Teknologi Penanggulangan Kelainan Sistem Ekskresi
Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Penemuan alat – alat medis pun mengalami kemajuan. Alat medis berteknologi tinggi sangat dibutuhkan dalam upaya penanggulangan berbagai penyakit secara efektif dan efisien. Selanjutnya, akan diuraikan mengenai Teknologi Penanggulangan Kelainan Sistem Ekskresi.
1. Hemodialisis
Hemodialisis adalah proses pemisahan senyawa – senyawa sisa metabolisme yang tertimbun di dalam darah dan bersifat toksik (racun). Karena darah dan senyawa – senyawa sisa metabolisme dalam bentuk larutan, dibuatlah alat yang dapat memisahkan senyawa toksik tersebut dengan menggunakan prinsip difusi osmosis. Pada difusi, molekul akan berpindah dari tempat yang memiliki konsentrasi molekul tinggi ke tempat yang mempunyai konsentrasi molekul rendah, sedangkan proses osmosis khusus untuk memindahkan molekul air.
Proses hemodialisis (cuci darah) merupakan metode untuk meringankan penderita gagal ginjal. Cara ini harus dilakukan 2 – 3 kali seminggu. Jika cara pembersihan ini dihentikan maka seseorang dapat keracunan dan terjadi komplikasi yang berakibat sampai pada kematian.
Alat yang sering digunakan untuk dialisis adalah “ginjal buatan” yang terbuat dari selofan atau cuprophane (hemodialisis) yang terletak di luar tubuh.
2. Mesin Ginjal Buatan
Mesin ginjal buatan (hemodialyzer) terdiri atas membran semipermiabel yang sederhana. Terdapat dua jenis dialyzer, yaitu parallel phase dialyzer dan hollow fiber (capillary) dialyzer.
a. Parallel Phase Dialyzer
Pada dialyzer ini, darah mengalir melalui lapisan – lapisan membran, sedangkan cairan dialisis dapat mengalir dalam arah yang sama seperti darah atau dengan arah berlawanan.
b. Hollow Fiber (Capillary) Dialyzer
Pada dialyzer hollow fiber, darah mengalir melalui bagian tengah tabung – tabung kecil dan cairan dialisis membasahi bagian luarnya.
Aliran cairan dialisis berlawanan dengan arah aliran darah. Suatu sistem dialisis terdiri dari dua jalur aliran. Satu untuk aliran darah dan satu untuk aliran dialisis. Proses perpindahan molekul antara darah dan dialisat (cairan dialisis)) terjadi di sepanjang membran dialisis melalui difusi, osmosis, dan ultrafiltrasi )pembuangan air).
Komposisi cairan dialisis diukur konsentrasinya sehingga mendekati komposisi ion darah normal dan sedikit dimodifikasi agar dapat memperbaiki gangguan cairan dan elektrolit yang sering menyertai gagal ginjal. Unsur – unsur yang ditambahkan seperti yang terdapat dalam darah, yaitu Na+, K+, Mg2+, Cl-, asetat, dan glukosa. Dengan tingginya kadar urea, kreatinin, asam urat, dan fosfat dalam darah maka zat – zat tersebut dapat berdifusi dengan mudah dari darah ke cairan dialisis.
3. Transplantasi Ginjal
Metode lain yang dikembangkan untuk mengatasi masalah gagal ginjal untuk jangka panjang adalah dengan cangkok ginjal atau transplantasi ginjal. Transplantasi ginjal berhasil dilaksanakan pertama kali pada kembar identik pada tahun 1954 oleh Murray, Merrill, dan Horrison dari Boston.
Proses transplantasi ginjal tidak semudah menggabungkan organ – organ pada tumbuhan, karena pada hakikatnya setiap tubuh manusia mempunyai kekhasan dalam sistem imunologinya. Oleh karena itu, datangnya protein asing ke dalam tubuh akan mendapatkan reaksi.
Faktor penghambat utama dalam prosedur transplantasi adalah respons imunologik dari tubuh yang menolak ginjal transplantasi. Penolakan dapat dilakukan oleh sel, yaitu sel limfosit T yang diproduksi sebagai respon terhadap antigen dari ginjal donor yang dianggap sebagai benda asing.
Pada umumnya, makin dekat kesamaan genetik antara donor dengan resipen, makin besar pula tingkat keberhasilan transplantasi. Bagaimana hal ini dapat terjadi ? Apabila genetik organ yang ditransplantasikan hampir sama dengan organ resipen maka tubuh sudah mengenali dan tidak akan merespons penolakan karena organ tadi bukan benda asing lagi bagi tubuh resipen. Akan tetapi, jika sebaliknya, organ tadi akan segera dirusaknya.
Sifat alami pertahanan (imunologik) tubuh dalam melawan masuknya protein asing dengan usaha untuk menolak organ tersebut, hal ini disebabkan oleh :
- Golongan darah yang tidak sesuai.
- Antigen HLA (Human Leucocyte Antigens) yang terdiri atas HLA-, HLA-B. HC, dan HLA-D tidak sesuai.
Cara yang harus dilakukan agar ginjal sehat adalah sebagai berikut :
- Menjaga aliran darah agar tetap sesuai dan lancar ke ginjal dengan minum air dalam jumlah yang mencukupi (2000 ml atau 10 gelas air sehari). Apabila aliran lancar maka laju penyaringan (filtrasi) ginjal menjadi baik sehingga menghindarkan penumpukan kristal – kristal yang potensial membentuk batu.
- Mengonsumsi makanan yang bervariasi dari hari ke hari, untuk menghindari tertimbunnya sisa olahan makanan atau sisa metabolisme di nefron.
Seluruh sistem dalam tubuh diciptakan dalam keadaan seimbang. Ada keadaan untuk mengambil dan ada pula keadaan yang melepaskan sesuatu. Sebagai manusia kita sepatutnya selalu menjaga dan mengupayakan keadaan seimbang tersebut. Dengan peduli terhadap kesehatan diri, Anda telah mewujudkan rasa syukur dan tanggung jawab terhadap Sang Pencipta.
Itulah pembahasan mengenai Teknologi Penanggulangan Kelainan Sistem Ekskresi, yang meliputi hemodialisis, mesin ginjal buatan, dan transplantasi ginjal.
Sumber:
Yusa dan Maniam, MBS.(2014). Advanced Learning Biology 2B for Grade XI Senior High School Mathematics and Natural Sciences Programme. Facil, Grafindo Media Pratama: Bandung.
0 Response to "Teknologi Penanggulangan Kelainan Sistem Ekskresi"
Posting Komentar