KEANEKARAGAMAN JENIS HEWAN DI DESA CUCUM, KOTA JANTHO, KABUPATEN ACEH BESAR, ACEH
KEANEKARAGAMAN JENIS
HEWAN DI DESA CUCUM, KOTA JANTHO, KABUPATEN ACEH BESAR, ACEH
LAPORAN
Diajukan untuk melengkapi
tugas-tugas dan
memenuhi syarat-syarat guna
pelaksanaan pratikum taksonomi hewan
Oleh:
Ananda Riva Mauliddya
Putri
|
1408104010044
|
Maisun
|
1408104010034
|
Melina
Filza Tijani
|
1408104010014
|
Malek Azis
|
1408104010002
|
Nunuk Riyanti
|
1408104010026
|
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA
DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SYIAH
KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
NOVEMBER, 2015
KATA
PENGANTAR
Puji
dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas berkat, rahmat dan
karunia-Nya laporan yang berjudul “Keanekaragaman Jenis Hewan di Desa Cucum,
Kota Jantho, Kabupaten Aceh Besar, Aceh” ini dapat kami selesaikan tepat pada
waktunya. Salawat dan salam kami sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa kita ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Terimakasih kami
ucapkan kepada dosen pembimbing serta asisten mata kuliah “Taksonomi Hewan” yang senantiasa memberi arahan kepada kami
sehingga laporan praktikum lapangan ini dapat diselesaikan.
Laporan
ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasa ataupun
penulisannya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun agar laporan ini dapat menjadi lebih baik lagi.
Darussalam,
1 Desember 2015
Penulis
DAFTAR Halaman
Kata
pengantar.......................................................................................................... i
Daftar Isi............................................................................................................... .. ii
Daftar
Tabel.......................................................................................................... . iii
Daftar
Lampiran...................................................................................................... iv
BAB I Pendahuluan
1.1.
Latar Belakang................................................................................. .. 1
1.2.
Tujuan.............................................................................................. .. 2
1.3. Manfaat............................................................................................ .. 2
BAB II Tinjauan Pustaka..................................................................................... 3
BAB III Metode Kerja
3.1.
Waktu dan Tempat........................................................................... 11
3.2.
Alat dan Bahan................................................................................. 11
3.3. Cara
Kerja......................................................................................... 11
BAB IV Hasil dan Pembahasan
4.1.
Hasil.................................................................................................. 13
4.2. Pembahasan...................................................................................... 18
BAB V Penutup
5.1.
Kesimpulan....................................................................................... 25
5.2. Saran................................................................................................. 25
Daftar Pustaka..................................................................................................... 26
Lampiran............................................................................................................. 27
DAFTAR
TABEL
Halaman
Tabel 4.1.
Hasil pengamatan spesimen bebas....................................................... 13
Tabel 4.2.
Hasil pengamatan pitfall trap ............................................................... 13
Tabel 4.3. Hasil
Pengamatan Light Trap H-1 Jam 22.00 WIB............................. 17
Tabel 4.4. Hasil
Pengamatan Light Trap H-2 Jam 04.00 WIB...........................
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. spesimen bebas................................................................................. 27
Lampiran 2. Spesimen fit fall trap........................................................................ 30
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Keanekaragaman adalah watak kehidupan. Ahli biologi
sejauh ini telah mengidentifikasi dan menamai sekitar 1,8 juta spesies. Sejauh
ini, keanekaragaman kehidupan ini diketahui mencakup setidaknya 6.300 spesies
prokariota (organisme bersel prokariot), 100.000 fungi, 290.000 tumbuhan,
52.000 vertebrata (hewan bertulang belakang) dan satu juta serangga (melebihi
setengah dari semua bentuk kehidupan yang diketahui). Setiap tahun para
peneliti mengidentifikasi ribuan spesies baru. Estimasi jumlah totol spesies
berkisar dari sekitar 10 juta sampai lebih dari 100 juta. Berapapun jumlah
sebenarnya, keragaman kehidupan yang luar biasa menjadi ruang lingkup biologi
amat luas (Campbell, 2010).
Pembentukan takson didasarkan atas banyak sedikitnya
kesamaan sifat. Sifat-sifat yang dijadikan dasar untuk penentuan takson yang
berarti juga sebagai dasar dalam mengadakan klasifikasi itu ternyata
berbeda-beda dari masa ke masa, yang dipengaruhi oleh orang yang mengadkan
klasifikasi dan tujuan yang ingin dicapai dengan pengklasifikasian itu
(Gembong, 1993).
Klasifikasi Hewan atau
Taksonomi Hewan merupakan ilmu yang mengkaji tentang pengelompokan
berdasarkan kesamaan bentuk dan fungsi pada tubuh hewan. Tujuan klasifikasi itu
sendiri adalah untuk memudahkan mengenali jenis- jenis hewan serta memudahkan
komunikasi di dalam biologi. Klasifikasi hewan bersifat dinamis, hal itu
disebabkan beberapa kemungkinan seperti adanya perkembangan pengetahuan tentang
hewan, penggunaan karakter yang berbeda dalam klasifikasi. Klasifikasi hewan
didasarkan atas persamaan dan perbedaan karakter tertentu pada hewan yang
bersangkutan.
Penggolongan
hewan di alam meliputi dua kelompok besar yaitu avertebrata dan
vertebrata. Hewan avertebrata adalah hewan yang tidak bertulang belakang.
Struktur morfologi dan anatomi hewan avertebrata lebih sederhana dibandingkan
dengan kelompok vertebrata. Sistem pencernaan, pernapasan dan peredaran darah
hewan avertebrata lebih sederhana dibandingkan hewan vertebrata.
1.2.
Tujuan
Tujuan
dari praktikum lapangan ini adalah untuk memahami tata cara pengumpulan
spesimen, pengolahan dan pengawetan spesimen serta mengelompokkan hewan berdasarkan taksonnya.
1.3.
Manfaat
Manfaat
dari praktikum ini adalah mampu memahami cara mengumpulkan spesimen, mampu
mengolah dan mengawetkan spesimen serta mampu mengelompokkan hewan berdasarkan
taksonnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hewan
terbagi menjadi 2 golongan, yaitu vertebrata dan invertebrata. Berdasarkan suhu
tubuhnya semua hewan invertebrata mengeluarkan panas tubuhnya ke lingkungan
karena mereka tidak mempunyai alat pelindung atau tidak dapat mengukur suhu tubuhnya.
Suhu tubuh hewan invertebrata disesuaikan dengan suhu lingkungannya kecuali
pada waktu hewan itu sedang sangat
aktif. Tidak demikian halnya dengan hewan vertebrata tingkat tinggi, yang mana
suhu tubuhnya tetap dipertahankan dan bila suhu lingkungan berubah maka aktivitasnya akan berubah agar suhu tubuhnya
tetap. Pada lingkungan yang dingin, hewan vertebrata akan lebih banyak
membutuhkan oksigen untuk bernafas agar suhu tubuhnya dapat dipertahankan.
Contoh-contoh hewan yang tergolong kedalam invertebrata adalah porifera,
coelenterata, platyhelminthes, nemathelminthes, annelida, molusca, arthropoda,
echinodermata. Sedangkan hewan yang tergolong hewan vertebrata adalah pisces,
amphibia, reptil, aves dan mammalia (Nurdin, 1989).
Vertebrata
merupakan subfilum dari chordata yang memiliki anggota yang cukup besar dan
paling dikenal. Tubuhnya dibagi menjadi tiga bagian yang cukup jelas yaitu
kepala, badan dan ekor. Kepala dengan rangka dalam (cranium), di dalamnya terdapat
otak. Karena mempunyai cranium ini vertebrata dikenal juga sebagai craniata. Notochord sebagai
penyokong berakhir pada cranium dan pada tingkat yang telah maju diganti oleh
unsur-unsur tulang rawan atau tulang sejati yang membentuk tulang belakang.
