Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecepatan Reaksi Enzim
ABSTRAK
Telah dilakukan percobaan dengan
judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecepatan Reaksi Enzim”, yang bertujuan
untuk mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi enzim. Prinsip
dari percobaan ini adalah Analisa Kualitatif, yaitu dengan mengamati waktu yang
diperlukan untuk terjadinya proses penggumpalan pada sampel yang diamati. Hasil
dari percobaan ini adalah untuk pengaruh suhu, larutan yang paling cepat
menggumpal adalah larutan 5 ml susu + 1 ml larutan papain yang diletakkan pada
suhu 37°C,
untuk percobaan pengaruh konsentrasi enzim, larutan yang paling cepat
menggumpal adalah campuran antara 5 ml susu + 1 ml larutan papain yakni larutan
dengan konsentrasi terbanyak. Pada percobaan pengaruh konsentrasi substrat,
larutan yang paling cepat menggumpal adalah campuran antara 5 ml + 1 ml larutan
papain (larutan dengan jumlah susu terbanyak) dan pada percobaan pengaruh zat
antiseptik, larutan yang paling lama menggumpal adalah larutan yang ditambahkan
Toluen. Kesimpulan dari percobaan ini adalah suhu, konsentrasi enzim,
konsentrasi substrat sangat mempengaruhi kecepatan reaksi enzim.
Enzim |
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Enzim adalah
substansi dengan dasar protein yang terdapat pada manusia, hewan, maupun
tumbuhan. Enzim membantu proses metabolisme didalam tubuh yang memungkinkan proses kehidupan
dapat berjalan. Enzim ini merupakan bagian integral dari proses metabolisme
tubuh. Enzim berguna untuk memecah makanan menjadi bagian yang lebih kecil. Enzim
sangat penting dalam kehidupan, karena semua reaksi metabolisme dikatalis oleh
enzim. Jika tidak ada enzim, atau aktivitas enzim terganggu maka reaksi
metabolisme sel akan terhambat hingga pertumbuhan sel juga terganggu.
Didalam sel
terdapat banyak jenis enzim yang berlainan kekhasannya, artinya suatu enzim
hanya menjadi katalisator untuk reaksi tertentu saja. Ada enzim yang dapat
mengkatalisa suatu kelompok substrat saja, dan ada pula yang bersifat stereo
spesifik karena enzim mengkataliser reaksi- reaksi didalam sistem biologis,
maka enzim juga disebut sebagai biokatalisator. Diantara sejumlah enzim yang
berpatisi didalam metabolisme terdapat sekelompok khusus yang dikenal sebagai
enzim pengatur yang dapat mengenali berbagai isyarat yang dapat diterima.
Melalui aktivitasnya sistem enzim terkoordinasi dengan baik menghasilkan suatu
hubungan diantara sejumlah aktivitas metabolik yang diperlukan untuk menunjang
kehidupan.
Enzim di katakan
aktif apabila zat tersebut mempunyai kemampuan untuk melaksanakan aktivitas katalitiknya. Beberapa
enzim mempunyai aktivitas diantaranya spesifik untuk D dan L dan isomer. Enzim
L-asam amino oksidase hanya pada L-asam amino oksidase tidak bereaksi terhadap
isomer D-asam amino. Beberapa enzim memerlukan suatu ko-faktor yang bukan
protein dan biasanya agak longgar berikatan dengan enzim.
Enzim dalam
menjalankan aktivitasnya dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pengaruh
aktivator, inhibitor, koenzim dan konsentrasi elektrolit dalam beberapa
keadaan. Oleh sebab itu pada percobaan ini akan dilihat sampai sejauh mana
pengaruh suhu, penambahan enzim, penambahan substrak, pengaruh PH terhadap
kecepatan kinerja atau aktivitas dari
enzim tersebut yang sangat berpengaruh terhadap proses-proses yang terjadi
didalam tubuh.
