julidae
Genus              : Julus
Species            : Julus virgatus
6
Kingdom         : Animalia
Fylum              : Arthropoda
Class               : Myriapoda
Ordo                : Chilopoda
Familia            : Scolopendridae
Genus              : Scolopendra
Species            : Scolopendra sp.
7
Kingdom         : Animalia
Filum               : Arthropoda
Class               : Insekta
Ordo                : Orthroptera
Familia            : Locustidae
Genus              : Locusta
Species            : Locusta migratoria
8
Kingdom         : Animalia      
Phylum            : Arthropoda   
Class               : Insecta          
Order               : Hymenoptera 
Family             : Formicidae   
Genus              : Camponotus 
Species            : Camponotus sp.
9
Kingdom         : Animalia
Filum               : Arthropoda
Class               : Insekta
Ordo                : Hemiptera
Familia            : Lygaeidae
Genus              : Oncopeltus
Species            : Oncopeltus sp.
10
Kingdom         : Animalia
Fylum              : Molusca
Class               : Gastropoda
Ordo                : Stylommatophora
Familia            : Helicidae
Genus              : Cepaea
Species            : Cepaea sp.
11
Kingdom         : Animalia 
Phylum            : Arthropoda   
Class               : Arachnida    
Order               : Araneae        
Family             : Araneidae     
Genus              : Gasteracantha
Species            : Gasteracantha sp.
12
Kingdom         : Animalia
Phylum            : Arthropoda
Class               : Insekta
Ordo                : Coleoptera
Familia            : Curculionidae
Genus              : Pachnaeus
Species            : Pachnaeus sp.
13
Kingdom         : Animalia
Phylum            : Arthropoda
Class               : Insekta
Ordo                : -
Familia            : -
Genus              : -
Species            : -
14
Kingdom         : Animalia
Phylum            : Arthropoda
Class               : Insekta
Ordo                : -
Familia            : -
Genus              : -
Species            : -

Lampiran 2. Spesimen fit fall trap
No.
Titik
Specimen
Gambar
Jumlah
1.
T1P1
Gryllus sp.
4
2.
T1P2
Gryllus sp.
Euproctis sp.
4
1
3.
T1P3
Gryllus sp.
3
4.
T1P4
Gryllus sp.
4
5.
T1P5
Locusta migratoria
1
Araneus diadematus
1
6.
T1P6
Gryllus sp.


4
7.
T1P7
Gryllus sp.
6
8.
T1P8
Gryllus sp.

1
Araneus diadematus
1
Dolichoderus sp.
2
9.
T1P9
Gryllus sp.
3
10.
T1P10
Gryllus sp.
1
Araneus diadematus
1
Cryptocerus sp.
1
11.
T1P11
Julus virgatus
1
Pepsis sp.
1
Gryllus sp.
3
Cryptocerus sp.
1
12.
T1P12
Gryllus sp.
2
Cryptocerus sp.
1
13.
T1P13
Gryllus sp.
1
Spesimen 1
1
Cryptocerus sp.
1
14.
T1P14
Gryllus sp.
3
Julus virgatus
1
Cryptocerus sp.
1
Achatina sp.
1
15.
T1P15
Gryllus sp.
3
Cryptocerus sp.
1
16.
T1P16
Gryllus sp.
2
Spesimen 2
1
17.
T1P17
Gryllus sp.
1
Julus virgatus
3
18.
T1P18
Gryllus sp.
2
Spesimen 3
1
Julus virgatus
1
19.
T1P19
Gryllus sp.
2
Julus virgatus
1
Achatina sp.
1
20.
T1P20
Gryllus sp.
1
Julus virgatus
1
21.
T1P21
Gryllus mitratus

4
22.
T1P22
Gryllus mitratus

1
Araneus sp.

1
23.
T1P23
Gryllus mitratus

1
24.
T1P24
Gryllus mitratus

3
Araneus sp.

1
25.
T1P25
Gryllus mitratus

3
Dolichoderus sp.

1
26.
T2P1
Gryllus mitratus

3
27.
T2P2
Gryllus mitratus

3
28.
T2P3
Araneus sp.

1
Dolichoderus sp.

1
29.
T2P4
Gryllus mitratus

5
Formica rufa

2
30.
T2P5
Gryllus mitratus

4
31.
T2P6
Gryllus mitratus

4
Araneus sp.
1
Periplaneta sp.
1
Dolichoderus sp.
6
32.
T2P7
Gryllus mitratus
3
Dolichoderus sp.
3
33.
T2P8
Gryllus mitratus
6
34.
T2P9
Gryllus mitratus
2
Periplaneta sp.
Dolichoderus sp.
1
1
35.
T2P10
Gryllus mitratus
3
36.
T2P11
Ariolimax sp.
2
37.
T2P12
Periplaneta sp.
2
38.
T2P13
Gryllus mitratus
1
39.
T2P14
Gryllus mitratus
4
40.
T2P15
Gryllus mitratus

9
Dolichoderus sp.

1
41.
T216
Gryllus mitratus

17
Julus virgatus

1
42.
2P17
Gryllus mitratus

17
Araneus sp.

1
Periplaneta sp.

2
43.
T2P18
Araneus sp.

5
Gryllus mitratus

4
Dolichoderus sp.

1
Periplaneta sp.

1
44.
T2P19
Periplaneta sp.

1
Locusta migratoria

1
Gryllus mitratus

8
45.
T2P20
Gryllus mitratus

6
Periplaneta sp.

3
46.
T2P21
Dolichoderus sp.

10
Periplaneta sp.

5
Gryllus mitratus

1
47.
T2P22
Gryllus mitratus

5
Periplaneta sp.

3
48.
T2P23
Julus virgatus

2
Dolichoderus sp.

7
49.
T2P24
Dolichoderus sp.

3
Gryllus mitratus

2
50.
T2P25
Gryllus mitratus

2
Dolichoderus sp.

3
Mantis religiosa

1













Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "KEANEKARAGAMAN JENIS HEWAN DI DESA CUCUM, KOTA JANTHO, KABUPATEN ACEH BESAR, ACEH"

Posting Komentar