Kelompok ini dikatakan vertebrata karena mempunyai tulang belakang yang
beruas-ruas (Maskoeri,1992).
Avertebrata
adalah hewan yang tidak bertulang belakang, serta memiliki struktur morfologi
dan anatomi lebih sederhana daripada kelompok hewan bertulang belakang. Sistem
pencernaan, pernafasan dan peredaran darah lebih sederhana dibandingkan hewan
vertebrata. Menurut kondisi rongga tubuh, hewan avertebrata ada yang tidak
memiliki rongga tubuh disebut Aselomata. Hewan yang memiliki rongga tubuh
semua, yaitu rongga tubuh belum dilengkapi dengan peritonieum (mesoderm) yang
disebut Pseudoselomata. Hewan yang
telah memiliki rongga tubuh yang sempurna, yaitu telah memiliki peritonium di
bagian dalam dan luar untuk melidungi saluran pecernaan disebut Peritoneum visceralis atau Selomata (Suhardi,
1983).
Molusca ( mollis=lunak) merupakan hewan
yang bertubuh lunak. Tubuhnya lunak dilindungi oleh cangkang, meskipun ada juga
yang tidak bercangkang. Hewan ini tergolong triploblastik selomata. Ukuran dan
bentuk molusca sangat bervariasi. Misalnya siput yang panjangnya hanya beberapa
milimeter dengan bentuk bulat telur. Namun ada yang dengan bentuk torpedo
bersayap yang panjangnya lebih dari 18 m seperti cum-cumi raksasa. Molusca
hidup secara heterotrof dengan memakan ganggang, udang, ikan ataupun sisa-sisa
organisme (Maskoeri, 1992).
Molusca
tersebar luas dalam habitat laut, air
tawar, dan darat, tetapi lebih banyak terdapat dalam lautan. Umumnya, molusca
berselubung sebuah mantel yang merupakan batas ruang mantel itu sendiri. Secara
internal, mantel itu bertaut dengan tubuh. Semua molusca selalu mempunya massa
muskular, disebut kaki yang bentuk dan fungsinya bervariasi menurut kelasnya.
Molusca mempunyai sistem digesti, respirasi, ekskresi, dan reproduksi yang
kompleks. Beberapa jenis molusca mempunyai stadium larva trokofor serupa yang
terdapat pada annelida. Sistem sirkulasi terdiri dari jantung yang
beruang-ruang. Sistem pembuluh darah tertutup, menyangkut sistem kapiler
spesial dalam organ-organ ekskresi dan respirasi. Sistem sirkulasi pada molusca
merupakan sistem yang paling majemuk dari sistem sirkulasi pada invertebrata
lainnya. Pada beberapa molusca, sistem saraf dan sistem peraba sangat sukar.
Khusus tentang matanya, ternayata mata molusca serupa dengan mata vertebrata. Jadi, molusca merupakan hewan non-metameris
yang tingkat perkembangannya paling tinggi. Akhir-akhir ini ditemukan adanya molusca
bersegmen dan ini menunjukkan bahwa molusca mempunyai nenek moyang annelida
(Mukayat, 1989).
Gastropoda
(dalam bahasa latin, gaster=perut, podos=kaki) adalah kelompok hewan
yang menggunakan perut sebagai alat gerak atau kakinya. Misalnya, siput
air (Lymnaea
sp.), remis (Corbicula javanica),dan
bekicot (Achatina fulica). Hewan
ini memiliki ciri khas berkaki lebar dan pipih pada bagian ventral tubuhnya.
Gastropoda bergerak lambat menggunakan kakinya. Gastropoda darat terdiri dari
sepasang tentakel panjang dan sepasang tentakel pendek. Pada ujung tentakel
panjang terdapat mata yang berfungsi untuk mengetahui gelap dan terang.
Sedangkan pada tentakel pendek berfungsi sebagai alat peraba dan pembau.
Gastropoda akuatik bernapas dengan insang, sedangkan Gastropoda darat bernapas
menggunakan rongga mantel (Brotowidjojo, 1989).
Gastropoda memiliki variasi habitat, ada yang mampu hidup di laut
ada pula yang mampu dalam berbagai tipe substrat dasar perairan. Arus sungai
sendiri pada dasarnya akan mempengaruhi kandungan substrat dan juga akan
mempengaruhi kepadatan dan keanekaragaman hayati. Hewan-hewan bentos yang
sering ada dalam grup dan mempunyai sifat khas dikenal sebagai communities
masyarakat. Hal ini berhubungan dengan kondisi lingkungan yang spesifik
(Hutabarat, 1985).
Cacing
dari filum annelida memiliki tubuh bersegmen, artinya tubuhnya terdiri atas
satuan yang berulang-ulang. Meskipun beberapa struktur, seperti saluran
pencernaan, terdapat disepanjang tubuh cacing tersebut, tetapi yang lain
seperti organ ekskresi terulang pada segmen demi segmen. Dari luar segmentasi
ini tampak seperti rangkaian cincin. Ciri-ciri khas lain annelida adalah
simetri bilateral, suatu sistem peredaran yang efisien dengan darah yang
dipompa melalui sistem pembuluh dari tertutup dan sistem saraf yang cukup
rumit. Pembuluh saraf utama terdapat pada bagian ventral. Ciri lain pada cacing
annelida yang tidak terdapat pada hewan yang lebih primitif adanya rongga tubuh
yang besar berisi cairan. Hal ini memungkinkan organ-organ dalam bergesekan
satu sama lain dengan mudah, sehingga memudahkan gerakan tubuh yang ekstensif.
Rongga ini disebut selom, seluruhnya dilapisi oleh mesoderm. Akan tetapi,
perkembangan embrionya sangat berbeda dengan perkembangan selom pada
vertebrata. Dalam tahapan pembelahan awal, dalam embrio terdapat sel-sel
mesoderm khusus. Pembelahan mitosis sel-sel ini menghasilkan massa jaringan
mesoderm. Akhirnya dalam jaringan tersebut berkembang suatu rongga yang secara
berangsur-angsur membesar menjadi selom. Pada filum annelida telah ditemukan
8900 spesies yang dibagi menjadi 3kelas. Kelas yang terbesar adalah polychaeta,
yang terdiri dari cacing laut seperti cacing palolo. Kelas kedua adalah
oligochaeta dan kelas yang ketiga adalah hirudinea (Kimball, 1983).
Alat ekskresi dari filum annelida adalah
nephridia, terutama metanephridia, yang terdapat sepasang tiap ruas. Peredaran
darah tertutup melingkari pharynix, sebuah atau sepasang benang saraf ventral
sepanjang tubuh yang dilengkapi sebuah ganglion dan sepasang saraf lateral pada
tiap ruas. Di samping itu, terdapat alat indera atau sel indra yang berfungsi
sebagai alat peraba, perasa, dan penerima cahaya. Filum annelida terdiri dari
sekitar 75.000 spesies, meliputi tiga kelompok besar, yaitu polychaeta,
oligochaeta, dan hirudiena, serta dua kelompok kecil, yaiu aelosamata dan
branchiobdelia (Suwignyo, 2005).
Jumlah Annelida yang telah dikenal sekitar 15.000
spesies dengan ukuran yang bervariasi, dari yang panjangnya 1 mm hingga 3 m.
Annelida dapat hidup di berbagai tempat, baik di air tawar, air laut, atau
daratan. Umumnya hidup bebas, meskipun ada yang bersifat parasit. Cacing ini
mempunyai tingkatan lebih tinggi dibanding dengan kedua kelompok cacing yang telah dibahas sebelumnya.
annelida memiliki bentuk tubuh bilateral, dengan tubuh beruas-ruas dan dilapisi
lapisan kutikula nonchitinous serta dilengkapi pula oleh sejumlah bristle
chitin yang disebut setae. Cacing ini terbagi sesuai dengan ruas-ruas tubuhnya
terbagi sesuai dengan ruas-ruas tubuhnya dan satu sama lain dibatasi dengan
sekat (septum). Pembuluh darah, sistem saraf, dan sistem ekskresi di setiap
segmen saling berhubungan melewati septa. Meskipun demikian, antara ruas satu
dengan ruas lainnya tetap berhubungan sehingga terlihat seperti cincin yang
terkoordinasi (Budiyanto, 2013).
