MALEK AZIS - KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DI DESA CUCUM, KOTA JANTHO, KABUPATEN ACEH BESAR
KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DI DESA CUCUM, KOTA JANTHO, KABUPATEN ACEH
BESAR
LAPORAN
Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan
memenuhi syarat-syarat guna pelaksanaan Praktikum
Taksonomi Tumbuhan
Oleh:
ANANDA RIVA MAULIDDYA PUTRI 1408104010044
ANA SAFITRI 1408104010020
MAISUN 1408104010034
MALEK AZIS 1408104010002
MELINA FILZA TIJANI 1408104010014
NUNUK RIYANTI 1408104010026
PUTRI NABILA ULFAH 1308104010017
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
DESEMBER, 2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur
kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas berkat, rahmat dan karunia-Nya
laporan praktikum lapangan Taksonomi
Tumbuhan yang berjudul “Keanekaragaman
Jenis Tumbuhan Di Desa Cucum, Kota Jantho, Kabubaten Aceh Besar”
ini dapat kami selesaikan tepat pada waktunya. Salawat dan salam kami sampaikan
kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita ke alam yang penuh dengan ilmu
pengetahuan. Terimakasih kami ucapkan kepada dosen pembimbing serta asisten
mata kuliah Taksonomi Tumbuhan yang
senantiasa memberi arahan kepada kami sehingga laporan praktikum lapangan ini
dapat diselesaikan.
Laporan ini
masih jauh dari sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasa ataupun
penulisannya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun agar laporan ini dapat menjadi lebih baik lagi.
Darussalam,
8 Desember 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Kata
pengantar........................................................................................ i
Daftar
Isi................................................................................................. ii
Daftar
Tabel............................................................................................ iii
Daftar
Gambar........................................................................................ iv
BAB I
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang......................................................................... 1
1.2. Tujuan...................................................................................... 1
1.3.
Manfaat.................................................................................... 2
BAB
II Tinjauan Pustaka........................................................................ 3
BAB III
Metode Kerja........................................................................... 7
3.1
Waktu dan Tempat.................................................................. 7
3.2 Alat
dan Bahan........................................................................ 7
3.3
Cara Kerja................................................................................ 7
BAB IV
Hasil dan Pembahasan
4.1 Data Hasil Pengamatan............................................................ 9
4.2
Pembahasan............................................................................. 11
BAB V
Penutup
5.1
Kesimpulan.............................................................................. 14
5.2
Saran........................................................................................ 14
Daftar
Pustaka......................................................................................... 15
Lampiran................................................................................................. 16
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1.1. Data Hasil Pengamatan....................................................... 8
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 4.1.1 Polytrichum
commune...................................................... 8
Gambar 4.1.2 Pityrogramma
calomelanos.............................................. 8
Gambar 4.1.3 Dicranopteris
linearis....................................................... 8
Gambar 4.1.4 Blumea
balsamifera.......................................................... 9
Gambar 4.1.5 Cyclosorus
sp. .................................................................. 9
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Klasifikasi Tumbuhan atau Taksonomi
Tumbuhan merupakan ilmu yang mengkaji tentang pengelompokan
berdasarkan kesamaan bentuk dan fungsi pada suatu tumbuhan. Tujuan klasifikasi
itu sendiri adalah untuk memudahkan
manusia mengenali jenis tumbuhan-tumbuhan serta memudahkan
komunikasi di dalam biologi. Klasifikasi tumbuhan bersifat dinamis karena disebabkan beberapa
kemungkinan seperti adanya perkembangan pengetahuan tentang tumbuhan serta penggunaan karakter
yang berbeda dalam klasifikasi. Klasifikasi tumbuhan didasarkan atas persamaan
dan perbedaan karakter tertentu pada tumbuhan yang bersangkutan.
Tumbuhan pada umumnya dapat
dibedakan menjadi 2, yaitu tumbuhan tingkat tinggi dan tumbuhan tingkat rendah. Tumbuhan
tingkat tinggi telah mempunyai jaringan pembuluh (memiliki jaringan pengangkut dan memiliki daun, batang dan akar
sejati), contohnya
Pteridophyta (paku) dan Spermatophyta (tumbuhan berbiji). Tumbuhan
tingkat rendah tidak mempunyai jaringan pembuluh (tidak memiliki jaringan
pengangkut dan tidak memiliki
daun, batang dan akar sejati), sehingga materi disalurkan dengan cara difusi
antar sel, contohnya Bryophyta
(lumut). Praktikum lapangan ini dilakukan di Desa
Cucum , Kota Jantho, Aceh Besar karena pada daerah ini hutannya masih tergolong
kedalam hutan yang masih alami dan belum banyak dijamah oleh tangan manusia,
sehingga akan lebih mudah menemukan keanekaragaman jenis tumbuh-tumbuhan yang
jarang dapat ditemukan pada daerah perkotaan.