1.2 Tujuan percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mempelajari
faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan dari reaksi enzim.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Enzim atau fermen (dalam bahasa yunani yaitu en = di
dalam dan zyme = ragi) adalah senyawa organik yang tersusun atas protein,
dihasilkan oleh sel, dan berperan sebagai biokatalisator dalam reaksi
kimia. Enzim adalah biokatalisator organik yang dihasilkan
organisme hidup di dalam protoplasma, yang terdiri atas protein atau suatu
senyawa yang berikatan dengan protein, berfungsi sebagai senyawa yang
mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi dalam suatu reaksi
kimia. Hampir semua enzim merupakan protein. Enzim sangat penting dalam kehidupan, karena semua reaksi metabolisme
dikatalis oleh enzim. Jika tidak ada enzim, atau aktivitas enzim terganggu maka
reaksi metabolisme sel akan terhambat hingga pertumbuhan sel juga terganggu (Wirahadikusuma, 1989).
Enzim adalah protein yang berfungsi sebagai
biokatalisator, senyawa yang meningkatkan kecepatan reaksi kimia. Enzim
merupakan biokatalisator organik yang dihasilkan organisme hidup di dalam
protoplasma, yang terdiri atas protein atau suatu senyawa yang berikatan dengan
protein. Enzim disintesis dalam bentuk calon enzim yang tidak aktif, kemudian
diaktifkan dalam lingkungan pada kondisi yang tepat. Misalnya, tripsinogen yang
disintesis dalam pankreas, diaktifkan dengan memecah salah satu peptidanya
untuk membentuk enzim tripsin yang aktif. Bentuk enzim yang tidak aktif ini
disebut zymogen (Pujaatmaka, 2007).
Enzim
adalah biomolekul berupa protein berbentuk bulat (globular), yang terdiri atas
satu rantai polipeptida atau lebih dari satu rantai polipeptida. Enzim berfungsi
sebagai katalis atau senyawa yang dapat mempercepat proses reaksi tanpa habis
bereaksi. Dengan adanya enzim, molekul awal yang disebut substrat akan
dipercepat perubahannya menjadi molekul lain yang disebut produk. Beberapa
enzim memerlukan aktivator dalam reaksi katalisnya. Aktivator adalah senyawa
atau ion yang dapat meningkatkan kecepatan reaksi enzimatis. Komponen kimia
yang membentuk enzim disebut juga kofaktor. Kofaktor tersebut dapat berupa
ion-ion anorganik seperti Zn, Fe, Ca, Mn, Cu, Mg atau dapat pula sebagai
molekul organik kompleks yang disebut koenzim (Martoharsono,
1997).
Inhibitor
merupakan suatu zat kimia tertentu yang dapat menghambat aktivitas enzim. Pada
umumnya cara kerja inhibitor adalah dengan menyerang sisi aktif enzim sehingga enzim
tidak dapat berikatan dengan substrat sehingga fungsi katalitiknya terganggu. Inhibitor
terbsgi menjadi dua yaitu kompetitif dan non kompetitif. Pada inihibitor
kompetitif, inhibitor dan substrat berkompetisi untuk berikatan dengan enzim.
Seringkali inhibitor kompetitif memiliki struktur yang sangat mirip dengan
substrat asli enzim. Sedangkan Inhibitor non-kompetitif dapat mengikat enzim
pada saat yang sama substrat berikatan dengan enzim. Baik kompleks EI dan EIS
tidak aktif. Karena inhibitor tidak dapat dilawan dengan peningkatan
konsentrasi substrat, Vmax reaksi berubah. Namun, karena
substrat masih dapat mengikat enzim, Km tetaplah sama (Winarno,
1989).
Enzim
tersusun oleh protein, sehingga sangat peka terhadap suhu. Peningkatan suhu
menyebabkan energi kinetik pada molekul substrat dan enzim meningkat, sehingga
kecepatan reaksi juga meningkat. Namun suhu yang terlalu tinggi dapat
menyebabkan rusaknya enzim yang disebut denaturasi, sedangkan suhu yang terlalu
rendah dapat menghambat kerja enzim. Semua
enzim membutuhkan suhu yang cocok agar dapat bekerja dengan baik. Laju reaksi
biokimia meningkat seiring kenaikan suhu. Hal ini karena panas meningkatkan
energi kinetik dari molekul sehingga menyebabkan jumlah tabrakan diantara
molekul-molekul meningkat. Sedangkan dalam kondisi suhu rendah, reaksi menjadi
lambat karena hanya terdapat sedikit kontak antara substrat dan enzim. Enzim
yang terdenaturasi gagal melaksanakan fungsi normalnya. Dalam tubuh manusia,
suhu optimum di mana kebanyakan enzim menjadi sangat aktif berada pada kisaran
35°C sampai 40°C (Poedjiadi, 2007).