Oligochaeta
meliputi cacing tanah dan beberapa spesies yang hidup dalam air tawar.
Oligocghaeta tubuhnya juga jelas bersegmen-segmen, jumlah setae sedikit
(Oligos=sedikit ; chaetae=Bulu kaku/setae). Tubuh cacing ini umumnya berbentuk
panjang silindris, dengan panjang sekitar 18cm dan diameter tubuhnya sekitar
0,935 cm. Setae tidak terdapat pada parapodia, prostomium jelas ada tetapi
umumnya tanpa ekskremitas, selalu bersifat hermaprodit, terstis dan ovarium
terdapat dalam segmen-segmen bagian anterior dan testis selalu terletak di
sebelah anteroir ovarium. Duktuligenitales bermuara ke dalam suatu rongga yang
disebut spermathekae, reproduksi
dilakukan dengan fertilisasi silang, ova terdapat di dalam kokon dan
pertumbuhan dan perkembangan terjadi secara langsung tanpa melalui stadium
larva. Kelas Oligochaeta meliputi 2 ordo yaitu terricolae dan limicolae. Ordo
terricolae bersifat teristrial yaitu hidup di tanah contohnya Lumbricus, Allolobophora, Eutyphoeus.
Dan ordo limicolae bersifat akuatis contohnya Tubifex, Stylaria, Alosoma (Radiopoetro, 1977).
Arthropoda
merupakan filum besar dengan anggota meliputi 4/5 dari jumlah hewan yang ada.
Tubuhnya bersegmen, mempunyai kulit keras terdiri dari kitin, yang berfungsi
sebagai eksoskeleton. Arthtrhopoda memiliki 4 kelas yaitu, crustacea,
myriapoda, arachnoida dan insekta. Kelas insekta merupakan kelas yang jumlah
jenisnya sangat besar dan anggotanya hidup tersebar dimana-mana. Insketa
merupakan satu-satunya kelompok hewan avertebrata yang dapat terbang. Tubuh
dapat dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu kepala (chepalus), dada (thorax), dan
perut (abdomen). Selain mata majemuk dan oceli, pada kepala juga dijumpai
sepasang antena dan alat-alat mulut. Kaki berjumlah 3 pasang, yang berada di
tiga segmen dada. Dibagian yang sama juga dijumpai adanya 1-2 pasang sayap. Pada
jenis-jenis tertentu, sepasang sayap mengalamai reduksi, bahkan ada jenis-jenis
yang telah kehilangan sayapnya sama sekali. Organ kelaminnya berumah dua, alat
kelamin terletak pada segmen terakhir perutnya, dan fertilisasi terjadi secara
internal. Daur hidup insekta mengalami metamorfosa. Bernafas dengan trakea,
mempunyai sistem peredaran darah terbuka, dan sistem ekskresi dengan tubulus
malpighi. Banyak jenis insekta yang bermanfaat bagi manusia, walau juga banyak
yang merugikan. Contoh dari insekta adalah Locusta
migratoria (Wardhana, 1990).
Ciri-ciri umum yang dimiliki anggota filum arthropoda
adalah, tubuh simetri bilateral, terdiri atas segmen-segmen yang saling
berhubungan dibagian luar, dan memiliki tiga lapisan germinal(germlayers)
sehingga merupak hewan tripoblastik. Tubuh memiliki kerangka luar
dan dibedakan atas kepala, dada, serta perut yang terpisah atau bergabung
menjadi satu, setiap segmen tubuh memiliki sepasang alat gerak atau tidak ada,
respirasi dengan menggunakan paru-paru buku, trakea atau dengan insang. Pada
spesies terestrial bernafas menggunakan trakhea atau pada arachnida menggunakan
paru-paru buku atau menggunaka keduanya, ekskeresi dengan menggunakn tubulus
malpighi atau kelenjar koksal, saluran pencernaan sudah lengkap, terdiri atas
mulut, usus dan anus, sistem peredaran darah berupa sistem peredaran darah
“terbuka”, beredar melalui jantung→organ dan jaringan→hemocoel (sinus) →ke
jantung lagi, sarafnya merupakan sistem saraf tangga tali, berkelamin terpisah,
fertilisasi terjadi secara internal, dan bersifat ovipar. Perkembangan individu
baru terjadi secara langsung atau melalui stadium larva. Pembagian tubuh pada
arthropoda kemungkinan seperti annelida yang memiliki dinding tubuh yang
berotot dan tubuh tidak terbagi menjadi daerah tertentu, pada crustaceae,
Insecta, Chilopoda, dan Diplopoda tubuh dibedakan menjadi tiga daerah yang
jelas yaitu kepala, dada, dan abdomen atau kepala dan dada yang bergabung
menjadi cephalotoraks (Kastawi,2005).
Arachnoidea
diambil dari kata Yunani. Yaitu Arachne=laba-laba. Beberapa jenis yang termasuk
Arachnoidea adalah kalajengking, laba-laba, caplak dan sebagainya. Tubuhnya
terdiri dari 2 bagian yaitu cephalothorax, dan perut, terdapat 6 pasang embelan
pada cephalothorax, antena tidak ada. Pasangan embelan yang pertama ialah kelicere ( Chelicerae) yang berfungsi
untuk merobek dan melumpuhkan mangsanya. Kelenjar racun terdapat dalam
kelicera, tetapi ada beberapa spesies yang kelenjar racunnya terletak pada
cephalothorax. Pasangan embelan yang kedua adalah pedipalpus yang digunakan
untuk memegang makanan. Pasangan embelan selanjutnya adalah 4 pasang kaki jalan
pada bagian perut tidak terdapat embelan. Mempunyai mata sederhana biasanya 8
buah yang terletak dibagian kepala. Pernafasan selain mempunyai trakea juga
mempunyai paru-paru buku, terletak dibagian ventral perut sebelah depan. Sistem
peredaran darah terdiri dari jantung, arteri, vena, dan sejumlah sinus (Adun,
2011).
Serangga
(disebut pula Insecta, dibaca "insekta") adalah kelompok utama dari
hewan beruas (Arthropoda) yang bertungkai enam (tiga pasang); karena itulah
mereka disebut pula Hexapoda (dari bahasa Yunani yang berarti "berkaki
enam"). Kajian mengenai peri kehidupan serangga disebut entomologi.
Serangga termasuk dalam kelas insekta yang dibagi lagi menjadi 29 ordo, antara
lain Diptera (misalnya lalat), Coleoptera (misalnya kumbang), Hymenoptera
(misalnya semut, lebah, dan tabuhan), dan Lepidoptera (misalnya kupu-kupu dan
ngengat). Kelompok Apterigota terdiri dari 4 ordo karena semua serangga
dewasanya tidak memiliki sayap, dan 25 ordo lainnya termasuk dalam kelompok
Pterigota karena memiliki sayap. Ciri-ciri kelas insekta antara lain, tubuh
terbagi menjadi 3 bagian (kepala, thoraks, abdomen), mempunyai sepasang antena,
kaki 3 pasang, mempunyai sepasang/ 2 pasang sayap, alat mulut terdiri dari:
sepasang mandibula, sepasang maxilla, labium dan hypopharing (Sembel, 2009).