1.2.
Tujuan
Tujuan dari praktikum
lapangan ini adalah untuk memahami tata cara pengumpulan spesimen, pengolahan
dan pengawetan spesimen serta
mengelompokkan tumbuhan berdasarkan taksonnya.
1.3.
Manfaat
Manfaat dari
praktikum lapangan
ini adalah memahami cara mengumpulkan spesimen, mampu mengolah dan mengawetkan
spesimen serta mampu mengelompokkan tumbuhan.
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Deskripsi Lokasi
Kota Jantho juga merupakan ibu kota dan pusat
pemerintahan Kabupaten Aceh Besar. Dengan
Luas
Wilayah : 2.686 km², terdiri atas 12 Desa/Kelurahan, salah satunya desa Cucum, kode pos 23917. Cucum merupakan salah satu gampong yang terletak di
Mukim Jantho, kecamatan Kota Jantho, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh,
Indonesia (Wikipedia).
2.2.
Karateristik Tumbuhan
Tubuh tumbuhan tinggi tersusun atas
berjuta-juta sel dengan ukuran, bentuk, dan struktur yang berbeda; selanjutnya sel ini dianggap sebagai
unit penyusun tubuh terkecil.
Sejumlah sel-sel dengan fungsi yang sama akan menyusun jaringan dan beberapa
jaringan akan menyusun organ bagian tubuh tumbuhan. Secara umum tubuh tumbuhan
tinggi terdiri atas sumbu silindria dengan tonjolan-tonjolan lateral yang
sering kali mempunyai struktur serupa dengan sumbu pusat.Sumbu utama sebenarnya
tersusun atas dua bagian yang berbeda sifat fisiologis dan struktur morfologinya.
Bagian sumbu di atas tanah biasanya disebut “batang” dan bagian di bawah tanah
disebut “akar”. Tiga macam tonjolan yang tumbuh pada sumbu utama yakni: daun,
jonjot dan balu. Daun tumbuh pada permukaan sumbu utama dengan pola tertentu
(teratur), sedangkan jonjot dan bulu tidak mempunyai pola yang teratur (Suwasono, 1993).
Semua tumbuhan yang tingkat
perkembangannya lebih tinggi daripada Thallophyta
pada umumnya mempunyai warna yang benar-benar hijau, karena mempunyai
sel-sel dengan plastida yang mengandung klorofil-a dan klorofil-b. Kebanyakan
hidup di darat dan sel-selnya telah mempunyai dinding yang terdiri atas
selulosa. Pada Bryophyta alat-alat
kelamin yang berupa anteridium dan arkegonium, demikian pula sporangiumnya,
selalu terdiri atas banyak sel. Berlainan dengan gametangium dan sporangium
sel-sel mandul. Pada semua tumbuhan yang tergolong dalam Bryophyta terdapat kesamaan bentuk dan susunan gametangiumnya (baik anteridium maupun
arkegonium). Selain pembiakan dengan spora, pada lumut terdapat pula pembiakan
vegetatif dengan kuncup eram, yang terjadi dengan bermacam-macam cara pada
protonem, talus atau bagian-bagian lain pada tubuh lumut. Kuncup eram dapat
melepaskan diri dari induknya dan tumbuh menjadi individu baru. Selain itu,
semua bagian tubuh lumut jika dipotong menunjukkan daya regenerasi yang sangat
besar (Gembong, 2005).
Sekitar
23.000 species lumut dan lumut hati
telah
diidentifikasi. Mereka merupakan tumbuhan kecil, agak sederhana yang biasanya
tumbuh ditempat-tempat basah. Sebagian besar dari lumut hati mempunyai tubuh
tipis seperti kulit, yang tumbuh memipih rata di atas medium penunjangnya – air
tenang atau tanah basah. Tubuh tumbuhan lumut sedikit lebih rumit daripada lumut hati. Tubuhnya terdiri dari
pucuk tagak dengan beberapa anak daun yang amat kecil tersusun dalam pilihan.