Efisiensi
suatu enzim sangat dipengaruhi oleh nilai pH atau derajat keasaman sekitarnya.
Ini karena muatan komponen asam amino enzim berubah bersama dengan perubahan
nilai pH. Secara umum, kebanyakan enzim tetap stabil dan bekerja baik pada
kisaran pH 6 dan 8. Tapi, ada beberapa enzim tertentu yang bekerja dengan baik
hanya di lingkungan asam atau basa. Nilai pH yang menguntungkan bagi enzim
tertentu sebenarnya tergantung pada sistem biologis tempat enzim tersebut
bekerja. Ketika nilai pH menjadi terlalu tinggi atau terlalu rendah, maka
struktur dasar enzim dapat mengalami perubahan (Sadikin, 2002).
BAB III
METODOLOGI
PERCOBAAN
3.1 Alat Dan Bahan
Alat yang
digunakandalam pada pratikum ini adalah tabung reaksi beserta raknya dan
penjempit, gelas kimia, penangas air dan
pipet tetes.
Bahan
yang digunakan pada pratikum ini adalah susu, larutan papain kasar 4%, es,
toleun, kloroform, larutan fenol 5%, sublimat 1%, dan aquadest.
3.2 Konstanta Fisik
Tabel. 3.1 Konstanta fisik dan
tinjauan keamanan
No
|
Bahan
|
Berat molekul (g/mol)
|
Titik didih (oC)
|
Titik leleh (oC)
|
Keamanan
|
1.
|
Toluen
|
32,14
|
100
|
-19
|
Iritasi
|
2.
|
Kloroform
|
119,38
|
61
|
-80,5
|
Iritasi
|
3.
|
Fenol
|
94,11
|
182
|
-63,5
|
Korosif
|
4.
|
Sublimat
|
60,55
|
100
|
-63,5
|
Iritasi
|
5.
|
Aquadest
|
18
|
100
|
0
|
Aman
|
3.3 Prosudur Percobaan
Didalam 4 buah tabung reaksi, masing-masing
dimasukkan 5 mL susu. Ke dalam 4 buah tabung reaksi yang lain masing-masing
dimasukkan 1 mL larutan papain kasar 4%. Disalah satu pasangan tabung reaksi
dimasukkan ke dalam kedalam gelas kimia berisi es. Pasangan kedua dibiarkan
pada suhu kamar. Pasangan ketiga dimasukkan dalam penangas air bersuhu 37-80oC,
pasangan keempat dimasukkan dalam penangas air bersuhu 75-80 oC.
Setelah beberapa menit dibiarkan, dicatat suhu sebenarnya untuk tiap pasangan.
Dimasukkan larutan papain ke dalam susu pasangannya, segera dengan hati-hati dicampurkan
baik-baik. Dicatat waktu, setiap satu menit selama 5 menit. Apakah susu telah
menggumpal? Yang belum menggumpal 5 menit ditunggu sampai ½ jam, sambil
memrikasanya setiap beberapa menit.
Diletakkan sebuah tabung reaksi yang berisi
15 mL susu ke dalam penangas air 37 oC. Diambil 3 buah tabung reaksi
dan masing-masing diisi dengan 1,0, 0,5 dan 0,25 mL larutan papain kasar 4%. Pada
tabung kedua dan ketiga ditambahkan 0,5 dan 0,75 mL air suling sehingga
konsentrasi enzim dalam ketiga tabung mempunyai perbandingan: 1:0,5:0,25.
Diletakkan ketiga tabung tersebut dalam penangas air bersuhu 37 oC. Setelah
beberapa saat ditambahkan pada masing-masing tabung 5 mL susu hangat tersebut.
Dicampurkan isi tabung dan ditentukan waktu yang diperlukan untuk terjadi
pengumpalan susu pada masing-masing tabung reaksi.
Diisi buah tabung reaksi masing-masing
dengan 5 ml susu, 4 ml susu ditambahkan 1 ml air, 3 ml susu dan ditambahkan 2
ml air. Diletakkan ketiga tabung tersebut pada penangas air 370C.