Dalam
pasal fisiologi serangga ini dibahas beberapa hal yang penting dalam
perkembangan pertumbuhan serangga, yaitu proses pertumbuhan telur, pergantian
kulit dan metamorfosis, alat indera, sistem peredaran, ekskresi, dan alat
perkembangbiakan. Seperti
organisme lain, serangga juga mengalami proses pertumbuhan. Secara sederhana
proses tersebut dapat digambarkan sebagai perubahan yang diatur oleh interaksi
gen. Disini hanya disinggung mengenai berbagai perubahan bentuk luar yang
berhubungan dengan pertumbuhan. Telur serangga mempunyai bentuk beranekaragam
dan mempunyai lapisan luar yang keras disebut korion. Lapisan ini berguna untuk
melindungi telur dari kekeringan atau faktor lain yang dapat merusaknya. Sperma
memasuki telur melewati tempat tertentu yang disebut mikrofil. Terjadilah
persatuan antara inti sperma dengan inti telur membentuk zigot, yang kemudian
diikuti dengan pembelahan zigot tersebut. Bahkan makanan atau kuning telur
serangga sedemikian banyaknya, sehingga pembelahan menyeluruh (holoblastic)
tidak dapat terjadi. Setiap inti dari hasil pembelahan zigot lalu membawa
sedikit plasma dan bermigrasi ke tepi telur. Lapisan sel inilah yang kemudian
akan menjadi bagian tubuh dan organ serangga. Setelah serangga muda keluar dari
telur, pertumbuhan selanjutnya terhalang oleh dinding tubuh yang keras. Hal
inilah yang menyebabkan serangga setiap hari harus berganti kulit. Stadium
diantara kedua pergantian kulit disebut instar (Sastrodihardjo, 1984)
Metamorfosis dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :
1.
Metamorfosis
sempurna
Misalnya pada
kupu-kupu dimana masa kecil berupa ulat yang memiliki tipe mulut menggigit,
makanannnya daun-daunan, tubuh tidak bersayap, jumlah kaki banyak, yang disebut
larva karena berbeda dengan dewasanya. Lalu menjadi kepompong dan menjadi
kupu-kupu dewasa yang memiliki ciri tipe mulut penghisap, makannnya sari madu,
tubuh bersayap, dan jumlah kaki ada tiga.
2. Metamorfosis
tidak sempurna
Misalnya pada katak dan
belalang. Pada katak, masa kecil kecebong bergerak dengan ekor, bernapas dengan
insang. Berbeda sifat dengan bentuk dewasanya yang tidak mengalami masa
kepompong. Masa dewasa katak bergerak dnegan kaki dan bernafas dengan paru-paru
dan kulit. Pada belalang, masa kecil memiliki tipe mulut menggigit, makanannnya
daun-daunan, tubuh tidak bersayap, jumlah kaki tiga pasang (Suroso, 2003)
BAB III
METODE
KERJA
3.1. Waktu dan Lokasi
Pratikum lapangan
dilaksanakan pada tanggal 6-8 November 2015. Lokasinya bertempat di desa Cucum,
kecamatan Kota Jantho, Kabupaten Aceh Besar, provinsi Aceh, Indonesia. Titik koordinat lokasi 5.274615,
95.545754.
3.2. Alat dan Bahan
Alat
yang di gunakan pada pratikum ini adalah insect
net, botol kaca, botol sampel, sarung tangan, gelas plastik, tusuk
sate, cangkul atau sekop, pinset, alat tulis dan peralatan light trap.
Bahan
yang digunakan adalah kloroform, formalin
4%, alkohol 40%, deterjen cair, kertas label dan kapas.
3.3. Cara Kerja
3.3.1. Koleksi
bebas
Sebelum
memulai pratikum alat dan bahan disiapkan terlebih dahulu. Siapkan dua botol
kaca yang diisi kapas dan dimasukkan kloroform. Botol ini digunakan untuk
membius hewan yang berbisa. Kemudian disiapkan juga dua botol kaca yang berisi
alkohol untuk pengawetan. Serta botol sampel untuk pengkoleksian hewan kecil
seperti serangga.
Koleksi
bebas di ambil sepanjang trek, dengan menangkap memakai tangan, atau alat
saperti insect net yang digunakan
untuk menangkap serangga yang terbang seperti kupu-kupu. Hewan yang dianggap
berbahaya di masukkan kedalam botol yang ada kloroform untuk pembiusan. Hewan-hewan yang telah dikumpulkan
selama pratikum di identifikasi berdasarkan ciri-ciri morfologinya.
3.3.2. Pit fall trap
Bahan yang
dibutuhkan untuk pratikum dipersiapkan terlebih dahulu. Kemudian menentukan
tempat lokasi peletakan jebakan. Perangkap jebakan dibuat dengan menggunakan
gelas plastik yang dipasang pada lima puluh titik dengan jarak antar plot 1
meter. Tanah kemudian digali dan dimasukkan gelas plastik hingga sejajar dengan permukaan tanah, didalam gelas
plastik dimasukkan deterjen cair. Kemudian pada masing-masing botol dimasukkan
beberapa tetes formalin. Selanjutnya
di beri atap berupa styrofoam agar
jebakan terlindung dari air hujan atau gangguan lain.
Pengambilan sampel
digunakan metode Hand Sorting dimana
pengambilan sampel dilakukan setelah perangkap terpasang kira-kira 24 jam. Sampel yang telah diperolah
kemudian dimasukkan kedalam botol sampel yang selanjutnya akan di idendifikasi.
3.3.3. Light trap
Perangkap
Light trap disiapkan, didalamnya
dimasukkan botol plastik berisi alkohol. Perangkap light trap dipasang di atas pohon. Pada malam hari setiap dua jam,
diperiksa perangkapnya dan diambil spesimen yang teperangkap dengan cara
disaring alkoholnya. Spesimen yang di peroleh dikumpulkan dan kemudian
diidentifikasi.
BAB IV
DATA
HASIL
PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Data Hasil Pengamatan
Tabel 4.1.
Hasil pengamatan spesimen bebas
No
|
Jenis
|
Jumlah (individu)
|
1.
|
Danaus chrysippus
|
1
|
2.
|
Cryptocercus sp.
|
2
|
3.
|
Pheretima elongata
|
2
|
4.
|
Gryllus sp.
|
1
|
5.
|
Julus virgatus
|
3
|
6.
|
Scolopendra sp.
|
1
|
7.
|
Locusta migratoria
|
1
|
8.
|
Camponotus sp.
|
1
|
9.
|
Oncopeltus sp.
|
1
|
10.
|
Cepaea sp.
|
2
|
11.
|
Gasterachanta sp
|
1
|
12.
|
Pachnaeus
sp.
|
1
|
13.
|
Spesimen 1
|
1
|
14.
|
Spesimen 2
|
1
|
15.
|
Neptis hylas
|
1
|
Tabel
4.2. Hasil pengamatan Pitfall Trap
No.
|
Titik
|
Speciment
|
Jumlah
|
1.
|
T1P1
|
Gryllus
sp.
|
4
|
2.
|
T1P2
|
Gryllus
sp.
|
4
|
Euproctis
sp.
|
1
|
||
3.
|
T1P3
|
Gryllus
sp.
|
3
|
4.
|
T1P4
|
Gryllus
sp.
|
4
|
5.
|
T1P5
|
Locusta migratoria
|
1
|
Araneus diadematus
|
1
|
||
6.
|
T1P6
|
Gryllus
sp.
|
4
|
7.
|
T1P7
|
Gryllus
sp.
|
6
|
8.
|
T1P8
|
Gryllus
sp.
|
1
|
Araneus diadematus
|
1
|
||
Dolichoderus
sp.
|
2
|
||
9.
|
T1P9
|
Gryllus
sp.
|
3
|
10.
|
T1P10
|
Gryllus
sp.
|
1
|
Araneus diadematus
|
1
|
||
Cryptocerus sp.
|
1
|
||
11.
|
T1P11
|
Julus virgatus
|
1
|
Pepsis sp.
|
1
|
||
Gryllus sp.
|
3
|
||
Cryptocerus sp.
|
1
|
||
12.
|
T1P12
|
Gryllus sp.
|
2
|
Cryptocerus sp.
|
1
|
||
13.