Pada kedua tumbuhan itu tidak dijumpai jaringan berkayu untuk menunjang dan
dengan demikian tumbuhan itu tidak pernah tumbuh menjadi amat besar. Tidak ada
sistem pembuluh khusus untuk pengangkutan air dan makanan ke suluruh tumbuhan. Bryophyta
kadang-kadang dianggap sebagai moyang tumbuhan berpembuluh. Kesederhanaan strukturnya,
tiada jaringan pembuluh dan pembatasan pada tempat-tempat basah menyatakan
bahwa mereka salah bentukan intermediet diantara alga tumbuhan berpembuluh.
Akan tetapi, catatan fosil menunjukkan bahwa ini tidak benar. Tidak ada fosil
Bryophyta ditemukan dalam bantuan yang terbentuk sebelum periode Devon, seperti
akan kita ketahui, tumbuhan berpembuluh sudah ada dalam silur (Kimball, 1983).
Tumbuhan lumut
mempunyai daur hidup yang terdiri atas generasi sporofit (generasi yang
menghasilkan spora) dan generasi gametofit (generasi yang menghasilkan gamet).
Generasi gametofit tumbuhan lumut memiliki ukuran yang lebih besar sehingga
dapat di amati dengan mata telanjang. Perlu diketahui juga bahwa generasi
gametofit (haploid) merupakan generasi dominan pada tumbuhan lumut. Sporofit
umumnya lebih kecil dan daur hidupnya lebih singkat. Generasi
gametofit atau pembentukan
gamet (tumbuhan lumut- arkegonium+anteridium-ovum+sperma-zigot). Generasi sporofit atau pembentukan spora
yaitu: sporogonium-spora–protonema (Prowel, 2010).
Tumbuhan paku merupakan salah satu tumbuhan
tertua yang masih sering kita jumpai di daratan. Memiliki kormus merupakan ciri
yang khas dari tumbuhan ini. Arti dari tumbuhan berkormus adalah tumbuhan
tersebut memiliki akar, batang dan daun yang sudah memiliki pembuluh pengangkut
berupa xylem dan floem. Di Indonesia tumbuhan paku merupakan kelompok tumbuhan
yang memiliki banyak jenis. Sekitar 10.000 jenis tumbuhan paku yang ada di muka
bumi ini dan 1.300 jenisnya berada di sebagian besar kepulauan Indonesia dan
Malaysia (Sastrapraja, 1985).
Tumbuhan
paku menyukai tempat yang lembab, dapat hidup di tanah atau menumpang pada
pohon-pohon untuk pertumbuhannya. Kekhasan dari tanaman paku ini berada pada
daunnya yang sangat menarik sehingga dapat memudahkan untuk membedakannya dari
jenis tumbuhan lain. Daun yang masih muda biasanya bergelung yang sering
dikenal dengan istilah vernasi, sedangkan daun yang sudah dewasa akan membuka
(Loveless 1989).
Nilai ekonomi tumbuhan paku terutama terletak pada
keindahan dan sebagai tanaman holtikultural. Beberapa jenis paku digunakan
sebagai tanaman hias misalnya Platycerium
bifurcatum (Paku tanduk rusa), Asplenium
sp. (paku sarang burung), Adiantum sp.
(suplir) dan Selaginella (paku rane)
dan paku kawat yang merayap digunakan dalam pembuatan karangan bunga, sedang
sporanya yang kecil-kecil mudah terbakar karena kandungan akan lemak (Polunim,
1994).
Lichens atau lumut kerak biasanya
dianggap sebagai kelompok khusus,walaupun pada dasarnya merupakan suatu
asosiasi simbiosis yang awesembada antara cendawan mikrobion dan ganggang
fikobion. Tercatat sebanyak 18.000 spesies yang tersebar luas di berbagai
habitat. Sangat khas bahwa bentuk kehidupan dan perlakuannya jauh berbeda
dengan komponen masing-masing. Mereka tumbuh pada pohon, kayu membusuk,
bebatuan, dan di atas tanah. Dapat bertahan dalam keadaan panas, dingin dan
kering yang luar biasa. Menurut bentuknya lumut kerak dapat dibagi menjadi 3
kelompok : krustos (seperti kerak), follos (seperti daun), dan fruktikos yang menyerupai semak
(Siti, 1993).