Ditambahkan pada masing-masing tabung 1 lm larutan papain kasar 4%. Dicatat
waktu yang diperlukan untuk terjadi pengumpalan susu pada masing-masing tabung
reaksi.
Disiapkan sebanyak 5 buah tabung
reaksi , dengan masing-masing isi 5 ml susu, ditambahkan masing-masing tabung
tersebut dengan beberapa tetes toluen, kloroform, larutan fenol 5%, sublimat 1%
dan air. Dimasukkan kelima tabung tersebut dalam penangas air 370C.
Kemudian ke dalam setiap tabung ditambahkan 2 ml larutan papain kasar 4%.
Dicatat! Apakah penggumpalan terjadi dalam keempat tabung pertama dan jika
terjadi apakah kecepatannya sama bila dibandingkan dengan tabung ke 5
(control).
BAB
IV
DATA
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Pengamatan
Data Hasil Pengamatan yang diperoleh dari
percobaan ini adalah sebagai berikut :
|
Tabel 4.1 Data Hasil Pengamatan Pengaruh Suhu
Terhadap Kecepatan Reaksi
No
|
Variasi Suhu
|
Waktu (Menit)
|
Hasil Pengamatan
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|||
1
|
5 ml susu + 1 ml larutan Papain
|
x
|
x
|
Ö
|
|
|
Menggumpal pada menit ke-3
|
( Diletakkan dalam gelas kimia berisi es )
|
|||||||
2
|
5 ml susu + 1 ml larutan Papain
|
x
|
x
|
Ö
|
|
|
Menggumpal pada menit ke-3
|
(Diletakkan pada suhu kamar)
|
|||||||
3
|
5 ml susu + 1 ml larutan Papain
|
x
|
Ö
|
|
|
|
Menggumpal pada menit ke-2
|
(Diletakkan pada suhu 37° - 40°C)
|
|
||||||
4
|
5 ml susu + 1 ml larutan Papain
|
x
|
x
|
x
|
x
|
Ö
|
Menggumpal pada menit ke-5
|
(Diletakkan pada suhu 70°C)
|
|||||||
|
|
|
|
|
|
|
4.1.2 Pengaruh
Konsentrasi Enzim Terhadap Kecepatan Reaksi Enzim
|
No
|
Variasi Konsentrasi Enzim
|
Waktu (Menit)
|
Hasil Pengamatan
|
|||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||||
1
|
5 ml susu + 1 ml larutan Papain
|
x
|
Ö
|
|
|
|
Menggumpal pada menit ke-2
|
|
2
|
5 ml susu + 0, 5 ml larutan Papain + 0,5 Aquadest
|
x
|
x
|
Ö
|
|
|
Menggumpal pada menit ke-3
|
|
3
|
5 ml susu + 0,25 ml larutan Papain + 0,75 Aquadest
|
x
|
x
|
x
|
Ö
|
|
Menggumpal pada menit ke-4
|
|
|
Tabel 4.3 Data Hasil Pengamatan Pengaruh Konsentrasi Substrat
Terhadap
No
|
Variasi Substrat
|
Waktu (Menit)
|
Hasil Pengamatan
|
||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
||||
1
|
5 ml susu + 1 ml larutan papain
|
x
|
x
|
x
|
x
|
Ö
|
|
|
|
|
|
Menggumpal pada menit ke-5
|
|
2
|
4 ml susu + 1 ml Aquadest + 1 ml larutan papain
|
x
|
x
|
x
|
x
|
x
|
x
|
Ö
|
|
|
|
Menggumpal pada menit ke-7
|
|
3
|
3 ml susu + 2 ml Aquadest + 1 ml larutan papain
|
x
|
x
|
x
|
x
|
x
|
x
|
x
|
x
|
x
|
Ö
|
Menggumpal pada menit ke-10
|
|
|
Tabel 4.4 Data Hasil Pengamatan Pengaruh Zat Antiseptik Terhadap
Kecepatan
No.