|
T1P13
|
Gryllus sp.
|
1
|
Spesimen
1
|
1
|
||
Cryptocerus sp.
|
1
|
||
14.
|
T1P14
|
Gryllus sp.
|
3
|
Julus virgatus
|
1
|
||
Cryptocerus sp.
|
1
|
||
Achatina
sp.
|
1
|
||
15.
|
T1P15
|
Gryllus sp.
|
3
|
Cryptocerus sp.
|
1
|
||
16.
|
T1P16
|
Gryllus sp.
|
2
|
Spesimen
2
|
1
|
||
17.
|
T1P17
|
Gryllus sp.
|
1
|
Julus virgatus
|
3
|
||
18.
|
T1P18
|
Gryllus sp.
|
2
|
Spesimen
3
|
1
|
||
Julus virgatus
|
1
|
||
19.
|
T1P19
|
Gryllus sp.
|
2
|
Julus virgatus
|
1
|
||
Achatina
sp.
|
1
|
||
20.
|
T1P20
|
Gryllus sp.
|
1
|
Julus virgatus
|
1
|
||
21.
|
T1P21
|
Gryllus
mitratus
|
4
|
22.
|
T1P22
|
Gryllus
mitratus
|
1
|
Araneus
sp.
|
1
|
||
23.
|
T1P23
|
Gryllus
mitratus
|
1
|
24.
|
T1P24
|
Gryllus
mitratus
|
3
|
Araneus
sp.
|
1
|
||
25.
|
T1P25
|
Gryllus
mitratus
|
3
|
Dolichoderus sp.
|
1
|
||
26.
|
T2P1
|
Gryllus
mitratus
|
3
|
27.
|
T2P2
|
Gryllus
mitratus
|
3
|
28.
|
T2P3
|
Araneus
sp.
|
1
|
Dolichoderus sp.
|
1
|
||
29.
|
T2P4
|
Gryllus
mitratus
|
5
|
Formica
rufa
|
2
|
||
30.
|
T2P5
|
Gryllus
mitratus
|
4
|
31.
|
T2P6
|
Gryllus
mitratus
|
4
|
Araneus
sp.
|
1
|
||
Periplaneta
sp.
|
1
|
||
Dolichoderus sp.
|
6
|
||
32.
|
T2P7
|
Gryllus
mitratus
|
3
|
Dolichoderus sp.
|
3
|
||
33.
|
T2P8
|
Gryllus
mitratus
|
6
|
34.
|
T2P9
|
Gryllus
mitratus
|
2
|
Periplaneta
sp.
|
1
|
||
Dolichoderus sp.
|
1
|
||
35.
|
T2P10
|
Gryllus
mitratus
|
3
|
36.
|
T2P11
|
Ariolimax
sp.
|
2
|
37.
|
T2P12
|
Periplaneta
sp.
|
2
|
38.
|
T2P13
|
Gryllus
mitratus
|
1
|
39.
|
T2P14
|
Gryllus
mitratus
|
4
|
40.
|
T2P15
|
Gryllus
mitratus
|
9
|
Dolichoderus sp.
|
1
|
||
41.
|
T2P16
|
Gryllus
mitratus
|
17
|
Julus virgatus
|
1
|
||
42.
|
T2P17
|
Gryllus
mitratus
|
17
|
Araneus
sp.
|
1
|
||
Periplaneta
sp.
|
2
|
||
43.
|
T2P18
|
Araneus
sp.
|
5
|
Gryllus
mitratus
|
4
|
||
Dolichoderus sp.
|
1
|
||
Periplaneta
sp.
|
1
|
||
44.
|
T2P19
|
Periplaneta
sp.
|
1
|
Locusta migratoria
|
1
|
||
Gryllus
mitratus
|
8
|
||
45.
|
T2P20
|
Gryllus
mitratus
|
6
|
Periplaneta
sp.
|
3
|
||
46.
|
T2P21
|
Dolichoderus sp.
|
10
|
Periplaneta
sp.
|
5
|
||
Gryllus
mitratus
|
1
|
||
47.
|
T2P22
|
Gryllus
mitratus
|
5
|
Periplaneta
sp.
|
3
|
||
48.
|
T2P23
|
Julus virgatus
|
2
|
Dolichoderus sp.
|
7
|
||
49.
|
T2P24
|
Dolichoderus sp.
|
3
|
Gryllus
mitratus
|
2
|
||
50.
|
T2P25
|
Gryllus
mitratus
|
2
|
Dolichoderus sp.
|
3
|
||
Mantis
religiosa
|
1
|
Tabel
4.3. Hasil Pengamatan Light Trap H-1 Jam 22.00 WIB
No
|
Spesies
|
Familia
|
Jumlah
|
1
|
Cliperla clio
|
Perlodidae
|
35
|
2
|
Trogoxylon parallelopi
|
Bostricidae
|
50
|
3
|
Megachile latinianus
|
Megachilidae
|
11
|
4
|
Aedes stimulans
|
Culicidae
|
9
|
5
|
Sternocranus dorsalis
|
25
|
|
6
|
Rapronia garmani
|
2
|
|
7
|
Tinea pellionela
|
Tineidae
|
3
|
8
|
Cephus cinctus
|
Cephidae
|
10
|
9
|
Sp.
1
|
2
|
Tabel
4.4. Hasil Pengamatan Light Trap H-2 Jam 04.00 WIB
No
|
Spesies
|
Familia
|
Jumlah
|
1
|
Tettigidea lateralis
|
Tettigidae
|
1
|
2
|
Clioperla clio
|
Perlodidae
|
3
|
3
|
Homaemus parvulus
|
Scutelleridae
|
1
|
4
|
Aedes stimulans
|
Culicidae
|
1
|
5
|
Tabanus sulcifrons
|
Tabanidae
|
1
|
6
|
Cephus cinctus
|
Cephidae
|
24
|
7
|
Megachile latimanus
|
Megachiliidae
|
1
|
8
|
Erythioneura vitis
|
1
|
|
9
|
Catonia impunctata
|
Achilidae
|
15
|
10
|
Sternocranus dorsalis
|
9
|
|
11
|
Trogoxylon parallelopipedum
|
Bostrichidae
|
1
|
12
|
Epicauta pestifera
|
Meloidae
|
1
|
13
|
Oulema melanoplus
|
Chrysomelidae
|
1
|
14
|
Ropronia garmani
|
1
|
4.2. Pembahasan
4.2.1.
Spesimen Bebas
Pengambilan
spesimen bebas di Desa Cucum, Kota Jantho, Aceh Besar, Aceh, diperoleh beberapa
spesimen antara lain Locusta migratoria,
Pheretima elongata, Scolopendra
sp., Danaus chrysippus, Neptis hylas, Julus virgatus,
Cryptocercus
sp., Camponotus sp., Gasterachanta sp., Gryllus sp., Acanthocephala sp.
dan lain-lain. Setiap spesimen ini memiliki habitat yang berbeda-beda, salah
satu contohnya adalah Danaus chrysippus,
hewan ini dapat ditemukan pada daerah manapun misalnya padang rumput ataupun di
dalam hutan, lain halnya dengan Pheretima
elongata yang dapat ditemukan pada tanah yang lembab dan intensitas cahaya
yang sedikit.
Spesimen
pertama yang ditemukan adalah belalang (Locusta migratoria). Hewan ini dapat ditemukan pada rerumputan. Belalang termasuk
hewan invertebrata karena tidak memiliki tulang belakang. Hewan ini memiliki
warna kulit yang beraneka ragam, yaitu hijau sampai keabu-abuan. Belalang
termasuk ke dalam Filum Arthropoda karena memiliki anggota gerak yang
berpasangan dan bersegmen, serta organ seksual yang terpisah. Hewan ini
termasuk ke dalam kelas insekta karena memiliki 3 pasang kaki atau yang disebut
dengan hexapoda (hexa=enam, poda=kaki), mempunyai dua pasang sayap dibagian
thorax, terdapat mata facet dan mata oceli, serta bernapas dengan trachea. Ordo
dari Locusta migratoria adalah
Orthroptera dan famili Locustidae.