Tumbuhan pembuluh atau Trakeofita yaitu mempunyai sistem
saluran khusus, mencakup empat divisi dalam dunia tumbuhan, yaitu: Psilopdisa, Lycopsida, Sphenopsida,
Pteridopsida. Struktur umum tumbuhan berbiji tertutup dapat diuraikan lebih
lanjut di bawah ini dengan bermula mengemukakan biji sebagai pokok bahasannya.
Biji mengandung tumbuhan embrio yang diselubungi dan dilindungi oleh kulit luar
biji, serta dilengkapi dengan sumber makanan cadangan. Embrio tumbuhan tersebut
terdiri atas sumbu kecil dengan dua
kutub, titik tubuh tunas akar dan titik tubuh tunas pucuk. Pada sumbu kecil itu
terdapat kotiledon atau keping biji yang berkedudukan menyamping. Dalam kondisi
tumbuhan yang memadai biji itu berekecambah dan tumbuhan muda atau tauge muncul
kemudian. Tauge tersebut tumbuh lebih lanjut, memanjangkan akar-akarnya ke
dalam tanah, sementara itu tunas-tunas pucuknya (batang dan daun) mengarah ke
atmosfer (Fahn, 1992).
Sub
kelas Asteriidae merupakan subkelas yang anggap paling maju diantara sub kelas pada kelas Magnoliophyta. Hal ini dapat
dibuktikan dengan beberapa kriteria antara lain, secara umum berhabitus pohon,
semak dan herba dengan pola percabangan simpodial, daun tunggal ataupun majemuk,
bunga hipogin, perigin sampai epigin, salah satu ciri khas yang dimiliki oleh sub kelas ini yaitu Corolla simpetal,
beberapa stamen epipetal sering ada cakram nektar, pollen berinti 2 atau 3,
ginesium apokarp atau sinkarp (Dasuki, 1994).
BAB III
METODE
KERJA
3.1. Waktu dan Lokasi
Pratikum lapangan telah dilaksanakan di Desa
Cucum, Kecamatan Kota Jantho, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi
Aceh, Indonesia
pada tanggal 6-8 November 2015.
3.2.
Alat dan Bahan
Alat-Alat yang digunakan dalam pratikum ini adalah cangkul, gunting tanaman, alat
tulis, botol kaca, tripleks, sasak, gunting dan sprayer.
Bahan yang digunakan dalamp ratikum adalah alkohol 70%, label gantung, selotip atau lem, kertas koran, karton, kain perca, plastik
ukuran 25 kg dan kardus.
3.3. Cara Kerja
Tumbuhan dipilih secara acak yang hendak di koleksi. Tumbuhan
yang dipilih diambil bagian yang dapat mewakili secara morfologinya. Meliputi
daun
dan batang, jika
memungkinkan diambil akarnya. Apabila terdapat bunga,
bungannya juga di koleksi. Tumbuhan dengan ukuran yang besar atau sedang yang
tidak memungkinkan untuk diambil akarnya, rantingnya dipotong dengan gunting
tanaman. Tumbuhan dengan ukuran kecil yang dapat diambil akarnya, dicabut atau menggunakan cangkul
untuk pengkoleksian beserta akarnya. Pada masing-masing jenis tanaman yang
diambil, dibuat duplikat.
Tumbuhan yang telah diperoleh,
diberi label gantung. Tumbuhan tersebut kemudian di semprot dengan alkohol 70%.
Selanjutnya diatur dengan rapi di dalam kertas koran. Tumbuhan atau sampel
tersebut kemudian dimasukkan atau di pres dengan sasak. Sasak di letakkan
paling bawah, kemudian di susul dengan kardus dan kertas koran diatasnya yang
telah ada sampel. Kardus di gunakan untuk membatasi setiap tiga sampel. Setelah
semuanya di susun diatasnya ditaruh sasak lagi, kemudian kedua bagian sasak di
ikat dengan sambungan kain perca. Sasak kemudian di masukkan kedalam plastik,
setiap bagian plastik di beri selotip. Sampel seperti buah atau bunga,
dimasukkan kedalam botol kaca yang telah ada alkohol, untuk di buat herbarium
basah. Sampel sebelumnya yang telah di masukkan kedalam sasak kemudian di
simpan. Selanjutnya sampel yang di peroleh akan di identifikasidan dibuat
herbarium.