|
Variasi Zat Antiseptik
|
Waktu (Menit)
|
Hasil Pengamatan
|
|||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||||
1
|
5 ml susu + 3 tetes Toluen + 2 ml larutan papain
|
x
|
x
|
x
|
x
|
Ö
|
Menggumpal pada menit ke-5
|
|
2
|
5 ml susu + 3 tetes kloroform + 2
ml larutan papain
|
x
|
x
|
x
|
Ö
|
|
Menggumpal pada menit ke-4
|
|
3
|
5 ml susu + 3 tetes Fenol + 2 ml
larutan papain
|
x
|
x
|
Ö
|
|
|
Menggumpal pada menit ke-3
|
|
4
|
5 ml susu + 3 tetes Sublimat + 2
ml larutan papain
|
x
|
x
|
x
|
Ö
|
|
Menggumpal pada menit ke-4
|
|
5
|
5 ml susu + 3 tetes Aquadest + 2 ml larutan papain
|
x
|
x
|
x
|
Ö
|
|
Menggumpal pada menit ke-4
|
|
4.2 Pembahasan
Enzim adalah protein yang berfungsi
sebagai biokatalisator, yaitu senyawa yang meningkatkan kecepatan reaksi kimia.
Enzim katalisator berikatan dengan reaktan yang disebut substrat, mengubah
reaktan menjadi produk,lalu melepaskan produk. Selain meningkatkan kecepatan
reaksi, enzim dapat mengatur kecepatan reaksi dalam jalur metabolik tubuh.
Faktor-faktor penting yang mempengaruhi laju reaksi enzim adalah konsentrasi
enzim dan substrat, pH, suhu dan ada tidaknya kofaktor.
Percobaan yang pertama yaitu pengaruh
suhu terhadap kecepatan reaksi enzim. Percobaan dilakukan dengan 4 tabung
reaksi yang masing-masing berisi 5 ml susu dan 1 ml papain. Tabung pertama
dimasukkan kedalam gelas kimia berisi es, tabung kedua dibiarkan pada suhu
kamar, tabung ketiga ditempatkan pada suhu 37° - 40°C dan tabung keempat ditempatkan pada suhu 70°C dan kemudian dilihat waktu yang diperlukan untuk
terbentuk gumpalan pada sampel yang diuji. Hasil dari percobaan ini adalah
larutan yang paling cepat menggumpal adalah larutan yang berada didalam tabung
yang ditempatkan pada suhu 37° - 40°C. Penggumpalan terjadi pada menit ke-2.
Sedangkan larutan yang diletakkan pada suhu 70°C menggumpal pada menit ke-3, larutan yang diletakkan
pada suhu es dan pada suhu kamar menggumpal pada menit ke-3. Hal ini
menunjukkan bahwa suhu sangat mempengaruhi kecepatan reaksi enzim. Setiap enzim
mempunyai suhu optimum, yaitu suhu dimana enzim memiliki aktivitas maksimal.
Enzim dalam tubuh manusia mempunyai suhu optimal 37°C. Hasil percobaan menunjukkan bahwa larutan yang
paling cepat menggumpal adalah larutan yang diletakkan pad suhu 37°C, karena pada suhu tersebut enzim dapat bekerja
optimal. Jika enzim berada dibawah atau diatas suhu optimum, aktivitas enzim
akan menurun. Suhu mendekati titik beku tidak merusak enzim, tetapi enzim tidak
aktif. Jika suhu dinaikkan, maka aktivitas enzim akan meningkat. Namun, hal ini
dapat menyebabkan enzim mengalami denaturasi dan mematikan aktivitas
katalisnya.
Percobaan kedua yaitu mengamati pengaruh
konsentrasi enzim terhadap kecepatan reaksi enzim. 5 ml susu + 1 ml larutan
papain menggumpal pada menit ke-2, 5 ml susu + 0,5 ml larutan papain + 0,5 ml
Aquadest menggumpal pada menit ke-3 dan pada 5 ml susu + 0,25 ml larutan papain
+ 0,75 ml Aquadest menggumpal pada menit ke-4. Berdasarkan percobaan dapat dikatakan bahwa konsentrasi enzim juga mempengaruhi
kecepatan reaksi enzim. Tabung yang berisi 5 ml susu + 1 ml larutan papain menggumpal lebih cepat
dibandingkan dengan tabung yang lain. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
konsentrasi enzim berbanding lurus dengan kecepatan reaksi enzim. Jika konsentrasi
enzim meningkat, maka reaksi enzimnya juga akan semakin cepat dan begitu juga
sebaliknya.