Regnum
: Animalia
Filum
: Arthropoda
Classis : Insekta
Ordo
: Orthroptera
Familia : Locustidae
Genus : Locusta
Species : Locusta migratoria
Pheretima elongata atau
yang dikenal dengan cacing tanah merupakan hewan Filum Annelida yang memiliki
habitat pada tanah yang lembab dengan intensitas cahaya yang rendah. Cacing
tanah memiliki bentuk tubuh yang memanjang, silindris, bersegmen dan tertutupi
oleh kutikula. Cacing ini memiliki alat gerak berupa setae (bulu-bulu kaku)
yang terletak disetiap segmen tubuhnya. Kelas dari cacing tanah adalah Chaetopoda, karena memiliki
ruas-ruas tubuh yang kelihatan nyata, mempunyai sekat-sekat antara bulu kaku
dan sebuah rongga tubuh. Cacing tanah merupakan famili dari Megascolecidae.
Kingdom
: Animalia
Phylum : Annelida
Class
: Oligochaeta
Order
: Opistophora
Family
: Megascolecidae
Genus
: Pheretima
Species
: Pheretima elongata
Scolopendra
sp. atau yang dikenal dengan kelabang merupakan hewan invertebrata, Filum
Arthropoda dan kelas Myriapoda. Hewan ini hidup di darat pada tempat yang
lembab dan gelap, tubuhnya terdiri dari caput yang terdapat sepasang antenna dan
sepasang mata. Kelabang merupakan ordo dari Diplopoda (Di=dua, Podos=kaki) yang
memiliki dua pasang kaki pada setiap segmen tubuhnya, lubang genital terdapat
pada segmen ke-13. Pada jenis ini telah ada pemisahan kelamin dan berkembang
biak dengan cara bertelur.
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Arthropoda
Class
: Myriapoda
Order : Chilopoda
Family : Scolopendridae
Genus
: Scolopendra
Species
: Scolopendra sp.
Danaus
chrysippus merupakan
kupu-kupu yang tersebar di Afrika dan
Asia.
Kupu-kupu ini termasuk ke dalam kelas Insekta, Ordo Lepidoptera dan famili
Nymphalidae. Spesies ini banyak dijumpai mulai dari padang rumput, hutan yang
berdaun kering, hutan sub-tropis, kebun, taman dan lain-lain. Telur, larva,
hingga pupa kupu-kupu ini dapat dijumpai pada tumbuhan widuri (Calotropis gigantea) sebagai tumbuhan
inangnya. Kupu-kupu ini memiliki ukuran tubuh yang tidak terlalu besar namun
juga tidak terlalu kecil. Tubuhnya berwarna hitam dengan banyak titik putih
serta sayap yang berwarna kuning kecoklatan.
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insekta
Order : Lepidoptera
Family : Danaidae
Genus : Danaus
Species : Danaus chrysippus
Neptis hylas merupakan kupu-kupu yang dapat ditemukan di daerah India dan juga Asia. Neptis hylas juga bagian dari kelas
Insekta, Ordo Lepidoptera dan Famili Nymphalidae. Tubuh bagian atas berwarna
hitam dan memiliki garis putih pada tubuh bagian bawahnya. Sayapnya memiliki
corak berwarna hitam-putih.
Julus virgatus atau
yang sering disebut juga dengan kaki seribu merupakan hewan dari Ordo Diplopoda.
Diplopoda merupakan hewan terestrial yang bergerak
lambat. Bertempat tinggal di darat terutama di tempat-tempat yang lembab,
gelap, dibawah batu, dedaunan atau di dalam kayu yang lapuk dan hidup sebagai
binatang pemakan tumbuh-tumbuhan. Kaki seribu memiliki tubuh yang
terdiri dari kepala, dada dan perut. Bentuknya silindris dan bersegmen, tiap
segmen perut terdapat 2 pasang kaki, tubuhnya mengandung timbunan-timbunan
garam kapur. Kaki seribu akan menggulung tubuhnya jika diganggu atau jika
dirinya merasa terancam. Bentuk tubuhnya yang memanjang menggulung menjadi spiral.
Kingdom
: Animalia
Filum
: Arthropoda
Class
: Myriapoda
Order
: Diplopoda
Family
: Julidae
Genus
: Julus
Species
: Julus virgatus
Cryptocerus
sp. juga salah satu hewan yang dapat ditemukan di Desa Cucum, Kota Jantho.
Hewan ini berasal dari filum Arthropoda, kelas Insecta, dan anggota tunggal
dari filum Cryptocercidae. Cryptocerus dikenal sebagai kecoa kayu, dapat
ditemukan di Amerika Utara dan Asia. Kecoa kayu memiliki hubungan erat dengan
rayap.
Gryllus sp.
atau yang dikenal dengan jangkrik merupakan hewan kelas Insekta. Jangkrik
merupakan serangga yang berkerabatan dekat dengan belalang sehingga dimasukkan
dalam ordo Orthroptera. Jangkrik adalah omnivora,
dikenal dengan suaranya, suara ini digunakan untuk menarik betina dan menolak
jantan lainnya. Suara jangkrik semakin keras dengan naiknya suhu sekitar.
Kingdom
:Animalia
Phylum
:Arthropoda
Class
: Insecta
Ordo
: Orthoptera
Family
: Gryllidae
Genus
: Gryllus
Spesies
: Gryllius sp.
Companotus
sp. merupakan hewan invertebrata yang tergolong ke dalam kelas insekta, Ordo
Hymenoptera. Hewan ini hidup di darat, ukuran
tubuh semut ini sekitar 3 sampai 5 mm, memiliki bentuk mulut yang bulat dan
bertipe penghisap karena makanannya sari-sari madu pada tanaman. Mulut terdapat
pada kepala yang berwarna hitam. Abdomennya kecoklatan dengan bentuk lonjong
dan membulat, memiliki antena dan bentuknya setaceus, memiliki mata majemuk,
mempunyai protoraks dan mesotoraks, tidak mempunyai sayap depan maupun sayap belakang.
Kingdom :
Animalia
Phylum :
Arthropoda
Class :
Insecta
Order :
Hymenoptera
Family :
Formicidae
Genus :
Camponotus
Species :
Camponotus sp.
Cepeae sp. adalah hewan yang termasuk ke dalam filum molusca
dan tergolong dalam kelas gastropoda dengan ciri-ciri bergerak dengan kaki yang
terletak dibagian perut, penjalaran kontraksi otot dari bagian posterior ke
bagian anterior mengakibatkan gerakan kaki seperti gelombang. Pada kepala
terdapat tentakel dan mulut.
Kingdom
: Animalia
Filum
: Molusca
Class
: Gastropoda
Ordo
:Stylommatophora
Familia
: Helicidae
Genus
: Cepaea
Species
: Cepaea sp.
Oncopeltus
sp. dinamai kumbang Assasin karena punggungnya seperti memakai topeng pembunuh
atau Assasin. Warna sayap dan kepalanya di dominasi dengan warna orange terang
dan hitam, sedangkan bagian bawah tubuhnya berwarna hitam dan putih. Uniknya,
kumbang ini ikut berperan dalam penyebaran serbuk sari bunga. Ketika kumbang
ini memakan nektar bunga, maka serbuk sari bunga tersebut akan menempel di kaki
kumbang tersebut. Kumbang ini termasuk
ke dalam familia Lygaeidae.
Kingdom
: Animalia
Filum
: Arthropoda
Class
: Insekta
Ordo
: Hemiptera
Familia
: Lygaeidae
Genus
: Oncopeltus
Species
: Oncopeltus sp.