BAB IV
DATA HASIL PENGAMATAN DAN
PEMBAHASAN
4.1. Data Hasil Pengamatan
Berdasarkan pratikum lapangan yang telah dilakukan,
diperoleh jenis-jenis tumbuhan yang dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1. Data
Hasil Pengamatan
No
|
GAMBAR
|
CIRI-CIRI
|
1.
|
Gambar 4.1.1 Polytrichum commune
|
· Bentuk menyerupai tumbuhan tingkat tinggi
· Ada bagian yang seperti akar berupa rizoid
· Batang semua yang berdiri tegak, bercabang dan daun semunya kecil
· Habitatnya di tempat yang lembab seperti tembok, bebatuan dan tempat
terbuka
· Reproduksi dengan spora dan membentuk gamet
|
2.
|
Gambar 4.1.2 Pityrogramma calomelanos
|
·
Bentuknya bulat, panjang, berkayu
·
Permukaan batang terdapat rambut halus
·
Warna batangnya hitam
· Bentuk daunnya delta , peruratan daun bercabang.
|
3.
|
Gambar 4.1.3 Dicranopteris
linearis
|
·
Tumbuh ditempat teduh, lembab dan subur
di daerah tropis
·
Daunnya berwarna hijau
·
Batangnya berwarna coklat
·
Memiliki akar rimpang yang tumbuh di
dekat permukaan tanah
|
4.
|
Gambar 4.1.4 Blumea balsamifera
|
· Daunnya tunggal bertangkai
· Pada tangkai daun terdapat beberapa pasang daun kecil berbentuk lidah
tombak
·
Permukaan daun berambut dan kasar
·
Daun berwarna hijau
|
5.
|
Gambar 4.1.5 Cyclisorus sp.
|
·
Memiliki akar yang bercabang banyak.
·
Akarnya mengkilat dan licin.
·
Memiliki daun majemuk
·
Tepi daun bergerigi
· Memiliki spora
|
4.2. Pembahasan
Selama
melaksanakan pratikum lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 6-8 November 2015
di Desa Cucum, Kota Jantho, Aceh Besar, diperoleh beberapa jenis tumbuhan
yaitu, 2 jenis tumbuhan tingkat rendah dan 3 jenis tumbuhan tingkat tinggi. Tumbuhan tingkat rendah yang pertama
dikoleksi adalah dari divisio Bryophyta, yaitu lumut (Polytrichum commune). Lumut hidup di lahan yang basah, lembab, pada bebatuan yang
basah dan jarang terkena sinar matahari. Secara morfologi tanaman ini memiliki bentuk tubuh
yang menyerupai tanaman tingkat tinggi, memiliki daun semu. Terdapat kaliptra
seta yang merupakan tangkai kaliptra serta rhizoid yang menyerupai akar. Lumut ini memiliki kulit batang atau epidermis yang terdiri atas
selapis sel yang telah mati. Jaringan sel kulitnya bersifat seperti spons.
Dinding yang membujur dan melintang memiliki liang yang bulat. Memiliki spora
sebagai alat perkembangbiakan, memiliki kloroplas tunggal yang lebih besar dari
kebanyakan lumut, memiliki jaringan asimilasi dan jaringan
penyimpanan makanan. Namun, lumut ini belum memiliki jaringan pembuluh karena
tanaman ini bukanlah tanaman sejati. Lumut memiliki alat kelamin berupa
anteridium dan arkegonium, pada musci alat-alat kelamin terkumpul
pada ujung batang atau pada ujung-ujung cabangnya.