Percobaan ketiga yaitu mengamati pengaruh
konsentrasi substrat terhadap kecepatan reaksi enzim. Tabung yang berisi 5 ml
susu + 1 ml larutan papain menggumpal pada menit ke-5, 4 ml susu + 1 ml
aquadest + 1 ml larutan papain menggumpal pada menit ke-7 dan pada tabung yang
berisi 3 ml susu + 2 ml aquadest + 1 ml larutan papain terjadi pada menit
ke-10. Berdasarkan percobaan ini, maka dapat dikatakan bahwa meningkatnya
konsentrasi substrat dapat meningkatkan kecepatan reaksi enzim. Pengaruh
penambahan konsentrasi substrat pada awalnya adalah pada saat konsentrasi
substrat rendah, bagian sisi aktif enzim hanya sedikit yang dapat berikatan
(bereaksi) dengan substrat. Bila konsentrasi substrat diperbesar, maka semakin
banyak substrat yang dapat berikatan dengan sisi aktif enzim. Dengan demikian,
konsentrasi kompleks enzim substrat semakin besar menyebabkan semakin cepatnya
kecepatan reaksi, tapi pada saat sampai pada titik konsentrasi tertentu yaitu
ketika bagian sisi aktif enzim telah dipenuhi oleh substrat atau jenuh dengan
substrat maka kecepatannya akan tetap konstan walaupun konsentrasinya terus
ditambah.
Percobaan terakhir adalah mengamati
pengaruh zat antiseptik terhadap kecepatan reaksi enzim. Percobaan dilakukan
dengan menambahkan toluen, kloroform, fenol 5%, sublimat 1% dan air kedalam
masing-masing tabung yang berisi 5 ml susu + 2 ml larutan papain. Zat
antiseptik adalah inhibitor, inhibitor adalah zat yang menghambat kerja enzim
dan dapat menurunkan laju reaksi kimia. Inhibitor terdiri dari inhibitor
kompetitif dan inhibitor non-kompetitif. Inhibitor kompetitif menghambat kerja
enzim dengan cara berikatan pada sisi aktif enzim sehingga substrat tidak dapat
berikatan dengan enzim lagi. Inhibitor non-kompetitif menghambat kerja enzim
dengan cara berikatan dengan enzim, tetapi bukan pada sisi aktifnya yang
mengakibatkan sisi aktif enzim berubah. Berdasarkan percobaan, larutan yang
ditambahkan toluen mengalami penggumpalan yang paling lama, ini disebabkan
karena toluen (inhibitor) telah berikatan dengan sisi aktif enzim sehingga
kerja enzim terhambat dan laju reaksi menurun.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari percobaan ini adalah sebagai berikut
:
2. Bila suhu
terlalu rendah aktivitas enzim akan menurun dan pada suhu yang terlalu tinggi
enzim akan terdenaturasi.
3. Konsentrasi
enzim berbanding lurus dengan kecepatan reaksi enzim.
4. Semakin
tinggi konsentrasi substrat, maka laju reaksi enzim juga akan meningkat,
5. Penambahan
zat antiseptik dapat menghambat kerja enzim.
5.2 Saran
Saran yang dapat praktikan berikan pada percobaan ini adalah agar
kedepannya larutan serta alat dan bahan di laboratorium lengkap sehingga
praktikkan dapat melakukan percobaan dengan cepat.
DAFTAR PUSTAKA
Martoharsono, Suharsono.1997. Biokimia Jilid 1.
UGM-Press : Yogyakarta.
Poedjiadi, Anna. 2007. Dasar-Dasar Biokimia. UI-Press : Jakarta.
Pujaatmaka. 2007.
Penuntun Biokimia. Erlangga : Jakarta.
Sadikin. 2002. Pengantar
Biokimia. Aksara Baru : Jakarta.
Winarno. 1989. Dasar- Dasar
Biokimia. Yayasan Obor : Jakarta.
Wirahadikusuma. 1989. Biokimia. ITB : Bandung.
0 Response to "Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecepatan Reaksi Enzim"
Posting Komentar