Pachnaeus
sp. Termasuk ke dalam ordo Coleoptera yang memiliki 2 pasang sayap yaitu sayap
depan dan sayap belakang. Sayap depan tebal dan permukaan luarnya halur yang
mengandung zat tanduk sehingga disebut Elytra, sedangkan sayap belakang tipis
seperti selaput. Mengalami metamorfosis sempurna yang perkembangannya melalui
stadia: Telur-larva-kepompong (pupa) – dewasa – imago.
Kingdom
: Animalia
Filum
: Arthropoda
Class
: Insekta
Ordo
: Coleoptera
Familia
: Curculionidae
Genus
: Pachnaeus
Species
: Pachnaeus sp.
4.2.2. Pembahasan pitfall Trap
Beberapa spesies yang didapatkan
pada pitfall trap antara lain Gryllus sp.,
Julus virgatus, Pepsis sp., Cryptocercus sp., Achatina sp. dan lain lain. Pada
percobaan pitfall trap yang banyak didapatkan berupa hewan dari kelas Insekta
seperti jangkrik, kecoak kayu dan semut. Pada kelas Myriapoda dapat ditemukan
kaki seribu. Pitfall trap dilakukan dengan meletakkan deterjen dan formalin 4%
kedalam botol plastik yang kemudian diletakkan ke tanah yang telah di cangkul
dan diatasnya ditutupi dengan gabus berukuran 20x20 cm dan ditusuk dengan tusuk sate pada ujungnya.
Tujuan dari pengamatan pitfall trap adalah untuk melihat kepadatan populasi
hewan tanah. Pit fall trap
merupakan metode pengumpulan hewan tanah dengan cara memasang perangkap jebak.
Cara ini juga termasuk dalam metoda dinamik. Perangkap ini merupakan metode
yang efektif
untuk penelitian taksonomi maupun ekologi.
4.2.3. Light
Trap
Serangga atau insectamerupakan hewan
terbanyak jenisnya dari filum Arthopoda, dan satu-satunya kelas dari kelompok
avertebrata yang dapat terbang. Beberapa serangga tertarik pada cahaya,
terutama serangga nokturnal.Salah satu cara menangkap serangga yang dapat terbang
adalah dengan menggunakan light trap. Cahaya yang berasal dari lampu dapat
menarik serangga-serangga yang terbang.
Perangkap
diletakkan di atas pohon, agar serangga yang terbang dapat mudah mendekati
perangkap. Di dalam perangkap terdapat larutan alkohol yang berfungsi agar
hewan yang teperangkap tidak terbang lagi dan juga pengawet jangka panjang
spesimen yang teperangkap. Perangkap di amati dan di ambil spesimennya setiap
dua jam pada malam hari, untuk membedakan serangga yang teperangkap pada kondisi
lingkungan yang berbeda.
Hewan yang teperangkap rata-rata adalah
serangga kecil yang dapat terbang. Serangga yang keluar pada malam hari umumnya
bertujuan untuk kawin. Secara alami, cahaya bulan adalah pedoman arah untuk
bertemu dengan pasangan mereka. Dengan jebakan light trap serangga dapat terkecoh sehingga mereka
tertarik kelampu yang dibuat dan tidak lagi terbang menuju arah bulan melainkan
hanya berputar-putar disekitar lampu tersebut.
BAB V
PENUTUP
5.1.
Kesimpulan
Dari
hasil kuliah lapangan yang dilkukan di Desa Cucum, Kota Jantho, Aceh Besar, pada
tanggal 6-8 November 2015 diperoleh beberapa kesimpulan diantaranya :
1. Kebanyakan
hewan yang ditemukan berupa insekta dan molucha sedikit ditemukan jenis lainya.
Karena beberapa faktor seperti faktor lingkungan suhu, kelembaban, cahaya
matahari dll. Sehingga tidak sesuai dengan hewan lainnya.
2. Di
desa Cucum terdapat hewan kelas insekta yang sangat melimpah di bandingkan
dengan kelompok hewan lainnya. Hal tersebut di sebabkan karena dari insekta
sendiri adalah hewan yang mempunyai jumlah (populasi) terbesar di dunia. Desa
Cucum merupakan habitat yang sangat cocok untuk serangga karena mampu untuk
bearadaptasi dan kemampuan untuk hidup dengan baik.
3. Dari
filum moluska kebanyakan dari kelas gastropoda. Hal tersebut di sebabakan di
desa Cucum merupakan tempat yang lembab dan memiliki suhu yang rendah.
4. Suatu
ekosistem terdapat suatu keanekaragaman. Melimpahnya suatu keanekargaman
tergantung dari ketersediaan makanan, kondisi ketahanan lingkungan makhluk
hidup di habitatnya.
5.2. Saran
Sebaiknya
jadwal kegiatan praktikum lapangan dibagiakan sebelum hari berlangsungnya
praktikum lapangan agar memudahkan praktikan untuk mengikuti kegiatan.
DAFTAR PUSTAKA
Brotowidjoyo, Mukayat Djarubito. 1989. Zoologi Dasar. Erlangga, Jakarta
Budiyanto. 2013. Ternak Cacing Tanah. Universitas
Negeri Jakarta Press, Jakarta
Campbell,
Neil A., Jane B. Reece. 2010. Biologi
Edisi 8 jilid 1. Terjemahan dari Biology Eighth edition. Erlangga, Jakarta
Hutabarat,
S, dkk. 1985. Pengantar Oceanografi. Universitas Indonesia Press, Jakarta
Jasin, Maskoeri. 1992. Zoologi Invertebrata. Sinar
Wijaya, Surabaya
Kastawi, Yusuf. 2005.
Zoologi Vertebrata. Universitas Negeri Malang Press, Malang
Kimbal, W
John. 1983. Biologi Edisi kelima Jilid 3.
Erlangga, Jakarta
Radiopoetro. 1977. Zoologi.
Erlangga, Jakarta
Rusyana, Adun. 2011. Zoologi Invertebrata. Alfabeta, Bandung
Sastrodihardjo. 1984.
Pengantar Entomologi Terapan. ITB, Bandung.
Sembel, Dantje T. 2009. Entomologi
Kedokteran. Penerbit ANDI, Yogyakarta.
Suin,
Nurdin Muhammad. 1989. Ekologi Hewan
Tanah. PT. Bumi Aksara, Jakarta.
Suhardi. 1983. Evolusi Avertebrata. Universitas
Indonesia Press, Jakarta.
Suroso,
AY. 2003. Ensiklopedia dan Sains
Kehidupan. Tarity Samudra Berlian, Jakarta.
Suwignyo,Sugiarto.
2005. Avetebrata Air Jilid 1.
Penebar Swadaya, Jakarta
Tjitrosoepomo, Gembong. 1993. Taksonomi Tumbuhan
(Spermatophyta). Gajah Mada Universitas Press, Yogyakarta
Wardhana,
Wisnu, dkk. 1990. Taksonomi Avertebrata.
Universitas Indonesia Press, Jakarta.