Tumbuhan lain yang ditemukan adalah yang berasal dari division
Pteridophyta atau
yang dikenal dengan tumbuhan paku. Salah satu tumbuhan paku yang didapat adalah
Pityrogramma calomelanos. Pityrogramma
calomelanos dalam bahasa Indonesia dikenal dengan paku perak, termasuk
familia pteridaceae. Jenis paku ini umumnya dikenal dengan nama paku perak
(Sunda), pakis perak (Jawa). Pada saat tanaman ini masih muda, seluruh entalnya
tertutup oleh sejenis tepung berwarna
putih kekuningan dan pada saat ental telah dewasa, tepung tersebut hanya
ditemukan pada permukaan daun bagian bawah saja. Ciri dari tumbuhan paku ini
adalah rumpunnya kecil, tetapi mempunyai ental yang banyak, panjang entalnya
50-100 cm. Tangkai entalnya hitam, bersisik pada pangkalnya dan bagian yang tidak
bersisik mengkilat. Ental tersebut menyirip ganda dua, letaknya berseling, anak
daun yang terletak dibagian pangkal adalah tunggal, sedangkan yang dibagian
tengah dan ujungnya menyirip, yang paling ujung berlekuk dan bisa mencapai
ukuran panjang 17 cm dan lebat 4-5 cm. Melancip pada bagian ujungnya, sporanya
menyebar di bawah permukaan daun. Mempunyai rimpang yang pendek dan tegak, pada
rimpang terdapat sisik berwarna coklat, secara ekologis paku ini sering
ditemukan tumbuh di daerah-daerah terbuka pada tempat yang berbatu di lereng-lereng
bukit dan bekas-bekas tembok tua, serta sering ditemukan di tepi-tepi sungai
yang terbuka maupun yang agak terlindung.
Dicranopteris
linearis atau
yang dikenal dengan paku andam merupakan jenis paku yang besar yang biasa tumbuh pada
tebing-tebing di tepi jalan di pegunungan. Tumbuhan ini mudah dikenal
karena peletakan daunnya yang menyirip berjajar dua dan
tangkainya bercabang dua (dikotom). Tumbuhan paku ini dikenal sebagai tumbuhan
invasif di beberapa tempat karena mendominasi permukaan tanah menyebabkan
tumbuhan lain terhambat pertumbuhannya. Tumbuhan ini dapat ditemukan di hampir
semua daerah tropik dan subtropis di Asia dan Pasifik. Habitatnya adalah tebing
teduh dan lembab mulai pada ketinggian 200 meter hingga 1500 meter di atas
permukaan laut. Paku ini tumbuh melilit dan
bercabang seperti garpu. Akar rimpangnya tumbuh di dekat permukaan tanah dan
keluar batang keras yang tumbuh keatas.
Tumbuhan Blumea balsamifera tumbuh ditempat terbuka,
di tempat yang agak terlindung, di tepi sungai, tanah pertanian, pekarangan,
pada tanah berpasir atau tanah yang agak basah. Blumea balsamifera merupakan perdu yang tumbuh tegak dengan tinggi pohon
mencapai 4 meter. Batangnya berambut tipis. Batang bagian bawah tak bercabang,
sedangkan pada ujungnya banyak bercabang. Daun yang bertangkai dibagian atas merupakan
daun duduk yang tumbuh berseling dan bentuk daunnya bundar telur sampai lonjong.
Kalau daunnya dimemarkan akan mengeluarkan bau seperti kamper atau kapur barus dan agak langu.
Permukaan daun bagian atas berambut agak kasar sedang bagian berambut rapat dan
halus seperti beludru. Daunnya berbentuk bulat telur hingga lonjong, tepi daun bergerigi
dengan panjang daun berukuran panjang 8 cm – 40 cm dan lebar 2 cm – 20 cm,
serta terdapat 2 – 3 daun tambahan pada tangkai daunnya. Permukaan daun berambut.
Bunga sembung berkelompok berwarna kuning, berupa malai yang keluar pada ujung-ujung
cabang. Buahnya longkah sedikit melengkung
dengan panjang sekitar 1 mm. Berkembangbiak dengan menggunakan biji. Tumbuhan
ini tumbuh sebagai tumbuhan liar.
Cyclosorus memiliki akar yang
becabang banyak. Pada umumnya berwarna kecoklat-coklatan, akar paku ini
memiliki banyak rambut-rambut akar
(pilus radicalis). Rimpang menyerap atau menjalar, akarnya mengkilat dan
licin, batang umumnya tidak memiliki buku-buku dan tidak bercabang serta tegap.
Batang paku berwarna hijau dan memiliki bulu-bulu yang halus, batang ini
memiliki permukaan yang licin serta keras. Paku ini umumnya memliki daun muda
yang menggulung dan duduk berselang-seling. Memiliki daun berbentuk lanset dan
menyirip, pangkalnya berbentuk baji dan urat daunnya sejajar. Tepi daun
bergerigi dengan permukaan daun yang rata. Tumbuhan paku ini memiliki spora
yang terletak di bagian daun yang rata dengan jarak tertentu. Warna spora
biasanya coklat kehitam-hitaman
dan terletak sejajar satu sama lain.