LAMPIRAN
Lampiran
1. spesimen bebas
No
|
Klasifikasi
|
Gambar
|
1
|
Kingdom : Animalia
Fylum : Arthropoda
Class : Insekta
Ordo : Lepidoptera
Familia : Danaidae
Genus : Danaus
Species :
Danaus chrysippus
|
|
2
|
Kingdom : Animalia
Phylum
: Arthropoda
Class : Insecta
Order : Blattodea
Famili
: Cryptocercidae
Genus : Cryptocercus
Species : Cryptocercus sp.
|
|
3
|
Kingdom : Animalia
Phylum : Annelida
Class : Oligochaeta
Order : Opistophora
Family : Megascolecidae
Genus : Pheretima
Species : Pheretima elongata
|
|
4
|
Kingdom : Animalia
Fylum : Arthropoda
Class :
Insecta
Ordo :
Orthoptera
Famili :
Gryllidae
Genus :
Gryllus
Spesies
: Gryllius sp.
|
|
5
|
Kingdom : Animalia
Fylum : Arthropoda
Class : Myriapoda
Ordo :
Diplopoda
Familia : Julidae
Genus : Julus
Species : Julus virgatus
|
|
6
|
Kingdom : Animalia
Fylum : Arthropoda
Class : Myriapoda
Ordo : Chilopoda
Familia : Scolopendridae
Genus : Scolopendra
Species :
Scolopendra sp.
|
|
7
|
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Class : Insekta
Ordo : Orthroptera
Familia : Locustidae
Genus : Locusta
Species : Locusta migratoria
|
|
8
|
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Hymenoptera
Family : Formicidae
Genus : Camponotus
Species : Camponotus sp.
|
|
9
|
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Class : Insekta
Ordo : Hemiptera
Familia : Lygaeidae
Genus : Oncopeltus
Species : Oncopeltus sp.
|
|
10
|
Kingdom : Animalia
Fylum : Molusca
Class : Gastropoda
Ordo : Stylommatophora
Familia : Helicidae
Genus : Cepaea
Species : Cepaea sp.
|
|
11
|
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Arachnida
Order : Araneae
Family : Araneidae
Genus : Gasteracantha
Species : Gasteracantha sp.
|
|
12
|
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insekta
Ordo : Coleoptera
Familia : Curculionidae
Genus : Pachnaeus
Species : Pachnaeus sp.
|
|
13
|
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insekta
Ordo : -
Familia : -
Genus : -
Species : -
|
|
14
|
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insekta
Ordo : -
Familia : -
Genus : -
Species : -
|
Lampiran
2. Spesimen fit fall trap
No.
|
Titik
|
Specimen
|
Gambar
|
Jumlah
|
1.
|
T1P1
|
Gryllus
sp.
|
4
|
|
2.
|
T1P2
|
Gryllus
sp.
Euproctis
sp.
|
4
1
|
|
3.
|
T1P3
|
Gryllus
sp.
|
3
|
|
4.
|
T1P4
|
Gryllus
sp.
|
4
|
|
5.
|
T1P5
|
Locusta migratoria
|
1
|
|
Araneus diadematus
|
1
|
|||
6.
|
T1P6
|
Gryllus
sp.
|
4
|
|
7.
|
T1P7
|
Gryllus
sp.
|
6
|
|
8.
|
T1P8
|
Gryllus
sp.
|
1
|
|
Araneus diadematus
|
1
|
|||
Dolichoderus
sp.
|
2
|
|||
9.
|
T1P9
|
Gryllus
sp.
|
3
|
|
10.
|
T1P10
|
Gryllus
sp.
|
1
|
|
Araneus diadematus
|
1
|
|||
Cryptocerus sp.
|
1
|
|||
11.
|
T1P11
|
Julus virgatus
|
1
|
|
Pepsis sp.
|
1
|
|||
Gryllus sp.
|
3
|
|||
Cryptocerus sp.
|
1
|
|||
12.
|
T1P12
|
Gryllus sp.
|
2
|
|
Cryptocerus sp.
|
1
|
|||
13.
|
T1P13
|
Gryllus sp.
|
1
|
|
Spesimen
1
|
1
|
|||
Cryptocerus sp.
|
1
|
|||
14.
|
T1P14
|
Gryllus sp.
|
3
|
|
Julus virgatus
|
1
|
|||
Cryptocerus sp.
|
1
|
|||
Achatina
sp.
|
1
|
|||
15.
|
T1P15
|
Gryllus sp.
|
3
|
|
Cryptocerus sp.
|
1
|
|||
16.
|
T1P16
|
Gryllus sp.
|
2
|
|
Spesimen
2
|
1
|
|||
17.
|
T1P17
|
Gryllus sp.
|
1
|
|
Julus virgatus
|
3
|
|||
18.
|
T1P18
|
Gryllus sp.
|
2
|
|
Spesimen
3
|
1
|
|||
Julus virgatus
|
1
|
|||
19.
|
T1P19
|
Gryllus sp.
|
2
|
|
Julus virgatus
|
1
|
|||
Achatina
sp.
|
1
|
|||
20.
|
T1P20
|
Gryllus sp.
|
1
|
|
Julus virgatus
|
1
|
|||
21.
|
T1P21
|
Gryllus
mitratus
|
4
|
|
22.
|
T1P22
|
Gryllus
mitratus
|
1
|
|
Araneus
sp.
|
1
|
|||
23.
|
T1P23
|
Gryllus
mitratus
|
1
|
|
24.
|
T1P24
|
Gryllus
mitratus
|
3
|
|
Araneus
sp.
|
1
|
|||
25.
|
T1P25
|
Gryllus
mitratus
|
3
|
|
Dolichoderus sp.
|
1
|
|||
26.
|
T2P1
|
Gryllus
mitratus
|
3
|
|
27.
|
T2P2
|
Gryllus
mitratus
|
3
|
|
28.
|
T2P3
|
Araneus
sp.
|
1
|
|
Dolichoderus sp.
|
1
|
|||
29.
|
T2P4
|
Gryllus
mitratus
|
5
|
|
Formica
rufa
|
2
|
|||
30.
|
T2P5
|
Gryllus
mitratus
|
4
|
|
31.
|
T2P6
|
Gryllus
mitratus
|
4
|
|
Araneus
sp.
|
1
|
|||
Periplaneta
sp.
|
1
|
|||
Dolichoderus sp.
|
6
|
|||
32.
|
T2P7
|
Gryllus
mitratus
|
3
|
|
Dolichoderus sp.
|
3
|
|||
33.
|
T2P8
|
Gryllus
mitratus
|
6
|
|
34.
|
T2P9
|
Gryllus
mitratus
|
2
|
|
Periplaneta
sp.
Dolichoderus sp.
|
1
1
|
|||
35.
|
T2P10
|
Gryllus
mitratus
|
3
|
|
36.
|
T2P11
|
Ariolimax
sp.
|
2
|
|
37.
|
T2P12
|
Periplaneta
sp.
|
2
|
|
38.
|
T2P13
|
Gryllus
mitratus
|
1
|
|
39.
|
T2P14
|
Gryllus
mitratus
|
4
|
|
40.
|
T2P15
|
Gryllus
mitratus
|
9
|
|
Dolichoderus sp.
|
1
|
|||
41.
|
T2P16
|
Gryllus
mitratus
|
17
|
|
Julus virgatus
|
1
|
|||
42.
|
T2P17
|
Gryllus
mitratus
|
17
|
|
Araneus
sp.
|
1
|
|||
Periplaneta
sp.
|
2
|
|||
43.
|
T2P18
|
Araneus
sp.
|
5
|
|
Gryllus
mitratus
|
4
|
|||
Dolichoderus sp.
|
1
|
|||
Periplaneta
sp.
|
1
|
|||
44.
|
T2P19
|
Periplaneta
sp.
|
1
|
|
Locusta migratoria
|
1
|
|||
Gryllus
mitratus
|
8
|
|||
45.
|
T2P20
|
Gryllus
mitratus
|
6
|
|
Periplaneta
sp.
|
3
|
|||
46.
|
T2P21
|
Dolichoderus sp.
|
10
|
|
Periplaneta
sp.
|
5
|
|||
Gryllus
mitratus
|
1
|
|||
47.
|
T2P22
|
Gryllus
mitratus
|
5
|
|
Periplaneta
sp.
|
3
|
|||
48.
|
T2P23
|
Julus virgatus
|
2
|
|
Dolichoderus sp.
|
7
|
|||
49.
|
T2P24
|
Dolichoderus sp.
|
3
|
|
Gryllus
mitratus
|
2
|
|||
50.
|
T2P25
|
Gryllus
mitratus
|
2
|
|
Dolichoderus sp.
|
3
|
|||
Mantis
religiosa
|
1
|
0 Response to "KEANEKARAGAMAN JENIS HEWAN DI DESA CUCUM, KOTA JANTHO, KABUPATEN ACEH BESAR, ACEH"
Posting Komentar