BAB
V
PENUTUP
5.1.
Kesimpulan
Berdasarkan
praktikum lapangan yang telah dilakukan di Desa Cucum, Kota Jantho, Aceh Besar,
diperoleh beberapa kesimpulan dianratanya :
1.
Jenis tumbuhan
yang diperoleh dari praktikum lapangan terdiri dari jenis Bryophyta,
Pteridophyta dan Spermatophyta.
2.
Keanekaragaman
jenis tumbuhan di Desa Cucum sangat beragam terutama pada Soermatophyta.
3.
Jenis tumbuhan
paku yang ditemukan di Desa Cucum Jantho Aceh Besar dari spesies Pityrogramma calomelanos, Dicranopteris
linearis dan Cyclosorus sp.
4.
Tumbuhan Spermatophyta yang ditemukan adalah Bulmea balsamifera.
5.
Hutan yang masih terjaga kelestariannya memiliki
tingkat biodeversitas yang tinggi, sehingga di Desa Cucum-Jantho Aceh Besar masih
banyak jenis-jenis tumbuhan yang bermacm-macam.
5.2 Saran
Setelah melakukan pratikum
lapangan di Desa Cucum, Kota Jantho, Aceh Besar, maka saran yang dapat diajukan
yaitu hendaknya masyarakat setempat ikut menjaga hutan dan kawasan disekitarnya
dengan cara tidak menebang pohon sembarangan, membuang sampah pada tempatnya
dan tidak membakar sampah maupun limbah rumah tangga di area hutan, terlebih di
musim kemarau.
DAFTAR
PUSTAKA
Dasuki, A.1994. Sistematik
Tumbuhan Tinggi. ITB Press, Bandung.
Fahn,
A. 1992. Anatomi Tumbuhan Edisi Ketiga. Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.
Heddy,
S. 1993. Biologi Pertanian. CV.
Rajawali, Jakarta.
Kimball,
J. W. 1999. Biologi Edisi Kelima. Erlangga, Jakarta.
Loveless,
A. R. 1989. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik 2. Diterjemahkan oleh : Kuswata Kartawinata. PT. Gramedia, Jakarta.
Polunim, N. 1994. Pengantar Geografi Tumbuhan dan
Beberapa Ilmu Serumpun. Diterjemahkan oleh:
Prof. Ir. Gembong Tjiptrosoepomo. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Sastrapradja,
S. 1985. Kerabat Paku. Lembaga Biologi Nasional, Bogor.
Sianipar,
P. 2010. Biologi. PUSTAKA BOOK
PUBLISHER, Yogyakarta.
Tjitrosoepomo,
G. 2005. Taksonomi Tumbuhan. Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.
Tjitrosomo,
S. S. 1993. Botani Umum 4. Angkasa, Bandung.
LAMPIRAN
1.
Polytrichum commune
Regnum : Plantae
Divisio : Bryophyta
Classis : Polytrichopsida
Ordo : Polytrichales
Familia : Polytrichaceae
Genus : Polytrichum
Species : Polytrichum
commune
Nama Umum : Lumut
2.
Pityrogramma calomelanos
Regnum : Plantae
Divisio : Pteridophyta
Classis : Pteridopsida
Ordo : Polypodiales
Familia : Polypodiaceae
Genus : Pityrogramma
Species : Pityrogramma
calomelanos
Nama
Umum : Paku perak
3.
Dicranopteris linearis
Regnum : Plantae
Divisio : Pteridophyta
Classis : Pteridopsida
Ordo : Gleicheniales
Familia : Gleichaniaceae
Genus : Dicranopteris
Species : Dicranopteris
linearis
Nama Umum : Resam
4.
Blumea balsamifera
Regnum : Plantae
Divisio : Magnoliaphyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Asterales
Familia
: Asteraceae
Genus
: Blumea
Species
: Blumea balsamifera
Nama
umum :
Sembung
5.
Cyclosorus sp.
Regnum : Plantae
Divisio : Pteridophyta
Kelas : Pteridopsida
Ordo : Athyriales
Familia : Thelypteridaceae
Genus : Cyclosorus
Species : Cyclosorus
sp.
Nama Umum : -
0 Response to "MALEK AZIS - KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DI DESA CUCUM, KOTA JANTHO, KABUPATEN ACEH BESAR"
Posting Komentar